⇦ENAM BELAS⇨

203K 11.8K 89
                                    

Kiara berjalan menuju kursi dekat pohon. Ia sedang menunggu jemputan.

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Hari ini ia pulang lebih lambat dari biasanya, karena ada ekstra. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan keringat di sekujur tubuhnya menghampiri Kiara.

"Hai," sapa lelaki itu dengan senyum dibibirnya, lalu duduk di sebelah Kiara.

"Hai, kak, kok baru pulang?" tanya Kiara pada lelaki di depannya yang tak lain adalah Gani.

"Iya nih, tadi gue habis dihukum sama Bu Ratna, lo tau lah sekejam apa guru yang satu itu," kata Gani.

"Emang kakak ngapain sampai dihukum?" tanya Kiara sok penasaran. Padahal ini hanya sekedar cuap-cuap, ada hal lain yang akan ditanyakan setelah obrolan ini.

"Gue habis ngerusakin lampu kelas, mana tiba-tiba Bu Ratna dateng kek jelangkung, terus gue dihukum bersihin gudang, kamar mandi, lapangan sekolah, kantin dan lari keliling lapangan sepuluh kali. Bayangin deh, cuma gara-gara lampu, itu pun gue enggak sengaja. Pokoknya lampu bakal masuk catatan musuh gue selanjutnya, dan juga Bu Ratna," kata Gani dengan wajah tengilnya.

"Paan sih? Lo itu ada-ada aja," kata Kiara sambil geleng-geleng.

Suasana kembali hening. Gani sedang sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu tengah membalas chat para fans nya.

"Kak," panggil Kiara.

"Iya?" tanya Gani, matanya masih fokus pada layar ponselnya itu.

"Gue mau nanya sesuatu," kata Kiara.

"Apa?" tanya Gani, tanpa melirik Kiara.

"Kakak," rengek Kiara seperti anak kecil.

"Iya, iya, mau nanya apa?" tanya Gani sambil menatap Kiara.

"Mmm ... kakak tau nggak kenapa Karrel sama Kak Dimas musuhan?" tanya Kiara.

Seketika wajah Gani berubah menjadi serius, "gue nggak bisa jawab hal itu, Ki, itu privasinya mereka berdua," jawab Gani dengan nada serius.

Kiara hanya terdiam mendengar penuturan lelaki itu, apakah sebegitu rumit kah masalah mereka, sampai-sampai tak boleh ada seorang pun yang tau? Tapi, rasa penasaran Kiara dan perjanjian Kiara untuk mengubah Karrel membuat gadis itu pantang menyerah. Ia ingin Karrel berubah seperti keinginan ibunya, tidak hanya dalam perilaku, tapi juga di dalam dirinya. Kiara tak mau lelaki itu memendam rasa benci di dalam dirinya.

"Ya udah deh, kak, gue duluan ya, udah dijemput," kata Kiara lalu beranjak meninggalkan Gani.

Kiara berjalan menuju mobil putih yang berada di depan sekolahnya. Gadis itu membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

"Kok duduk di belakang sih? Ayah bukan sopir lho," kata pria yang berada di depan. Seketika wajah Kiara tersenyum cerah.

"Ayah? Ayah udah pulang?" tanya Kiara tak percaya.

Sudah hampir sebulan ia tak bertemu Ayahnya dikarenakan pekerjaan beliau yang membuatnya tidak punya waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.

"Iya, jadi sekarang pindah ke depan!" pinta Ayah.

"Nggak ah, Kia masih marah sama Ayah, Ayah itu lama banget kerjanya sampai-sampai aku jamuran nunggu Ayah," kata Kiara cemberut.

"Maaf ya sayang, kamu tau lah bos Ayah yang botak itu nyuruh Ayah ini-itu jadi Ayah nggak bisa pulang," kata lelaki itu, pandangannya masih terfokus kepada jalanan.

"Nggak urus sama bos botak, pokoknya aku masih marah sama Ayah," kata Kiara merajuk.

"Iya, iya, Ayah minta maaf, malam ini gimana kalau kita habisin waktu buat jalan-jalan?" tanya Hendra membuat anak semata wayangnya tersenyum senang.

Different Where stories live. Discover now