delapan

10.5K 2.1K 203
                                    

Mulmednya anggep aja si hanna sama mina. Kalo mau bayangin pake diri sendiri(?) ya monggo. Sukasuka dah penting hepi reding😁😁

"Kau pasti terkejut, kan?"

Wonwoo menatap Mina tajam. Tentu saja. Sudah dijodohkan, dengan dia lagi. Mimpi buruk, batinnya.

"Jangan basa-basi. Orang tua kita menunggu di depan."

Mina mengangguk menyetujui ucapan Wonwoo. "Sebenarnya aku yang meminta perjodohan ini dilakukan," katanya santai.

"Kenapa? Dari mana kau tahu latar belakang keluargaku?" Wonwoo mati-matian menahan amarahnya yang sudah naik ke ubun-ubun.

"Untuk memastikan apa kau dan wanita jalang itu benar-benar pacaran."

Wonwoo mendelik kecil. Wanita jalang? "Kurang a--"

"Aku ini ambisius, Jeon Wonwoo. Aku tidak menyukaimu, hanya tertarik padamu. Aku merasa kesal karena kau mengabaikanku dulu. Dan masalah keluargamu, tentu saja aku tahu dari Ibuku."

Shit! Beruntung Song Mina karena dia perempuan. Kalau saja orang di depan Wonwoo laki-laki, tinjuan keras pasti dia layangkan tanpa ragu.

"Batalkan perjo--Ani, aku bahkan tidak sudi menyebut ini perjodohan. Batalkan semuanya."

Mina mengangguk--lagi. "Pasti, setelah aku sudah tahu siapa si jalang itu sebenarnya."

"Berhenti memanggilnya jalang! Dia seribu kali lebih baik darimu," sentak Wonwoo. Nada bicaranya yang mulai naik buat Mina makin tertarik.

"Wah, dia pasti benar-benar pacarmu. Jadi aku boleh mengganggunya, kan? Kan ada Jeon Wonwoo yang melindunginya."

Wonwoo berdiri dari kursinya. "Terserah kau saja," jawabnya pelan lalu meninggalkan Mina yang tengah memasang senyum miringnya.

[HANNA POV]

Aku bersorak saat melihat scoreboard diseberang sana. Yeah, sekolahku menang lagi! Para pemain dari SMA Hwasung dan Sunwoo mulai meninggalkan lapangan dengan raut wajah yang saling bertolak belakang.

Maklum, dua 'raksasa basket' itu sudah lama jadi musuh bebuyutan.

Aku memutuskan untuk pergi ke parkiran sebelum pintu keluar tertutup lautan manusia. Yah, kuakui penonton malam ini sangat membludak, dan kebanyakan dari mereka adalah fans Mingyu. Ckck, dia memang populer.

"Ikut aku."

Aku tersentak ketika seseorang menarik tanganku dengan lancang. Punggung bidang itu mengajakku menerobos ratusan manusia yang hendak keluar gedung olahraga. Aku ingin memberontak, tapi cengkraman tangannya kuat sekali.

"Ya! Lepaskan! Siapa kau?!"

Dan dia menghentikan langkahnya tepat di samping pintu keluar gedung olahraga yang agak sepi. Jeon Wonwoo? Kenapa di--

"Akan kujelaskan nanti, sekarang ikut aku."

Lagi-lagi dia menarikku menjauhi gedung olahraga. Sial! Apa sih maunya? Aish, lalu Mingyu bagaimana?

Kakinya membawaku ke parkiran mobil di sebelah barat pintu keluar. Dia mau menculikku atau bagaimana?

"Kau benar-benar datang?"

Aku tercekat mendengar suara itu. Kok aku kenal? Tunggu. Dia sangat familiar.

"Tentu saja."

Aku menegang. Bukan, bukan karena Song Mina--aku langsung ingat saat dia menyunggingkan senyum miringnya--berdiri di depanku, tapi karena Jeon Wonwoo.

Sejak kapan jari-jemari kami saling bertautan?

"Kau tahu, sikapmu yang terus-terusan menunjukkan kalau dia ini wanitamu malah membuatku makin penasaran, Jeon Wonwoo."

Apa? Wanitanya? Sebenarnya apa yang Wonwoo rencanakan? Bukannya kita sudah selesai? Gila, dia melibatkanku lagi.

"Jangan sentuh dia, sekalipun hanya ujung rambutnya. Ini peringatan."

Aku tertohok pelan. Situasi apa ini? Sulit dideskripsikan.

***

Setelah situasi-yang-sulit-kudeskripsikan berakhir, Wonwoo kembali menarikku menuju mobilnya. Dan sialnya--lagi-lagi--aku tidak bisa berontak.

"Cepat jelaskan apa maksudmu. Kau yang menyuruhku untuk melupakan semuanya. Dan sekarang kau melibatkanku lagi. Kau gila. Super gila, Jeon."

Wonwoo mendesah pelan. Sial, melihatnya sesantai ini membuatku ingin meninju pipinya keras-keras. Menyebalkan!

"Aku dan dia dijodohkan."

"Lalu?" Aku tidak mengerti. Apa hubungannya denganku?

"Aku tidak sudi."

"Itu masalahmu bodoh!"

Wonwoo menahan tanganku yang hampir membuka pintu mobil. Sial, kenapa tatapannya jadi teduh? Ouh, mataku!

"Jadilah pacarku."

"Ha?!" Aku memekik keras. Sumpah, katakan padaku kalau ini cuma mimpi. "Kau gila. Aku ini pa--"

"Jadilah pacarku, hanya di depan Mina."

Okey, dia memotong ucapanku. Mau di depan Mina kek, di depan rumput yang bergoyang kek, tetap saja statusnya pacaran! Dia bicara pakai otak tidak sih?

"Apapun alasanmu, kau sudah gila."

"Anggap saja aku gila. Kau tahu, Mina sedang mengincarmu, dan aku yakin hanya aku yang bisa melindungimu."

Aku tertohok. Memang apa yang bisa Mina lakukan? Dia itu perempuan. Paling hanya jambak, apes-apesnya ya tamparan di pipi.

"Aku punya Mingyu. Lagipula dia pacarku, jadi hanya dia yang--"

"Kalau begitu ikut aku."

Lagi. Kata-kata itu keluar lagi. Aku sampai bosan mendengarnya.

"Ya! Mau kemana?" tanyaku sambil menahan tangannya yang hampir membuka pintu mobil.

"Izin pada Mingyu. Aku mau meminjam wanitanya."

Brengsek! Dia pikir aku barang?

***

Haduh, ini cerita apa kok makin ngawurr. Asli otak mulai buntet mikirin ff ini.

Yang saya butuhkan hanya voment kalian(?). Jgn lupa ya guys, biar akunya lebih mangats lagi *eeaa😂😂

Kunjungi wattyku untuk baca wonwoo as dan carat's imagination. Ciaoo thankyuu🙇🙇

TSUNDERE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang