7

4.7K 277 7
                                    

Setelah setengah jam berlalu, akhirnya kami sampai di hutan ini. Kami keluar dari mobil. Suasana yang penuh kehijauan seperti ini sangat kusukai.

"Ayo masuk! Kau tidak takut berada di dalam hutan kan?"

"Tidak. Justru aku sangat suka dengan hutan karena mereka adalah paru-paru dunia"

Kami sudah sampai di dalam hutan. Kami melihat-lihat tumbuhan apa yang cocok untuk praktek biologi besok.

"Hinata!" Panggilnya.

"Ya?"

"Kau tunggu di sini. Aku akan segera kembali"

"Baiklah"

"Tolong pegang tas ini!"

"Ok"

Naruto pergi menjauh. Aku tak tahu dia mau kemana. Tapi aku yakin dia pasti kembali. Karena sedikit lelah, aku duduk di ranting pohon yang sudah jatuh. Aku memegang tasnya. Tasnya terbuka. Ceroboh sekali. Aku berinisiatif menutup tasnya.

Aku langsung terkejut melihat isi tasnya. Tidak percaya. Aku mengamatinya sekali lagi. Ternyata benar ini memang kalung yang aku jatuhkan waktu itu. Dia menyimpannya? Apa dia tahu kalau aku pemilik kalung ini? Apa dia memang tahu kalau aku melihatnya menghisap darah pria itu? Aku masih terpaku. Kenapa penjepit ini dia simpan? Deg, aku merasa ada yang menepuk pundakku.

"Aku sudah selesai, Arigato yaa."

Aku hanya terpaku sambil memegangi kalung itu. Tiba-tiba Naruto duduk di sampingku dan membuatku tersadar.

"Kalung ini?" Aku mencoba menatapnya.

"Kenapa? Itu milikmu, kan? Kau meninggalkannya waktu itu." Ternyata Naruto tahu tentang ini. Suaranya mulai dingin.

"Jadi selama ini kau tahu kalau aku ada saat itu." Tanyaku memastikan.

"Ya, kenapa? Kau juga tahu siapa aku bukan?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya. Hawa diinginnya mulai terhembus menyentuh kulitku. Aku menyukai hawa dingin ini. Hanya Naruto yang mampu membuatku merasakan suhu dingin seperti ini, bahkan sangat dingin.

"Ya, aku tahu."

"Kau takut denganku?" Saat ini suaranya seperti tidak berjarak lagi di telingaku.

"Tidak, aku tidak takut denganmu."

"Apa? Aku sangat mematikan, kau dalam bahaya saat ini." Suaranya tetap selirih hembusan angin.

"Ya, tapi aku tidak takut denganmu. Kau baru saja menolongku, bagaimana mungkin aku takut denganmu."

"Kau yakin? Apa kau ingin melihatnya lagi?" Naruto membuka topi dan blazer seragamnya. Dibukanya dua kancing atas kemejanya. Seketika cahaya mentari juga memantulkan sinarnya di permukaan kulitnya. Tampak lagi kulitnya yang dikelupas lembut oleh sinar matahari. Lalu tumbuh menguliti kemudian terkelupas lagi. Dia membuka bibirnya, lalu terlihat jelas ada taring yang indah di sana. Bola matanya menjadi merah. Tatapannya semakin tajam.

"Kau tidak menakutkan dengan wujud seperti itu."

"Kau tahu? Aku ini sangat mematikan!" Dia memegang bahuku.

Terasa sangat dingin. Cool. Matanya menatapku lurus untuk meyakinkanku. Dia tiba-tiba bergerak cepat dan menghilang dariku. Lalu tiba-tiba dia muncul dari belakang dan wajahnya tepat di atas bahuku. udara dari mulutnya menyepu pundakku. "Kau harus pergi sekarang!!" teriaknya sangat kencang. Lalu tiba-tiba dia sudah ada di ranting pohon depanku. Suaranya menggelegar hebat di dalam hutan ini.

Kau seperti candu yang selalu kuinginkan. Aku harus melawan dengan keras semua nafsuku terhadap darah hangatmu itu." Dari atas pohon, dia melompat dan tepat mendarat di depanku. Tak ada jarak lagi antara aku dengannya. Aku hanya diam menatapnya. "Aku sudah tidak tahan lagi menahan nafsu ini. Aku ingin menghisap darahmu. Aku adalah pembunuh terkejam di dunia ini." Dia menatapku semakin dekat.

"Aku ingin membunuhmu" Bisiknya

"Aku tidak takut. Aku juga bisa membunuhmu." Ucapku tegas.

"Apa maksudmu?" Dia semakin mendekat.

Aku menjauh darinya. Memejamkan mata. Sembilan detik. Aku merubah wujud asliku. Dengan sayap bewarna cream. Penuh sinar. Bola mata biru bercahaya dengan logo faflei. Garis pelangi di lengan kananku. Wujud ini membuat Naruto terdiam. Sekarang dia tahu siapa aku. Kami sama-sama tahu.

"Faflei? Kau faflei?" tanyanya heran. Ternyata dia juga tahu tentang faflei.

"Mungkin kau tidak percaya karena selama ini yang kau tahu aku sangat ketakutan sejak aku melihatmu menghisap darah pria itu. Ya sangat konyol rasanya, aku sejenis faflei tapi aku takut denganmu. Tapi itu dulu. Sekarang aku tidak takut denganmu.

"Oh ya, kau masih ingat saat kita jumpa pertama kali? Saat kau menolongku dari pohon yang hampir saja menimpaku. Sejak saat itu sampai tiga hari yang lalu, kau membuatku lupa tentang identitasku yang sebenarnya. Karena kau, aku lupa kalau aku sejenis faflei. Tapi sekarang aku sudah sadar. Aku tidak perlu takut lagi denganmu. Kita tidak terlalu berbeda.."

"Karena kita sama-sama mematikan?" tanyanya. Dia mendekat lagi ke arahku. Menyentuh sayapku dengan lembut.

"Ya, mungkin."

"Jadi sekarang apa yang kau rasakan? Aku ingin tahu." tanyanya semakin dekat.

"Aku takut.

"Takut? Untuk apa?"

"Aku takut kau hilang dariku." Aku menatapnya dalam. Tatapanku tenggelam di matanya. Tangannya memegang bahuku. Dia berbisik di telingaku.

"Hinata, pertama kali bertemu denganmu, aku sangat sulit menahan nafsu ini. Nafsu yang menginginkan darah hangatmu."

"Lalu?"

"Awalnya aku pikir, kita tidak bisa berteman."

Kenapa?"

"Aku akan membahayakanmu. Tapi...."

"Tapi apa?"

"Aku tidak pernah bisa untuk menjauh darimu." Dia memelukku sangat erat.

"Kau begitu dingin." Ucapku.

"Kau juga sangat hangat Hinata."

"Naruto."

"Ya?"

"Hanya kau yang bisa membuatku merasakan sensasi dingin seperti ini."

"Oh ya? Mulai hari ini sensasi dingin ini dapat kau rasakan kapan saja kau mau. Aku akan selalu mendinginkanmu dari kehangatan yang juga hanya dapat aku rasakan darimu"

"Benarkah?"

"Ya."














Bersambung....

Vote & comentnya...

Faflei Dan VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang