Bagian I

28.1K 593 19
                                    

"Kamu cewek apa cowok sih? Lelet amat!!"

"Itu lari apa ngerangkak? Lambat!"

"Minta tanda tangan kakak panitia, SEKARANG!!"

Seantero SMA Liakan penuh dengan suara-suara itu. Kakak kelas membentak, menghukum, dan malah ada yang sampai membuat menangis. Berdiri di salah satu kelompok MOS, Al menunduk karena di atasnya sinar matahari bersinar terik banget. Makhlum sih, udah jam 12 lebih.

"Ngapain kamu nunduk-nunduk? Ha?!" Tiba-tiba kakak kelasnya - namanya Tika - sudah berdiri disebelahnya dengan wajah kejam.

"Panas, kak" jawab Al cuek sambil menyeka keringat didahinya. "Coba deh kakak rasain berdiri disini 10 menit aja, pasti juga nggak tahan." Semua teman sekelompoknya spontan langsung menoleh pada Al. Dari wajah mereka, kelihatan kalau mereka pasti bingung gimana bisa temen sekelompok mereka se-blak-blakan gitu.

Kak Tika mengeluarkan secarik kertas dan bolpoin, "Sebutin nama!" katanya dengan galak.

"Nama" Al menyahut dengan polos. Kak Tika yang sudah siap menulis, langsung mendongak heran.

"Apa?" Tanyanya untuk memastikan apa yang Al bilang.

"Nama" Al mengulangi lagi, masih dengan tampang polos.

"Nama kamu nama?" Kak Tika bertanya heran banget. Al mendongak dan membalas tatapan Kak Tika sambil menutupi kepalanya dengan tangan.

"Kalau nama saya sih Alifia Kak, tapi kalau biar akrab ya panggil Al aja. Singkat padat dan jelas." Al menjawab riang sambil tersenyum senang.

"Terus tadi kenapa kamu sebut 'nama'?" Kak Tika masih belum ngeh, dan masih penasaran aja. Tapi tetep mukanya di stell galak, dan nada suaranya datar.

"Kan tadi disuruh sebutin nama?" Al menjawab dengan polos. Kak Tika langsung kehilangan ekpresi seriusnya dan kelihatan menahan tawa. Gilak ini anak, polos atau mau bercanda sih?

Beberapa anak dikelompok tersebut ikut tersenyum-senyum. "Siapa suruh senyum-senyum? Kalian sekarang keliling lapangan basket 3 kali, cepet!" Perintah Kak Tika dengan sadis, lalu ia berbalik dan meringis lebar-lebar. Menahan geli.

Mereka dengan patuh berjalan ke lapangan basket dan mulai berlari.

"Hallo, lo Al kan?" Seorang cewek beralis lentik bertanya sambil menyejajari Al.

"Satu-satunya." Al menjawab riang sambil menyeka keringatnya, "Gila! Panas-panas gini disuruh lari. Matang, matang deh!" Cewek itu tertawa kecil mendengar gerutuan Al yang blak-blakan banget. " Oh iya, nama lo siapa?"

"Gue Mita. Kita sekelas lho, tapi bukan sekelas MOS." Mita menjawab dengan terengah-engah, tinggal satu putaran!

"Ha? Terus sekelas apa dong?" Al bertanya penasaran sambil berjalan lambat ke pinggir lapangan, dia sudah menyelesaikan 3 putaran. Dan teman-temannya masih tinggal 1 putaran lagi. Jangan tanya kenapa. Karna jawabannya sudah jelas, mana mungkin seorang atlet lari perlu menyelesaikan 3 putaran lapangan basket bareng dengan yang lain? Sudah pasti dia jadi yang tercepat.

"Elo masih 1 puteran mit?" Tanyanya ketika melihat Mita melanjutkan larinya. Mita mengacungkan jempol. Ohh, Al mengambil tempat di sisi teduh lapangan.

"Hei kamu! Kenapa kamu malah duduk-duduk?" Bentak seorang Kakak kelas dengan tampang ganas tapi manis. Ehups, Al langsung menggelengkan kepalanya

"Saya nggak duduk Kak, saya berdiri." Jawab Al tenang, orang dia nggak salah apa-apa.

"Kenapa nggak lari ikutin temen-temenmu? Capek? Ha?!" Bentaknya lagi saat Mita dan teman-teman lain sudah sampai di sebelah Al. "Kalian! Jangan ikut-ikut temen kalian yang males ini! Disuruh lari malah berteduh, emangnya dikira lagi liburan apa?!" Bentaknya lagi.

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang