PART 40 (Sad or Happy Ending?)

1.6K 91 9
                                    

Hai, akhirnya sampailah kita kepada part terakhir AAK. WOHOOOOOOO:')

Gue post dua part sekaligus nih, HEHE. Caw!

Vote dulu sebelum baca geng:p



**


-Natasya POV-


"Kalian berdua paling telat datangnya. Otw dari jam berapa?" sambut Zul ketika kami sampai di villa.


Suasana pegunungan sangat terasa disini. Sekeliling villa ini dikelilingi pohon-pohon besar yang menyegarkan hati nurani. Sekitar 500 meter dari sini ada perkampungan penduduk. Jadi villa ini tidak terlalu terpencil jauh di tengah gunung. Tapi tetap saja dinginnya minta ampun.

Aku menatap ke arah Agung yang jalan tertatih-tatih karena rasa ngantuk masih menjerat dirinya. Lucu juga lihat wajahnya sekarang. Kayak anak kecil lugu yang masih polos gitu. Seketika aku ingat perjalanan tadi saat aku berciuman dengannya. Ya Tuhan, ampuni hamba-Mu ini. Ciuman tadi adalah ciuman pertamaku. Sebenarnya aku akan menjaga bibirku sampai pernikahanku kelak. Tapi percuma saja, Agung sudah merebut itu. Dasar.

Mobil-mobil banyak terparkir di halaman menandakan anak-anak lain sudah kumpul. Aku berjalan memasuki villa menuju ruang tengah. Suasana yang ramai penuh canda tawa mulai terdengar. Aku mendapatkan mereka yang sedang asik mengobrol di sofa. Menyadari kehadiranku, mereka langsung diam dan menatap aku dan Agung dengan tatapan 'Kalian dari mana aja?' yang jelas. Aku hanya tersenyum sambil melihat ke arah mereka satu-satu.

Alief, Rifa, Khansa, Arinda, Kak Ilham, Kak Fadly, dan Kak Amanda. Ahh aku merindukan mereka. Kak Fadly menatapku dengan senyuman yang teramat bahagia. Melihat itu aku langsung menghampirinya dan duduk disebelahnya.

"Hai, Kak. Apa kabar?" sapaku sambil menampar kedua pipinya pelan karena aku tidak percaya akan bertemu Kak Fadly lagi. Well, setelah yang terjadi selama ini, aku jadi lebih dekat dengannya. Sebagai adik-kakak tentunya.

"Baik, Nat. Ahhh kangen banget nih. Kamu baik juga kan?" jawab Kak Fadly sambil mengacak-acak rambutku pelan.

"Baik kok. Seneng banget Kak Fadly bisa gabung disini. Eh sama Kak Amanda juga." Aku langsung berhambur ke pelukan Kak Amanda. Dia menyambut pelukanku dan dengan gemas mengguncangkan tubuhku. Seperti yang kalian tau, kami memang sudah saling mengenal akrab.

"Ohh jadi gue gaakan disapa juga?"

Aku mendengar suara Kak Ilham yang terasa mengintimidasi. Aku langsung menoleh ke arahnya dan mendapatkan dia sedang cemberut kepadaku. "Bosen lihat Kak Ilham terus," ucapku lalu menghampirinya dan mendekatkan bibirku ke telinganya. "Si doi kangen tuh." Bisikku sambil menggerakan mata ke arah Arinda. Kak Ilham langsung tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Setelah itu, aku langsung duduk lagi di tengah antara Khansa dan Arinda. Aku melihat Agung sedang berjalan ke tangga. Entah dia mau kemana tapi aku tidak mengejarnya. Aku harus bisa menempatkan kapan berduaan dengannya, dan kapan pula aku bergabung bersama teman-teman. Aku tidak mau jika harus berpihak ke salah satu. Karena doi dan teman-teman adalah hal yang sedang aku senangi saat ini.

"Kak Ilham tambah kece ya?" ucapku di telinga Arinda. Mendengar itu dia langsung menyipitkan matanya.

"Iya emang." Jawabnya sambil mengedipkan matanya satu. Huh dasar.

"Keceng lagi aja. Siapa tau nyangkut."

Arinda hanya bisa tersenyum dan melotot tidak percaya ke arahku. Aku hanya bisa tertawa di tempat. Khansa yang mendengar pembicaraan kami pun ikut tertawa. Inilah saat-saat yang indah dalam hidupku. Berkumpul dan mengetawakan teman sendiri. Syukurlah, aku masih bisa merasakan ini.

BROTHERS: The Same GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang