PART 4

11.5K 636 8
                                    

Didalam ruangan kantornya dia duduk di kursi kebesarannya sambil memeriksa beberapa laporan serta menandatangani beberapa berkas yang membutuhkan persetujuannya, suasananya begitu hening tidak ada suara apapun kecuali deruh napas lelaki itu.

Ceklek!

Adrian menggeram karena suara pintu yang membuyarkan konsentrasinya, seorang wanita yang memakai kemeja putih kekat hingga mencetak bra yang dipakainya dan rok yang begitu pendek mencapai pertengahan paha dengan dandanan yang sangat berlebihan untuk seseorang yang sedang bekerja masuk kedalam ruangannya.

"Ini pak laporan dari bagian keuangan" ucap wanita itu dengan nada suara selembut mungkin serta pandangan mata sayu menggoda

Adrian langsung memeriksa laporan yang diberikan sekretarisnya, ia menengadah sambil mengangkat sebelah alisnya melihat sang sekretaris masih ada didalam ruangannya sembari memperhatikannya.

"Kenapa kamu masih ada disini?" Farren (nama sekretaris Adrian) tersentak, wajahnya memerah karena malu

"Eng-enggak papa pak, kalau begitu saya permisi dulu" Adrian hanya mengangguk sambil membaca berkas di mejanya

Farren keluar dari ruang CEO sambil mengumpat kesal karena perlakuan bos barunya yang begitu dingin, padahal ia sudah berpenampilan semenarik dan seseksi mungkin untuk menarik bos tampannya itu namun respon yang diterimanya sangat diluar prediksinya. Ia yakin bahwa laki-laki lain yang melihatnya pasti akan langsung jatuh dalam pelukannya, tapi ia bertekad akan mendapatkan bosnya itu.

###

"Bunda pulaaaang" Rani menaruh bingkisan berisi martabak yang dibelinya diatas meja makan

Rani mengernyit heran karena tidak mendengar suara si kembar yang biasanya langsung menyambut kedatangannya, kemudian ia melangkah ke kamar si kembar tapi tidak menemukan keberadaan meraka. Capek tidak menemukan Al dan El, Rani memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Sedangkan ditempat lain tepatnya di taman dua orang anak kecil yaitu Al dan El sedang duduk di bangku taman sambil memperhatikan orang-orang disekitar mereka.

"Bang kok kita gak pelnah sepelti itu ya?" tunjuk El pada sebuah keluarga yang sedang piknik tidak jauh dari tempat mereka duduk

"Adek mau piknik? Biar besok abang ajak bunda" El menggeleng mendengar jawaban abangnya

"Bukan itu bang....tapi kenapa kita nggak pelna pelgi belsama bunda dan ayah sepelti anak itu?" Al diam tidak bisa menjawab pertanyaan adiknya

Al adalah anak yang cerdas dan dewasa meskipun umurnya masih lima tahun jadi ia sudah mengerti hal-hal yang ditanyakan oleh adiknya, dulu ia pernah bertanya soal sang ayah pada bundanya namun melihat ekspresi murung dan sedih sang bunda membuat Al tidak pernah lagi mempertanyakan hal tersebut karena menurutnya sudah cukup dengan keberadaan sang bunda bersama dirinya dan El, tidak perlu orang lain lagi termasuk sang ayah yang mungkin saja tidak menerima keberadaannya dan adiknya.

"Adek mau ice cream?" tanya Al mengalihkan pembicaraan

"Mau-mau-mauuu El mau ice cleam bang" El menjawab dengan semangat, matanya berbinar senang

Ice cream adalah minuman paling difavoritkannya, apalagi ice cream buah buatan bundanya. Hemmmmm yummy.

"Bentar abang beliin ya, adek tunggu disini dulu" El mengangguk menuruti ucapan abangnya

Al meninggalkan El dengan nafas lega karena adiknya sudah lupa apa yang ditanyakan sebelumnya. Untuk membeli ice cream Al harus menyebrangi jalan raya terlebih dahulu meskipun bukan jalan raya besar tapi banyak kendaraan bermotor yang berlalu lalang.

Because Your TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang