⇦TIGA PULUH LIMA⇨

170K 9.3K 826
                                        

Njirr...nangis bgt gua bacanya..Gua mah yangka ceritanya bakal kek gini..gua pikir konflik ceritanya cuma antara Dimas, Karrel sama Kiara aja..setelah konfliknya selesai Karrel sama Kiara jadian trs ending dehh...eh ternyataaaa....Pokoknya dua jempol dehh buatt author...ceritanya keren abiss..bikin gua baper.....Saran gua sih klo bisa ni cerita ad sequelnya..biar tambah keren..

chamuh

▣▣▣▣▣
Lelaki itu menaruh bunga mawar di vas bunga yang berada di atas meja. Mengganti yang lama. Lelaki itu pun duduk di sebelah seorang gadis yang tengah terbaring lemas. Entah berapa kali lelaki ini telah melakukan hal yang sama setelah pulang sekolah.

Melihat gadis itu teraring lemas di atas kasur dengan wajah yang sangat pucat membuat lelaki ini sangat terluka. Hati yang telah hancur sekarang tambah hancur. Tidak ada lagi semangat dalam hidupnya. Tak ada lagi senyum. Tak ada lagi tawa. Semuanya hilang. Semuanya lenyap.

"Ki, kapan sih lo bangun? Lo udah lama tidur. Jadi, pliss, bangun. Jangan kayak gini terus. Gue nggak bisa kalau harus kehilangan lo. Gue nggak bisa, Ki, gue nggak bisa," lirih Karrel. Kepala Karrel tertunduk, sikunya di taruh di tempat Kiara tertidur sambil mencium tangan Kiara.

Lagi-lagi air mata itu jatuh membasahi pipinya. Lagi-lagi lelaki itu menangis. Entah berapa kali lelaki itu menangis. Menangis dalam diam. Supaya tak ada satu orang pun mengetahui bahwa dia lemah. Dia hancur. Dia rapuh.

Mama, Arrel butuh Mama. Arrel pengin Mama kembali. Arrel sendirian, Arrel hancur, Ma. Arrel hancur, lirih Karrel di dalam hatinya.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan seorang lelaki paruh baya, "ngapain kamu di sini? Sana pergi! Anak saya nggak butuh orang kayak kamu! Gara-gara kamu anak saya jadi seperti ini!" bentak Ayah Kiara. Lelaki itu tampak sangat marah sejak mengetahui semuanya karena Karrel.

Seorang perempuan di belakangnya menenangkan lelaki tersebut. Karrel, lelaki itu berjalan pergi, "maafkan saya karena saya semua ini terjadi. Saya akan menjauh dari anak anda ketika dia telah sadar, tapi ijinkan saya menemaninya sampai ia siuman," kata Karrel sebelum pergi.

▣▣▣▣▣

Satu hal di dunia ini yang tak Karrel sukai, yaitu drama. Tapi kali ini, ia lah yang memainkan drama tersebut. Bahkan ia menjadi peran utamanya di drama tersebut. Ia kira, drama itu kebohongan, drama itu tidak ada. Akan tetapi, sekarang ia percaya, bahwa.di setiap dunia ada beberapa orang yang sedang memainkan drama. Menunggu apakah akhirnya akan menyenangkan ataukah sebaliknya.

Di sini lelaki itu. Terduduk di tepi danau. Menatap langit yang terang benderang, tak seperti hatinya yang mendung. Kenapa harus dirinya? Kenapa? Bahkan untuk menjawab pertanyaannya saja Tuhan tidak mau. Bukan tidak mau, mungkin Tuhan ingin menjawabnya lain kali. Dan kita hanya bisa berharap agar kemungkinan itu benar adanya.

"Hai, boleh duduk di sini?" tanya seorang gadis.

Karrel tersadar dari lamunannya. Lelaki itu menatap gadis itu sejenak. Cantik. Pikir Karrel, "boleh."

Gadis itu pun duduk di samping Karrel, "lo sendirian di sini? Ngapain?" tanya gadis itu.

"Iya, gue sendirian. Gue di sini lagi nenangin diri," ujar Karrel.

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Ada sedikit masalah. Mmm ... ralat, lebih tepatnya banyak masalah. Lo sendiri ngapain di sini?" tanya Karrel.

"Lagi menghindar dari dunia yang kejam ini," jawabnya, "btw, kita belum kenalan. Gue Nala. Kalau lo?" tanya gadis bernama Nala tersebut. Gadis itu mengulurkan tangan kirinya.

"Nala, nama yang bagus. Nama gue Karrel," jawab Karrel sambil membalas uluran tangan gadis di sampingnya itu.

"Mmm ... Karrel, nama yang lucu," komentar Nala.

Different Where stories live. Discover now