Part 29-Semakin Yakin

2.5K 308 10
                                    

Tolong baca A/N ini.
Hai, sebelum kalian baca part 29. Saya mohon dengan sangat untuk memberikan bintang pada cerita ini. Saya tahu, kalian suka dengan cerita ini dan cerita ini layak dapat bintang dari kalian. Buktinya, kalian masih mau baca sampai sejauh ini. Oke aku terlalu percaya diri. Tapi,
Plisssssss! Sebelum baca atau sesudah baca, tekan gambar bintangnya.
Terimakasih! Karena udah jadi readers yg baik.

P.s.: kalau mau, vote dari part 1 yaa.. Thanks a lots.
P.s.s: maaf merepotkan.

Selamat membaca :-)

•••

Sekarang bukan waktu istirahat, tapi siswa kelas XII-A2 bisa dengan bebas keluar kelas. Ada yang duduk-duduk di sisi koridor, ada yang langsung kabur ke kantin, ada pula yang nongkrong di area lapangan.

Kebanyakan, tidak peduli dengan tugas yang disodorkan di depan mata. Ah, yasudah. Itu pilihan.

Hari ini Bu Lisa-guru prakarya-memberi tugas diskusi yang bebas dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Asal masih di area sekolah, begitu pesan Bu Lisa.

Kaynna, Keynan, Gea dan Caca menjadi satu kelompok. Karena kebetulan mereka duduk depan belakang. Kebetulan yang disengaja, kalau kalian ingin tau. Pasalnya, Keynan sudah dapat info dari kelas lain soal tugas kelompokan ini. Jadi, ya, gitu.

Mereka berempat mulai bagi tugas.

Keynan ke kantin untuk membeli jus dan siomay, sebagai bekal untuk diskusi. Karena diskusi tanpa makanan akan terasa hambar, seperti sayur tanpa garam. Begitulah kira-kira.

Gea dan Caca ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai referensi bahan diskusi. Karena, mereka merasa otak mereka berempat saja belum cukup untuk mendapatkan aspirasi saat mencari bahan diskusi. Karena, yaaa.. Meskipun Keynan dan Kaynna otaknya seencer air, tapi tetap saja buku itu gudang ilmu. Jadi, sangat dibutuhkan.

Sedangkan tugas Kaynna?
Tugas Kay, sungguh paling mudah.
Kaynna hanya perlu duduk di bangku taman. Menjaga bangku dari pencuri--kelompok lain. Maksudnya, agar mereka berempat bisa kebagian tempat diskusi di luar kelas, yang nyaman. Untuk mendapatkan tugas semudah itu, Kay perlu perjuangan. Yah, dia beralasan sedang sakit perut.

Anak nakal.

Kaynna mengayunkan kakinya. Bosan duduk sendiri. Kalo pergi nanti bakal diomelin, pasti. Bibirnya sudah maju sampai puncak Monas, pipinya menggembung seperti balon udara. Kaynna, bosan maksimal.

"Hai?"

Kay mendongak, "Felsa," mulutnya menganga beberapa saat, terkejut.

Felsa duduk di hadapan Kaynna, matanya mengamati raut wajah lawan bicaranya, "Sorry."

Kay memasang wajah datar, "For what?"

"Semuanya," Felsa mengulurkan tangannya. "Untuk, kejadian yang di WC. Untuk, udah ngancam lo buat jauhin Keynan. Untuk, kejadian Ray." Felsa tersenyum tipis. Jarinya mengetuk meja, gugup. Ada rasa malu, bersalah, takut, cemas, dan semua itu bercampur jadi satu saling mendominasi.

Kay mengangguk mengerti, lalu menerima uluran Felsa, "Gak masalah."

Lalu mereka tertawa.

"Thanks, calon saudara ipar tiri." kata Felsa tidak dapat menahan tawa. Rasa yang tadi menyelimutinya kini luruh. Seolah-olah kata 'gak masalah' yang Kaynna lontarkan adalah angin--yang mampu menerbangkan semua rasa itu. Jauh melambung ke udara.

Kaynna pun begitu, tertawa lebar. Merasa satu bebannya terangkat lagi.

"Sama-sama, calon saudara ipar tiri."

Key for KayWhere stories live. Discover now