tujuh

10.9K 2.3K 222
                                    

[MINGYU POV]

Aku men-dribble bola bulat berwarna orange di tanganku dengan lincah. Semangat, lusa adalah pertandingan terakhirku sebelum pensiun dari basket. Maklum, kehidupan anak kelas 12 sudah datang menyapa.

"Hyung." Aku merasakan seseorang menepuk pundakku. "Berhenti, jangan latihan terus."

"Iyaiya, sebentar lagi. Kau pulang duluan sana."

Hansol menatapku kesal. "Iya, latihan saja terus biar lusa sakit. Aku tidak sabar melihat coach memarahimu habis-habisan."

Aku tertawa. Tidak salah aku memilihnya sebagai the next kapten basket SMA Hwasung. Selain berbakat, dia juga tampan. Persis seperti aku.

"Kau--"

"Ming!"

Suara lantang itu berhasil mengalihkan pandanganku dari Hansol. Aku tersenyum lebar lalu menepuk pundak Hansol pelan.

"Aku duluan."

Akupun segera berlari menghampiri si gadis aneh yang aku klaim sebagai pacarku itu. Sudah berapa hari aku tidak melihatnya? Seminggu?

"Astaga, sudah jam berapa ini? Kok masih latihan sih?" cecarnya.

Aku melipat tanganku di depan dada. Bibirku mengerucut, berusaha merajuk imut.

"Astaga, sudah berapa hari ya kau tidak menemuiku? Ck, aku kalah dengan pensimu itu."

Hanna tertawa. Kalau dipikir-pikir pensi kemarin memang menyebalkan sih. Padahal itu pensi terakhirku. Kukira aku bisa menghabiskan waktu dengan Hanna, tapi ternyata.... Yah, urusan bazar jauh lebih penting.

"Jadi kau cemburu pada bazar? Aigo, malu tahu!"

Aku segera memeluknya erat lalu mengayunkan badannya ke kanan dan ke kiri. Hihi, untung lapangan ini sepi, jadi aku tak harus merasa bersalah pada para jomblo di luar sana. Eh? Apa Hansol masih ada di lapangan? Haha, sorry bro!

"Ming, kok peluk-peluk sih! Badanmu basah tahu!" protes Hanna. Tangannya yang memukul dadaku itu malah membuatku ingin memeluknya lebih erat. "Ming!"

Aku melepas pelukanku sebelum dia kehabisan napas. Eh, apa seerat itu? Wajahnya sedikit merah.

"Terlalu erat ya?" tanyaku polos.

"Dasar psikopat. Niat membunuhku?"

Aku mengacak rambutnya pelan. Mana mungkin aku membunuh future wife-ku. Yang benar saja.

"Tunggu disini, aku akan kembali."

"Ya! Mau kemana?"

"Ganti baju. Ikut?"

Dia menatapku tajam. "Dasar mesum!"

***

Musim panas seperti ini memang paling pas makan es krim. Apalagi makannya ditemani perempuan cantik. Ya kan? Hihi.

Mungkin sudah hampir sepuluh menit aku menatap Hanna yang tengah asik menghabiskan mangkuk kedua es krim green tea-nya. Hatiku ikut-ikutan meleleh seperti es krim di depanku. Ooh Kim Mingyu, sejak kapan kau se-cheesy ini?

"Ming, es krimmu buatku ya?"

Aku meletakkan es krimku di depannya. "Hatiku juga buatmu kok."

Dia mencibir pelan lalu memakan es krimku yang mulai mencair. Dia memang penikmat es krim sejati.

"Ming, kau tahu kan kalau Wonwoo memberikan tiga juta won pada Yerin?"

Tsk, kenapa nama itu muncul sih? Buat sebal saja. "Hm. Wae?"

"Ternyata itu bukan uang ayahnya. Terus dapat dari mana ya? Aku penasaran."

Oh dasar Hanna yang polos. Uang tiga juta sih tidak ada artinya buat Wonwoo. Ibarat kata, dia buang airpun mengeluarkan uang. Kalian bisa bayangkan sendiri betapa kayanya keluarga Jeon.

"Mencuri kali," jawabku asal.

"Nah itu dia! Aku takut dia merampok bank. Bagaimana kalau dia juga menipu orang? Aku dan Yerin bisa ikut terseret dong? Kok aku jadi takut sih."

Astaga, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku heran melihat reaksinya yang diluar ekspetasi. Pacarku polos sekali ya Tuhan.

"Bagaimanapun caranya dia dapat uang itu, aku tidak peduli. Yang jelas, urusanmu dan dia sudah selesai. Kkeut, jangan dekat-dekat lagi dengannya."

Hanna menatapku dengan wajah tanpa dosanya. "Entahlah, tapi aku satu kelas dengannya. Kurasa sedikit sulit, Ming."

Oke, perkenalkan dia adalah pacarku yang polos dan bodoh, Hanna.

[AUTHOR POV]

Suasana restaurant Perancis itu terlihat luar biasa. Iringan musik romantis ditemani pelayanan bintang lima dan makanan super lezat benar-benar memanjakan siapa saja yang datang berkunjung, termasuk keluarga Jeon.

Tidak tidak, tapi keluarga Jeon dan Kim Heesun. Wonwoo tidak pernah menganggap wanita itu jadi bagian keluarganya. Hm begitulah.

"Mana temanmu itu, yeobo?" Suara Geunpyo memecah keheningan di antara mereka.

"Sebentar lagi, mungkin terjebak macet."

Wonwoo memutar bola matanya kesal. Menyebalkan!

"Nyonya Jeon!"

Suara wanita berhasil menyentak Wonwoo. Sesuai ekspetasinya, wanita mungil yang katanya istri dari pengusaha kaya itu terlihat begitu glamour. Sebelas-duabelas dengan Heesun. Dan Wonwoo sangat membenci tipe wanita seperti itu.

"Akhirnya kalian datang! Silahkan duduk."

Si wanita dan suaminya itu duduk di kursi yang sudah disiapkan Heesun. Sumpah, Wonwoo berharap acara laknat ini cepat berakhir.

"Ini anakmu? Tampan sekali, cocok dengan anakku yang cantik," goda sang nyonya.

Wonwoo hanya memasang wajah datar khasnya. Mereka tidak tahu saja kalau Wonwoo benar-benar muak sekarang.

"Tentu saja! Oh ya, mana anakmu?"

Aku berharap dia tidak datang, batin Wonwoo. Dia sangat berharap adanya keajaiban malam ini.

"Oh, itu dia."

Heesun dan Geunpyo bahkan rela memutar tubuh mereka agar bisa menatap dia yang--kata ibunya--sangat cantik. Sedangkan Wonwoo? Melirik pun tak sudi.

"Omona, jadi ini yang namanya Song Mina? Astaga, kau lebih dari cantik, nak."

Wonwoo menegang mendengar celotehan Heesun. Mina? Song Mina? Dia tidak asing dengan nama itu.

Perlahan tapi pasti Wonwoo mulai sudi untuk menatap perempuan itu. Deg, mati-matian dia berusaha menyembunyikan rasa kagetnya, tapi sepertinya sia-sia saja.

Perempuan yang tengah berdiri dihadapannya itu tersenyum miring. Licik.

"Selamat malam, namaku Song Mina. Sebuah kehormatan bisa berada disini."

Sial! Wonwoo hanya bisa mengumpat dalam hati.

***

Haii. Sebenernya rada kzl juga liat yg baca selalu turun disetiap chap. Prolognya aja bisa 90+ tp kok lama2... sudahlah.

Aku pngn banget selesein nih ff, tp kok kayaknya malah tambah panjang ya? Duh nasib😂

Jgn lupa kunjungi wattykuu untuk baca wonwoo as dan carat's imagination yaa. Gratis kok bhaqq.

Vomentnya juga jgn lupa yaa. Terima kasih kawan-kawanku yang supeer🙇

TSUNDERE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang