37. Agenda Terselubung

897 150 40
                                    


Satu hal yang perlu aku ketahui ketika berburu aruna adalah jangan membelakangi arah angin. Berdiri di posisi yang salah dapat membuat angin membawa aroma tubuhku dengan mudah ke hidung para pemangsa itu.

Seperti yang aku dan Albert lakukan kali ini.

Di balik kolom yang menjulang di lantai tiga, kami berdua bersembunyi mengamati pergerakan di sekitar, di kanan, kiri, depan, belakang, maupun atas dan bawah. Aneh tapi nyata, gedung ini sudah sangat sepi ketika kami tiba.

Maksudku sepi dari aruna. Jika sepi dari mayat dan darah, gedung ini jauh dari kata sepi. Banyak potongan tubuh, tulang belulang, darah, dan organ-organ tubuh berceceran di sepanjang jalan, baik yang lama maupun yang masih segar. Dari semua mayat dan semua anggota tubuh utuh segar yang kami temui di jalan, semuanya milik manusia, tepatnya anggota K3. Bukan milik aruna. Artinya pasukan kami dibantai habis, tapi mereka masih utuh. Itu berarti seharusnya kami menemui setidaknya satu aruna di sepanjang jalan.

Kenyataannya tidak ada satupun yang kami temui.

Dengan mudah, aku dan Albert lewat jalur belakang dan berhasil mencapai lantai tiga tanpa halangan apapun. Itu bagus, mengingat kami tidak boleh membunuh aruna satupun di sini demi menghindari bau darah yang akan dicium oleh hidung-hidung super para aruna itu.

Pertanyaannya sekarang, kenapa tidak ada aruna sama sekali di jalan kami?

Jawaban datang dengan sendirinya ketika kami mengintip dari balik kolom.

Satu lantai di bawah kami, para anggota kelompok Evan berkumpul, bersama para anggota berseragam dinas K3. Mataku menyipit curiga. Beberapa dari pasukan di bawah sana, tak kulihat berada di dalam pasukan yang ditugaskan hari ini. Mataku membulat lebar-lebar melihat Anggi dan Elis ikut ada di bawah sana. Visiku bergerak liar ke seluruh orang di bawah sana dan mendapat satu kesimpulan mencengangkan.

Semua ranking S datang ke tempat ini?

Aku dan Albert bertatapan selama sedetik, berbagi keterkejutan dan keheranan yang sama sebelum menatap ke bawah lagi. Keheranan di dalam diriku semakin bertumpuk melihat Bella dan aruna bernama Arka itu sedang dijegal. Kedua tangan mereka dirantai dengan belenggu yang kuhapal terbuat dari perak murni dengan banyak duri kecil hematit di lingkaran dalamnya. Tidak hanya itu, tubuh mereka berdua ditancapi beberapa pedang dan tombak besi perak dan hematit yang semakin melemahkan mereka berdua.

Banyak mayat aruna bergelimpangan tak bergerak di sekitar mereka berdua, kontras dengan pemandangan yang kami lalui tadi. Sepasang aruna itu jelas tidak menyukai keadaan ini. Keduanya menatap benci ke arah satu pria, yang berdiri menjulang di hadapan mereka dengan kepala terangkat tinggi-tinggi penuh keangkuhan. Dia berseragam dinas Komite Keamanan Khusus sama seperti kami.

Siapa pria itu? Wajahnya tampak tak asing, tapi... aku tidak mengenalnya. Kenapa dia berada bersama para ranking S? Kemana pak Indra?

"Bagaimana kesepakatan yang kami tawarkan tadi? Itu win-win solution bukan?" Pria itu menawarkan. Ah sial, sepertinya kami sudah ketinggalan bagian penting.

Diam-diam, aku meraih kotak perekam video kecil yang ada di tas pinggang. Kunyalakan tombol rekam, berharap mendapat suara yang jelas di tengah kesunyian dan jarak rekam yang lumayan bagus ini. Kunyalakan tombol rekam. Untungnya sudut perekaman menangkap gerakan mulut mereka dengan jelas.

"Aku tidak membuat kesepakatan dengan manusia." Arka menjawab dengan keras kepala.

"Atau kamu kehilangan semua keluargamu di sini," Pria bersuara bass itu melanjutkan lagi.

Blood and FaithWhere stories live. Discover now