25. Nara: Istirahat

1.2K 175 101
                                    


Dia berhasil. Dia berhasil melalui babak kualifikasi tanpa luka berat berarti bersama dengan tujuh orang lain. Itu kabar baiknya.

"Secara resmi, saya nyatakan kualifikasi Jayasrata telah selesai! Selamat kepada Tuan dan Nona yang terpilih untuk masuk ke babak selanjutnya!" Tepuk tangan riuh menyahuti ucapan sang pembawa acara. Pria berjas kuning norak itu berdiri dengan angkuh di podium yang melayang tujuh belas meter di atas kepala kami. Bukan jarak yang aman dari para Aruna jika terjadi sesuatu, tapi dia jelas mendapatkan tempat pengamatan arena yang nyaman di atas sana. "Jangan khawatir! Segera setelah acara ini berakhir, akan ada lelang besar yang kami laksanakan! Dan akan ada banyak kandidat pengganti yang bagus di sana!"

Kuharap pelelangan itu legal karena aku sama sekali belum dengar soal rencana lelang apa pun dari Fei.

"Dingin seperti biasanya." Teo yang duduk di sebelahku berujar. Mata merahnya mendelik penuh minat. "Rasanya baru kemarin saat terakhir kali aku melihatmu tersenyum antusias menyaksikan pertandingan dalam gaya gladiator seperti ini. Kaisar Caligula memanjakanmu saat itu, bukan?"

Aku diam. Tidak punya balasan karena kata-kata itu sepenuhnya benar, dan tidak mau membalas karena Teo hanya akan membelokkan percakapan itu ke arah yang tidak kusuka, sudah bisa dipastikan.

"Pertandingan selanjutnya akan diadakan dua hari dari sekarang!" Sang pembawa acara, satu-satunya aruna kelas generasi pertama di dalam arena, memberi penutupan terakhir. "Akhir kata, selamat beristirahat bagi kita semua!"

Sang pembawa acara memberikan kami penghormatan terakhir sebelum turun dari podium dan undur diri. Tidak lagi terlihat batang hidungnya.

"Pertandingan yang seru, ngomong-ngomong," ujar Teo lagi. "Budakmu boleh juga."

Kabar buruk dari semua ini: seluruh Budak milik Teo juga lolos ke babak selanjutnya.

Aruna lain bergegas pergi ke ruangan masing-masing yang telah tersedia, sementara sebagian kecil masih ada di bangku penonton. Entah untuk menyaksikan proses pembersihan ataukah punya alasan lain selain waktu luang yang banyak.

Lantai arena membuka perlahan. Tembok-tembok rapat yang sebelumnya adalah labirin mulai bergeser dan merapat satu sama lain hingga membentuk satu lapis dinding kokoh setebal lebih dari tiga meter di masing-masing arena, membentuk segi lima yang rapat. Para spesies langka yang masih terjebak di arena ikut terjepit dan tergilas tembok yang merapat. Jeritan mereka terdengar saat tembk-tembok itu menelan tubuh mereka ke dalamnya tanpa ampun. Kemudian segalanya di arena senyap, menyisakan hanya suara-suara aruna di bangku penonton saja yang terdengar.

Darah memercik dalam jumlah besar ke kaca yang membatasi kami dengan arena di bawah.

"Sudah kuduga pertarungan tahun ini akan menarik."

Tidak ada yang menarik dari pembantaian sumber daya yang berharga seperti ini. "Tapi mungkin kita sedikit berlebihan dengan semua budak yang mati itu."

"Mungkin kamu benar. Aku rugi besar kehilangan lima budak sekaligus. Tidak bisa kubayangkan mereka yang punya puluhan peliharaan yang tewas di sini. Harga Budak agak tinggi karena sulit didapatkan belakangan ini."

Lubang di arena membuka semakin lebar dan menelan semua tembok labirin itu kembali ke ruang bawah tanah. Menyisakan hanya satu kurungan di tengah arena yang tersisa. Kurungan yang lebih mirip kandang, tempat kesepuluh kandidat yang lolos ke pertarungan sebenarnya berada, dalam keadaan terbius dan tidak sadarkan diri.

"Kapan kalian sepakat menggunakan Spesies Langka ke dalam permainan, Teo?" tanyaku pada aruna yang masih betah duduk di sisiku.

"Kami membahasnya beberapa kali bersama Dewan Kehormatan. Bahkan kami dapat izin dari Dewan Komite sendiri." Satu jariku mengetuk lengan kursi. "Pengalihan perhatian yang bagus, seperti yang kamu minta."

Blood and FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang