20

3.7K 56 4
                                    

Rafa sudah aktif bekerja seperti biasa. Bekerja pada Papi Purba, Papinya Rachel. Rachel harus berpisah dengan suaminya untuk sementara. Rachel seperti ogah-ogahan berpisah dengan orang yang dicintainya. Ia masih ingin berdua, bermesra-mesraan menghabiskan waktu. Berkali-kali Rafa memberikan penjelasan pada Rachel agar mau ditinggalkan sebentar saja.

"Aku berangkat dulu yah. Kamu hati-hati di apartemen. Kalo butuh apa-apa, kamu bisa minta bantuan Manda. Oya, jangan segan kabari aku jika terjadi sesuatu padamu. Kerja ini adalah kehormatanku sebagai laki-laki. Tapi kamu adalah hatiku, belahan jiwaku yang harus aku lindungi. Keamanan dan kebahagiaanmu adalah tujuanku sekarang. Aku berangkat yah sayang!" kata Rafandra.

"Tunggu dulu! Tidakkah kau mencium dan memelukku dulu sebelum pergi? Pasti akan terasa lama jika harus berpisah denganmu. Aku memutuskan untuk berhenti sementara dari dunia glamour-ku. Aku mau melakukan demi quality time kita. Tapi nanti, aku akan aktif kembali menjalani peranku sebagai artis. Kamu nggak keberatan kan sayang?" kata Rachel.

Rafa mendekap Rachel dalam pelukannya. Diciumnya kening istrinya beberapa kali. Rachel memejamkan matanya untuk sementara. Dirasakannya hawa kehangatan yang baru saja diciptakan oleh suaminya.

"Apapun asal itu baik untukmu, akan aku dukung. Tapi jangan terlalu memaksakan diri. Apapun yang kamu lakukan, itulah tanggung jawabku. Aku tak mau terlihat buruk di hadapan Papimu." bisik Rafa.

"Terimakasih sayangku. Cium aku lagi..." pinta Rachel.

Rafa langsung mencium Rachel dengan penghayatan maksimal. Manda yang sedari tadi mengintip keromantisan mereka, hanya bisa menelan air liurnya sendiri. Ngenes amat yak!

"Yaudah, kamu cepetan berangkat gih. Aku malu kalo ada mata-mata yang ngintip kita." bisik Rachel.

"Halah, paling cuma si Manda. Abaikan sajalah!" seru Rafa.

"Hush, bisa nggak sih nggak teriak ngomongnya? Nanti kalo dia denger gimana?" kata Rachel.

Tiba-tiba Manda keluar dari persembunyiannya. Mengagetkan Rafa dan Rachel yang tengah asik berpelukan.

"Aku udah denger kok." kata Manda dengan wajah melasnya.

Spontan, Rafa dan Rachel tertawa terbahak-bahak. Rachel pun menyuruh Rafa segera berangkat. Dan kini tersisa Rachel dan Manda di apartemen itu.

"Non Rachel, Manda mau beli kebutuhan rumah tangga. Isi kulkas sudah menipis. Paling bisa bertahan sampai malam ini. Kalo besok, Manda nggak bisa belanja. Karena waktu Manda buat nonton film horor di bioskop. Manda udah terlanjur janji sama temen Manda. Jadi izinkan Manda belanja sekarang Non Rachel." kata Manda.

"Tunggu bentar. Aku ambilkan kartu kreditku dulu. Oya, abis belanja kamu langsung pulang. Nggak ada yah acara mampir ke kafe atau nyalon!" seru Rachel.

"Iya Nona Rachel." kata Manda pasrah.

Asisten atau apa nih, mau nonton mau ini mau itu sama teman-temannya. Kok jadi suka-suka dia? Kok bisa banget ngatur jadwal agar aku tak mengganggunya? Huh, perlu dikoreksi ini! Batin Rachel.

Manda segera meninggalkan apartemen setelah mendapatkan kartu kredit dari majikannya, Rachel. Rachel sempat menghembuskan nafas lega setelah Manda tak ada lagi dalam penglihatannya. Hanya tersisa dirinya saja dalam apartemen mewahnya itu.

Rachel menyalakan TV. Tidak banyak acara yang menarik di pagi hari. Hanya acara hiburan untuk anak kecil, dan selebihnya gosip artis. Salah satunya gosip tentang pernikahannya bersama Rafa.

"Aneh! Perasaan nggak ada wartawan yang ngider di sekeliling apartemen. Tapi kok mereka bisa banget nyari bahan berita? Apa Manda bocorin rahasia rumah tanggaku? Abis deh kalo terus-terusan digosipin gini!" omel Rachel.

Bunyi bel apartemen berbunyi. Pertanda ada tamu yang datang.

"Huh, si Manda kebiasaan! Pasti deh dia lupa sesuatu. Lupa pake bedak-lah, lupa pake lipstik-lah, atau jangan-jangan lupa mau beli apa? Parah! Tapi ngapain pake pencet bel segala? Bisa kali ah langsung masuk aja! Masih kaku aja!" gerutu Rachel.

Saat pintu apartemen dibuka, bukan Manda yang ada di sana. Tetapi Egi yang sangat dikenal Rachel. Rachel berusaha menutup kembali pintu apartemennya dan gagal. Egi terlanjur bisa masuk ke dalam apartemen Rachel.

"Apa mau elo?" selidik Rachel.

"Mau tau gimana kabar lo setelah resmi jadi istri saingan gue." kata Egi santai, melangkah menuju sofa dan duduk di sana.

"Katakan apa yang elo inginkan? Waktu elo nggak banyak! Sebelum gue usir elo tanpa penghormatan!" seru Rachel.

"Galak amat!" ujar Egi.

Rachel menatap Egi dengan tatapan tak suka. Egi tau itu. Tapi semua dibuat santai seolah tak terjadi apa-apa. Egi menganggap Rachel masih sama seperti dulu. Masih bersahabat dan sangat dekat dengannya.

"Elo harus segera cerai dari Rafandra. Dia nggak baik bagi lo. Lo akan banyak masalah jika tetap bersamanya." kata Egi.

"Jadi gue akan bahagia jika gue bersama elo. Maksud elo gitu?" seru Rachel.

"Ngomongnya kalem aja. Gue tau, elo bukannya nggak suka sama gue. Tapi elo hanya terbebani sama cintanya Rafa. Setelah ini, elo akan sadar. Betapa gue mencintai elo sepenuh hati." ucap Egi.

"Itu bullshit!" teriak Rachel kesal.

Egi terkekeh. Berusaha santai menghadapi kemarahan Rachel.

"Pergi dari sini! Elo adalah makhluk yang sama sekali nggak gue inginkan. Elo adalah perusak!" seru Rachel marah.

"Oke sayang. Cukup sampai di sini saja. Kita lanjutkan besok pertemuan indah kita. Istirahatlah. Gue akan ke sini lagi. Jaga diri elo baik-baik. Gue sayang sama elo!" tegas Egi yang membuat Rachel terlihat jijik dengan perkataan Egi.

Rich GirLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang