Chapter 35

5.5K 251 2
                                    

HAFIDZ POV

Aku menghela nafas lagi. Allen memintaku untuk memikirkan semua. Memang berat, bahkan kali ini... orang lain yang memintaku demikian. Aku hanya tak sanggup apabila tidak bisa berbuat adil dan melihat mereka tersakiti karena menahan ego masing-masing. Memang, aku mengerti kenapa istriku meminta demikian, karena almarhumah saudarinya pernah melakukan hal yang sama. Hanya saja... konteks kali ini berbeda. Amat sangat berbeda.

Aku hanya takut bila tak dapat memuliakan wanita itu.

Tentang perasaan? Mungkin terselip rasa kagum padanya, ia dapat berhijrah sedemikian cepatnya. Bahkan...ia seorang penghafal Qur'an. Pria itu... aku tak mengerti lagi mengapa ia tega berbuat keji kepada Zacquine. Padahal... wanita sebaik dirinya harusnya dilindungi.

Melihat ketulusan istriku, aku tak tega untuk menolaknya.

Ya Rabb, inikah ujian dariMu untuk menguatkan hatiku?

Dan tadi, kami telah membicarakan perihal lamaran. Aku akan melamarnya sekitar lusa.

Bismillah.

Hafidz POV end.

Hari terasa begitu cepat. Tiba hari dimana Hafidz meski menepati janjinya untuk melamar Zacquine, calon istrinya. Calon istri. Mengejutkan, namun itulah yang terjadi.

Hafidz memanaskan mesin mobilnya, siap untuk melajukannya di jalan raya sementara Annisa tengah berjalan menuju mobil suaminya.

"Udah siap, sayang?" tanya Annisa lembut.

Hafidz mengangguk. Lalu ia menderukan mesin sehingga berjalan.

Sesampainya disana, mereka langsung menuju ruang tamu dan disambut begitu hangat oleh keluarga Zacquine.

"Mari duduk," sambut Yousef sembari menjabat tangan Hafidz dan menyambut Annisa.

Mereka pun duduk di sofa yang telah disediakan. Yousef pun memanggil Zacquine agar acara lamaran dapat segera dimulai.

"Sayang! Tamunya sudah datang!" panggil Yousef setengah berteriak.

Sementara di kamarnya, Zacquine mengusap tangannya berkali-kali.

Apa ini bukan suatu kesalahan?
Ini hanya mimpi, bukan?
Aku tak mau menjadi seseorang yang bahagia tapi bukan haknya,
Mengapa...?

Ya Allah... mengapa kak Annisa terlalu... baik?
Ya Rabb... apa ini cobaan dariMu untuk menguatkan kami?

"Sayang... ayah sudah memanggilmu. Mereka sudah datang,"

"Jangan membuat mereka menunggu." ucap Mixel penuh kasih sayang.

"Tapi, Mom..." ucap Zacquine ragu.

"Kenapa, sayang?"

Ia menghela nafas kemudian menggigit bibir, menahan tangis.

"Apa semua ini tidak salah? Maksudku... hanya saja, harusnya hal ini tidak terjadi, Mom.
Aku... aku, merasa tak pantas bersanding dengannya, aku tak mau merenggut kebahagiaannya,
kak Annisa, dia terlalu baik..." ujar Zacquine tergugu.

Mixel memeluknya. Mendekap erat tubuh Zacquine.

"Sayang, mungkin kamu belum dapat menerima semua ini, tapi percayalah... Mommy tahu dia pria yang baik, begitupula dengan Annisa. Hafidz, pasti dia memiliki itikad yang baik untuk menikahimu, sayang. Percayalah, dia pasti akan menjagamu dengan sangat baik." hibur Mixel sambil mengusap punggung anaknya.

The beauty from heart (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang