"Bukan begitu! Semenjak kita lulus dari kuliah, yang aku pikirkan hanyalah tidak menganggur. Kamu tahukan bagaimana aku beberapa bulan ini? Jadi maaf jika aku tidak tahu!" Sahut [Nama] mencoba meluruskan. Ia hanya bisa menahan nafas, menunggu reaksi Sakura.

Akhirnya penantian [Nama] berakhir dengan aman setelah Sakura menganggukkan kepalanya dengan pelan. [Nama] membuang nafas yang ditahannya dengan lega, ia berhasil terbebas dari murka Sakura.

"Ingatlah sampai seterusnya [Nama], jika tidak aku akan mencekikmu." Ancaman itu sudah cukup untuk [Nama] menganggukkan kepalanya. Sakura yang tampak biasa itu mempunyai kekuatan yang luar biasa. [Nama] heran dimana sahabatnya menyembunyikan semua ototnya.

"Jadi dimana?"

"Perusahaan yang sedang kita bahas sedari tadi." Seringai Sakura kembali.

[Nama] terdiam, ia pun menatap televisi yang kini tengah menampilkan berita lain kemudian kembali menatap Sakura, dan tak lama kemudian tawanya pecah.

"Seharusnya aku tahu reaksimu akan seperti ini." Ujar Sakura tidak terkesan, ia menunggu tawa [Nama] mereda sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hah.. Serius? Uchiha Corp.?" Tanya [Nama] sambil mengusap air mata di sudut matanya. Jika saja Sakura baru berteman dengan gadis itu, dirinya sudah merasa marah diremehkan.

"Dua rius." Jawab Sakura serius.

"Kenapa aku tidak tahu kalau kamu masuk disana?" Tanya [Nama] bingung.

Sakura mendengus kesal dan memukul pelan kepala [Nama]. "Makanya jangan terlalu sering menonton drama Koreamu."

[Nama] yang tidak ingin mencari masalah lagi hanya menyengir sambil mengelus kepalanya. "Ow, oke lupakan hal itu, sekarang kita kembali ke masalah awal. Apa benar aku bisa melamar disana? Bagaimana caranya?"

"Kamu berpikir seakan Uchiha Corp. ini adalah sebuah penjara. Perusahaan ini sama seperti yang lainnya, membuka lowongan untuk mencari pekerja baru." Jelas Sakura. [Nama] menganggukkan kepala, memilih diam dan mendengarkan perkataan Sakura dengan fokus.

"Seperti yang kamu tahu, Uchiha Corp. sedang bermasalah."

[Nama] kembali menganggukkan kepala, dan kemudian teringat sesuatu. "Pantas saja kamu libur seminggu."

"Yes, jadi para pelaku itu merupakan pegawai di perusahaan sama sepertiku. Dan.. karena mereka melakukan korupsi maka mereka ditangkap. Otomatis mereka dikeluarkan atau dipecat." Sakura berhenti sejenak, memastikan [Nama] masih mendengarkan.

"Terus?"

Mata Sakura terlihat berbinar. "Itu berarti posisi mereka sekarang kosong! Dan kemungkinan akan ada lowongan kerja untuk mengisi posisi mereka!" Lanjut Sakura dengan semangat.

"Tapi, bukankah Uchiha Corp. sedang memiliki masalah? Apa itu merupakan keputusan bagus membuka lowongan pekerjaan?"

Sakura mengangkat bahunya. "Walaupun terjadi masalah, mereka tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan pekerjaan. Lagian kita sudah mendapat libur seminggu, aku yakin mereka sudah memikirkannya matang-matang."

Sambil meminum coklat panasnya sampai habis, [Nama] memikirkan sejenak percakapannya dengan Sakura. Ini merupakan peluang besar, [Nama] tak bisa melewatkannya.

Angin yang bertiup cukup kuat melewati jendela apartemen [Nama], menyebabkannya berbunyi pelan dan menyadarkan [Nama] dari pikirannya.

"Jika kamu berusaha, aku yakin kamu bisa mendapatkan pekerjaan ini, [Nama]." Ujar Sakura sambil menghabiskan minumannya, ia berusaha memotivasi sahabatnya untuk memikirkan tawaran yang bagus ini.

[Nama] pun menghela nafas, beranjak berdiri menuju wastafel di dapur setelah mengambil gelas miliknya dan Sakura yang sudah kosong. Ia hanya meletakkan dua gelas itu disana dengan niat akan mencucinya nanti-setelah Sakura pulang.

Sakura sendiri berdiri dan memakai mantel tebalnya, memutuskan untuk pulang setelah melihat langit yang mulai gelap. Sekarang ini sedang pergantian musim, dari musim gugur ke musim dingin jadi suhu di luar terasa semakin menurun.

[Nama] mengikuti langkah Sakura menuju pintu depan. Sebelum keluar dari pintu, Sakura memutar badannya dan memegang kedua bahu [Nama].

"Semangat! Semuanya pasti akan baik-baik saja."

Tersenyum lembut ke arah Sakura, [Nama] begitu menghargai usaha sahabatnya yang selama ini mau membantunya. Gadis itu menganggukkan kepala dan menepuk pelan tangan Sakura.

"Ya sudah, aku pulang dulu." Mereka berdua pun saling melambaikan tangan hingga Sakura menghilang dari penglihatannya.


Keesokan harinya, sedikit jauh di arah Selatan dari apartemen [Nama], lebih tepatnya di sebuah rumah besar yang terlihat elegan dan tajir, seorang pria berambut hitam berjalan ke ruang makan.

"Selamat pagi~" Sapa pria itu dengan semangat ke arah beberapa orang yang berada di meja makan.

"..."

Melihat tidak ada yang membalas sapanya, pria itu tidak terkejut. Akan tetapi biarpun begitu ia tetap merasa kesal. Dengan wajah cemberut, pria itu duduk di kursi.

"Susah juga kalau tinggal dengan keluarga suram seperti ini." Komentar lelaki itu blak-blakan. Namun tetap saja perkataannya tidak dihiraukan oleh orang-orang di sekitarnya.

"Pagi." Tak lama muncul seorang pria lagi, kali ini dengan sapaannya yang malas dan terkesan masih mengantuk. Pria itu pun langsung berjalan menuju kursinya di samping pria yang juga baru saja duduk.

Mereka pun memulai sarapan setelah anggota keluarga terakhir yang mereka tunggu sudah duduk. Suasana makan disana cukup sepi dikarenakan sudah menjadi aturan kalau saat makan mereka tidak boleh berbicara.

Pria berambut panjang yang sedikit acakan dan duduk di ujung meja makan merupakan orang pertama yang menyelesaikan sarapannya, setelah itu diikuti oleh yang lainnya. Selama beberapa pelayan mengambil piring kotor mereka, dirinya menatap yang paling bungsu diantara mereka semua.

"Bagaimana dengan kegiatanmu di Osaka, Sasuke?" Pemuda bernama Sasuke hanya menatapnya dengan datar dan menjawab dengan singkat. "Kegiatanku disana baik paman."

"Oh ya, bagaimana dengan perusahaan paman?" Pria berambut lurus panjang yang mirip dengan Sasuke namun lebih tua beberapa tahun darinya bertanya.

"Aku berhasil mengetahui pelakunya Itachi. Dan sesuai rencanaku, sekarang mereka sudah ditangkap." Jelas Madara.

Pria yang awalnya cemberut tadi menganggukkan kepalanya. "'Mereka' itu berarti lebih dari satu. Hmm.. Berani juga."

"Jadi paman akan membuka lowongan kerja lagi?" Shisui-pria yang masih mengantuk itu bertanya, dengan menekankan kata 'lagi'

"Sepertinya begitu."

"Aku pergi dulu, sepertinya Naruto sudah menunggu dari tadi." Pamit Sasuke sebelum berdiri dan berjalan pergi.

"Aku juga harus pergi, banyak pasien sekarang ini yang harus kutangani." Disusul Itachi.

"Shisui-kun, kamu tidak bekerja?" Obito menoleh ke arah Shisui yang ternyata sudah berdiri dari kursinya.

"Tidak, hari ini aku dirumah saja. Aku mau tidur." Shisui pun ikut beranjak, meninggalkan Madara dan Obito.

"Kalau paman?" Perhatian Obito kini mengarah ke arah Madara.

"Kenapa kamu bertanya pertanyaan yang sudah ada jawabannya di depan matamu?" Balas Madara sambil berdiri, menampilkan pakaian formal yang dipakainya.

Setelan itu Madara berjalan pergi, meninggalkan Obito sendirian di ruang makan. "Hah, keluarga macam apa ini! Tidak seru. Lebih baik aku ke apartemen Kakashi saja."



Chapter selanjutnya tentang pertemuan kalian dengan Uchiha-Uchiha. Kalian mau ketemuan sama siapa dulu?

Vote dan komen sangat dihargai disini, Makasih.

𝙴𝚝𝚑𝚎𝚛𝚎𝚊𝚕Where stories live. Discover now