Part XIV

13.8K 393 5
                                    

Alifia Pov!

Tau apa yang pertama kali aku rasain ketika kesadaranku pulih? Sakit. Aku meihatnya duduk disana, didepan tempat tidurku. Matanya tidak pernah terlepas dariku, walaupun kulihat warna matanya sudah berubah kemerahan. Wajahnya kucel, mengisyaratkan bahwa dirinya butuh istirahat.

"Kamu udah sadar?" tanya-nya dengan suara parau. Aku bisa melihat sinar kelegaan dimata-nya, dan akupun bisa merasakan detak jantungku bertambah cepat ketika dia berjalan mendekatiku. Dia berdiri menjulang di sampingku, ujung bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.  "A.." Dia tidak menyelesaikan ucapannya, kulihat dia berusaha menegarkan hatinya. "Aku udah tau semuanya."

Aku tau. Tapi yang kulakukan justru bangkit duduk dan memeluknya. Memeluk badan-nya yang terasa sangat lelah, dan kurasakan aroma khas tubuhnya. Dan aku tak tahu apa yang membuatku akhirnya menangis di pelukannya. Mengeluarkan semua tangis yang ingin aku keluarkan dari dulu, dari awal mengetahui tentang penyakitnya.

"Jangan nangis Al, bukankah Al-ku itu cewek yang kuat?" Kudengar suaranya terdengar serak, menandakan dia menahan perasaannya. Tangannya terangkat mengelus punggungku lembut, tapi tindakannya malah membuatku menangis semakin kencang.

Aku menangis cukup lama, dan lelaki ini tetap setia memelukku. Tidak banyak bicara, hanya mengelus punggungku dengan lembut. Kemudian ketika aku sudah mulai bisa mengendalikan tangisku, aku melepas pelukannya perlahan.

"Aku panggilin Mama kamu dulu Al." Setelah melepas pelukanku, Bagas tersenyum lemah dan mengacak rambutku pelan. Kemudian dia berbalik, tidak menunggu jawabanku lagi. Kulihat dia sudah mencapai pintu, kemudian menutupnya dari luar.

^^^^ ^^^ ^^^^

Bagas Pov!!

Tolong! Tolong sadarkan gue dari mimpi buruk ini. Gue bersandar pada pintu kamar Al yang tertutup, lunglai gue jatuhkan diri gue ke lantai. Sekuat tenaga gue berusaha kuat melihat Al menangis dan 'terjatuh' dihadapan gue. Gue berusaha tidak ikut terpuruk ngelihat Al begini.

Gue telungkupkan kedua tangan gue untuk menutupi wajah gue, sekaligus menahan perasaan gue. Ingin sekali rasanya gue menendang semua barang disini, menghancurkan semuanya! Tuhan, kenapa harus Al? Kenapa harus dia yang terkena penyakit ini? Kenapa bukan aku?

"Gas." Gue mendongak mendengar suara Mama Al yang lembut, gue bangkit berdiri melihat beliau tersenyum padaku. Matanya terlihat berkca-kaca, "Kamu nggak boleh ikut terpuruk Gas,"

Gue menatap Mama Al dengan pandangan lelah, itu yang sedaritadi gue lakuin. Itu yang daritadi berusaha gue lakuin.

"Kamu lihat kan tadi dia nangis didepanmu?" Mama Al bertanya, dan seperti hanya sebuah robot, aku mengangguk. "Dokter Rus - Dokter yang merawat Al -, kamu tau apa yang dia katakan sama tante?" Aku menggeleng, seperti robot aku hanya mendengarkan. "Beliau bilang bahwa Al nggak pernah sekalipun menangis karna penyakit-nya ini."

Gue mendongak pada Mama Al yang kini menatapku sambil menangis, sumpah rasanya gue juga pengen banget ngeluarin semua perasaan gue.

"Dan tadi dia nangis dihadapan kamu. Dia bersandar sama kamu, dia terpuruk ke kamu Gas." Frustasi, gue usap muka gue dengan kuat. Berharap semua ini hanya mimpi.

"Maaaa.." Terdengar suara lemah Al dari dalam kamar, dan gue pun langsung bergeser dari pintu. Memberikan jalan pada Mama Al untuk lewat. Arghhhhh!!!

@@@ @@@

Alifia Pov!

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang