10

6.2K 120 0
                                    

"Papi, Rachel bosen nih di sini! Nggak ada yang bisa Rachel kerjain. Terlebih Papi sibuk sendiri dari tadi. Rachel kan bete juga, Pi." keluh Rachel.

"Kamu nggak ada acara? Memangnya lagi free hari ini?" tanya Papi Rachel tanpa berpaling dari laptopnya.

"Ah, Papi sok peduli sama Rachel. Papi aja lebih suka mantengin laptop daripada putri sendiri. Rachel kadang-kadang ngiri sama laptop Papi!" gerutu Rachel, mencebikkan bibirnya.

Papi Rachel menutup laptopnya. Beralih memfokuskan perhatian pada putri semata wayangnya yang mulai manja.

"Kamu mau diperhatiin kayak gimana? Papi nggak ngerti nih cara nyenengin kamu. Kalo kamu masih kecil, paling dikasih permen lolipop atau kembang gula, pasti udah diem. Kalo udah gede kayak gitu, jujur Papi nggak bisa. Coba deh, Papi telpon si Rafa. Kayaknya dia lebih paham buat nyenengin hati Ratu kesayangan Papi yang mulai manja!" kata Papi yang membuat Rachel gembira.

'Ya iyalah Rafa ngerti! Kan dia yang banyak ngajarin Rachel makna kebahagiaan dan kenikmatan! Ah Rafa, aku kangen sama kamu. Kemarilah sayang!' batin Rachel.

"Kok senyum-senyum sendiri? Apa Rafa itu adalah jawaban dari kegelisahanmu? Kamu pingin pergi sama Rafa ya? Ngaku aja sama Papi. Pura-pura manja sama Papi, biar dibolehin main sama Rafa. Nanti kalo Rafa udah selesaian tugas dari Papi, baru deh kalian Papi ijinin buat jalan-jalan." ujar Papi.

"Papi, makasih banyak ya! Papi tau gimana cara bahagiain putri Papi yang cantik jelita ini!" kata Rachel sembari memeluk Papi kesayangannya.

Pintu diketuk.

"Masuk!" seru Papi.

Rachel masih bertahan dalam pelukannya. Tak peduli jika ada yang melihat aksi manjanya terhadap Papinya sendiri. Itu adalah haknya sebagai anak.

"Maaf Pak Purba, bolehkah saya izin untuk pulang? Istri saya jatuh pingsan, dan sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Harapan. Saya khawatir istri saya kenapa-napa. Mengingat dia sedang mengandung calon anak kami!" izin seorang karyawan bernama Kamil.

"Menurutmu gimana Ra?" tanya Papi kepada Rachel yang turut mendengarkan permohonan izin Kamil.

"Baiklah Pak Kamil, atas izinku dan sesuai keputusan Papi, maksudku Pak Purba, Anda boleh pulang sekarang! Oya, untuk biaya selama perawatan dan obat, nanti silakan minta penggantian dari bagian SDM! Semoga istri Pak Kamil cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti sedia kala!" kata Rachel tegas.

"Terima kasih Nona Rachel! Anda adalah pemimpin yang bijaksana! Kalo begitu, saya mohon diri untuk pergi!" kata Pak Kamil.

"Kamu berbakat juga jadi pemimpin! Apa kamu mau jadi penerus Papi di perusahaan ini?" tanya Papi Rachel.

"Ah Papi, nggak maulah! Rachel maunya santai aja. Masalah bisnis, Rachel nggak begitu ngerti. Nanti serahin aja sama suami Rachel. Gapapa kan Pi? Daripada perusahaan Papi hancur karena ulah Rachel?" gumam Rachel.

Papi Rachel tertawa. Di saat itulah Rafa masuk ke ruangan Papi Rachel, tentu saja mengetuk pintu sebelumnya.

"Maaf Pak, kedatangan saya mengganggu! Kalo begitu, saya permisi saja!" kata Rafa yang hendak ke luar ruangan.

"Tunggu! Kamu mau kemana?" seru Papi Rachel menahan kepergian Rafa.

"Kamu di sini saja!" ujar Rachel.

"Ini, minta tolong banget ya! Kamu ajakin putri kesayanganku ini untuk jalan-jalan. Hari ini dia sangat manja padaku. Kamu tau, aku nggak ngerti dengan kemauan Rachel. Coba kamu ajak dia jalan-jalan, dia butuh teman sepertinya!" perintah Papi Rachel.

'Pasti mau! Bertemu dan berduaan dengan Rachel adalah harapan terbesarku. Ku rasa, Rachel sengaja bermanja ria dengan Papinya agar bisa bermanja-manja denganku. Liat saja, dia pasti kangen berat dengan kecupan, sentuhan, dan belaianku. Rachel, kau milikku!' batin Rafa.

"Jadi gimana?" tanya Papi Rachel pada Rafa yang mulai diam.

"Tentu saja bersedia, Pak. Tapi apakah tak ada lagi tugas untuk saya kerjakan hari ini?" tanya Rafa.

"Ada. Tapi tak usah khawatir! Pekerjaan itu biar aku limpahkan pada Hendra dan Arya. Mereka akan meng-handle semuanya. Kamu pergilah dengan putriku! Dia lebih membutuhkanmu!" kata Papi Rachel.

"Papi baik banget deh! Yaudah, Rachel sama Rafa permisi dulu ya, Pi!" seru Rachel sembari mencium kening Papinya, kemudian menarik lengan Rafa untuk keluar ruangan.

Rich GirLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang