Chapter 28

5K 224 1
                                    

TAHUN demi tahun terlewati begitu sempurna. Kebahagiaan keluarga itu semakin manis ketika tahun bertambah. Walau terkadang, pertengkaran dan kesalahpahaman kadang menyelimuti keluarga tersebut. Namun, bisa terlewati begitu istimewa.

Zacquine Raveesha, putri kecil mereka tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan mempesona. Menjadi kebanggaan ayah dan bundanya. Dibalik itu semua karena tangan super bundanya yang mampu mendidik Zacquine dengan sangat baik. Aisyah mampu mendidik putri kecilnya walau penyakit yang ia derita membatasi ruang geraknya. Tapi itu semua bisa diatasi oleh semangat, dedikasi dan cinta dari suami tercinta, Ahmad Yousef.

"Bunda... bunda! Where are you now?" tanya Zacquine yang tengah memakai dasi SMP.

Aisyah turun dari lantai 2, menyiapkan peralatan baru putrinya. Maklum, Zacquine siswa SD yang baru saja menapaki dunia putih-biru.

"Bunda menyiapkan peralatan sekolah kamu yang baru, sayang." ujar Aisyah lembut.

"Hehe... sorry bunda. Bunda, gimana penampilan aku sekarang?" tanya Zacquine bersemangat.

Aisyah merapikan rambut dan seragam Zacquine sejenak, lalu kembali berucap...

"Perfect! Tapi akan lebih perfect lagi jika kamu mengenakan jilbab." jawab Aisyah sambil mengerling ke arah Zacquine yang tengah cemberut.

"Bunda, bunda jelas tahu mengapa, tunggu selesai SMP ya? Baru aku pakai jilbab?" jawab Zacquine memohon.

"Iya deh... terserah kamu aja. Tapi janji ya sama bunda?" jawab Aisyah kembali.

Zacquine mengedarkan pandangan ke penjuru rumah, lalu bertanya pada Aisyah.

"Bun, ayah mana?" tanya Zacquine.

"Ayah langsung ke kantor sehabis shubuh tadi, ada urusan mendadak di kantor, kenapa sayang?" tanya Aisyah.

Zacquine terdiam sejenak. Lalu menggeleng pelan.

"Engga bun, tanya aja. Habis aku kangen sama ayah, seminggu ini ayah sibuk banget apa ya bun?" ucap Zacquine sembari menunduk. Rasa rindu menjalari perasaannya.

Aisyah tersenyum. Lalu mengusap pucuk kepala Zacquine kemudian memeluknya.

"Kalau kangen sama ayah, nanti bunda sampein biar ayah tau. Ayah kamu ga akan peka kalo dikodein, harus diomongin langsung. Ah anak bunda, sudah besar rupanya." ujar Aisyah mendekap erat putri nya. Ia sangat menyayangi Zacquine.

"Hehe bunda, masa aku kecil terus, 'kan aku juga mau punya suami kaya ayah. Terus pas besar aku mau kaya bunda..." ujar Zacquine sambil tertawa kecil kemudian melepaskan pelukan.

Aisyah melotot pada Zacquine, sementara Zacquine hanya tertawa kecil. 'Lucu banget ngeliat wajah bunda gitu', batinnya.

"Kamu masih kecil, udah mikir suami aja. Kamu aja masih sering ngompol, udah kelas 1 SMP juga. Hiiii maluuu." balas Aisyah mengedikkan bahu. Zacquine hanya bisa tertawa sampai bahu nya bergetar. Perutnya sakit karena harus menahan tawa melihat ekspresi bundanya yang menurut dia langka.

"Ish bunda! Jangan buka kartu gitu dong." ucap Zacquine baru mengerti ucapan bundanya yang satu itu.

"Daripada terus digodain bunda mending aku berangkat. Bunda salim." ucap Zacquine menyerah. Ia pun menyium tangan bundanya, Aisyah pun mencium pipi Zacquine lalu mengucapkan hati-hati.

"Hati-hati ya anak bunda yang paling cantik kedua setelah bunda. Kalo kesandung semut telpon bunda ya!" ujar Aisyah lagi setelah Zacquine sampai di pintu masuk rumah.

The beauty from heart (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang