18

3.6K 72 3
                                    

Sebuah ballroom di salah satu hotel besar, telah dihias untuk acara pernikahan mewah. Hiasan tersebut bertemakan kuning emas. Kebanyakan ornamen untuk hiasan juga berwarna kuning emas. Yah, hari ini adalah pernikahan Rachel dan Rafa.

Rachel mengenakan gaun pengantin berwarna pink dengan manik-manik berwarna kuning emas. Rambutnya disanggul sebagian dengan tambahan aksessoris rambut berwarna silver. Sementara Rafa hanya mengenakan setelan tuxedo berwarna hitam.

Keduanya terlihat bahagia setelah diresmikan sebagai pasangan suami istri. Rachel selalu mengaitkan tangannya di lengan Rafa, seakan tak mau dipisahkan lagi. Tak peduli siapapun juga yang akan membicarakan mereka di belakang.

Banyak media cetak dan elektronik yang diperbolehkan untuk meliput momen pernikahan. Sebagai artis, Rachel tetap bersikap terbuka dan tak menyimpan kabar bahagia itu untuk dirinya seorang. Tapi tidak untuk Egi. Egi bukan termasuk dalam daftar tamu yang diundang. Tak diundang.

"Nona Rachel, kok saya tidak melihat mas Egi yah? Apa belum dateng?" tanya Manda.

Sontak Rachel melotot menatap Manda. Manda tertunduk takut.

"Dia nggak gue undang. Biarin aja! Lagian jangan nanya dia lagi." jawab Rachel.

Manda segera berlalu dari Rachel. Mengambil makanan apapun yang disukainya. Daripada harus mendapat omelan Rachel yang terkadang membuat kupingnya panas.

"Ada apa?" tanya Rafa.

"Tidak. Cuma masalah kecil aja. Ayo kita duduk. Kaki gue. Ah tidak! Maksudnya kakiku rasanya sudah pegal berdiri begini. Lagian, para tamu juga sedang menikmati hidangan. Ayolah!" ajak Rachel.

"Baiklah. Iya, kamu kan pake high heels yang tingginya di atas rata-rata. Ayo duduk!" kata Rafa.

Mereka pun duduk di pelaminan. Rachel menghirup nafas lega karena setelah sekian lama, bebannya berkurang juga.

"Capek?" tanya Rafa lagi.

"Iya. Meski terbiasa memakai high heels, tapi rasanya ini momen yang paling menyulitkan. Aku tersiksa. Ini menyisakan rasa sakit dan pegal yang luar biasa." keluh Rachel pada Rafa.

"Ini kan pesta pernikahan kita? Bukankah ini adalah tujuan hidup kita?"

"Aku tau itu. Tetap saja..." kata Rachel cemberut.

"Sudahlah, aku akan memijat kakimu nanti. Aku janji, setelah ini semua lelah dan sakitmu akan berakhir. Aku akan memijat kakimu sampai sembuh. Kamu mau kan?" tawar Rafa.

"Ikh, mau banget! Kamu baik banget sih?" kata Rachel berbinar.

Papi Rachel menghampiri mereka. Wajahnya terlihat seperti sedang mencari seseorang.

"Rafa, mana orang tuamu?" tanya Papi Rachel.

"Mereka ada di sebelah sana, Om Purba." kata Rafa.

"Rafa, panggil Om sebagai Papi. Biasakan hal itu mulai dari sekarang." kata Papi Rachel.

"Iya Papi." kata Rafa.

"Papi, Rachel mau minta jatah waktu buat honeymoon sama Rafa yah! Itu artinya, untuk sementara kasih cuti buat Rafa. Rachel mau ke Bali. Setidaknya yang masih Indonesia banget. Boleh ya Pi???" pinta Rachel.

"Iya. Papi akan urus semuanya, termasuk perjalanan kalian ke sana. Baiklah, Papi mau ke sana dulu. Mau ngobrol-ngobrol sama Besan." ujar Papi Rachel.

"Papi kamu memang baik banget, Ra. Wajar saja kalo dia punya anak gadis sebaik dirimu." kata Rafa.

"Iya dong. Aku kan cantik, pinter, dan juga sexy. Ya kan?"

"Iya. Tak ada yang se-sexy dirimu. Bahkan aku menyesal, tak melahapmu dari dulu." bisik Rafa.

Rachel menatap Rafa dengan tatapan horor.

"Iya. Aku seharusnya menikahimu sejak dulu. Biar nggak ada pria manapun yang mencolek dirimu, termasuk Egi itu. Seharusnya dari dulu aku menikahimu. Seharusnya begitu!" kata Rafa sambil menatap Rachel lekat-lekat.

"Ah Rafa, sudahlah! Jangan membuatku ingat masa lalu. Sejujurnya yang ku rasakan saat ini berbanding terbalik dengan apa yang ku rasakan dulu. Aku bahkan sempat mengutukmu agar tak satupun wanita mencintaimu kecuali aku." bisik Rachel.

"Benarkah? Wajar saja, semua wanita yang sempat dekat denganku hanya memanfaatkan harta keluargaku. Itulah sebabnya aku tak mau terlalu berlimang dengan harta keluargaku. Aku lebih memilih mengabdikan diri pada sebuah perusahaan yang ternyata milik Papimu. Aku ingin dicintai oleh wanita yang memang tulus mencintaiku." ujar Rafa.

"Rafa... aku jadi sedih. Boleh nangis nggak? Pinjamkan aku bahumu..." kata Rachel yang mulai menitikkan air mata.

"Sini. Bahu ini memang diciptakan khusus untukmu bersandar." ujar Rafa.

"Tapi malu ah. Masih banyak tamu." kata Rachel.

Rich GirLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang