4. Fourth: Al

1.1K 98 3
                                    

Al POV (Althea Ligna Diablo/Althea Diablo)

Aku mencoba mengubah tumbuhan di depanku menjadi beracun seperti yang pernah ayah ajarkan padaku. Tidak lama lagi adalah ulang tahunku yang kedua puluh satu. Bagi seorang iblis, di umurku yang sekarang ini aku sudah harus bisa menguasai segala macam bentuk kekuatan iblis. Meski kami bangsa iblis, kami juga memiliki kekuatan yang Tuhan anugerahkan pada kami. Kami tidak sehebat Maleficus yang mampu menguasai segala jenis sihir, kami hanya diberi kemampuan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam. Kemampuan yang kami miliki berbeda dengan sihir kegelapan milik Maleficus unsur kegelapan. Kemampuan kami cenderung merugikan, seperti meracuni, menghisap energi, dan mempercepat kematian. Sedangkan sihir kegelapan cenderung menggunakan energi kegelapan seperti kegelapan absolut, kristal kegelapan, dan segala sihir yang berbau kegelapan.

"Al... sudah nak latihannya. Makan dulu"

"iya bun..."

Meja makan sudah terhidang darah dan daging hewan. Jangan heran, darah makanan wajib bagi kami bangsa iblis khususnya bagi kami yang belum mencapai usia lima puluh. Makanan seperti daging hanya pelengkap, tidak ada daging juga tidak masalah, sama sekali tidak mempengaruhi kesehatan dan stamina tubuh kami. Darah yang kami konsumsi kebanyakan berasal dari darah hewan, kami tidak menghisap darah manusia. Biasanya seminggu sekali kami akan mengonsumsi darah untuk menambah energi kemampuan hitam.

"semua sudah lengkap? Dimana Amora?"

"Amora di karantina ayah. Bukankah dia baru saja mendapat kemampuannya?"

"ya sudah. Kita langsung mulai makan saja."

Tradisi keluarga kami memang tidak pernah berubah. Setiap makan, entah itu sarapan, makan siang, ataupun makan malam, kami selalu menunggu sampai semua anggota keluarga duduk di meja makan ritual makan baru bisa dimulai. Apalagi di akhir pekan seperti ini, kelengkapan anggota keluarga di meja makan bagi kami sangat penting, hal ini ditetapkan ayah guna menjaga keharmonisan keluarga sekaligus agar ayah dan bunda bisa dengan mudah memantau kami saat mengonsumsi darah yang berguna sebagai tambahan energi di saat proses pelatihan kemampuan hitam kami. Tapi lain halnya dengan hari ini. Hari ini hari penting Amora, adikku yang berusia sepuluh tahun baru saja mendapatkan kemampuan keduanya. Kemampuan pertama kami adalah kemampuan merah yang akan langsung muncul begitu kami lahir. Kemapuan kedua adalah kemampuan hitam yang merupakan kemampuan terpenting bagi Iblis seperti kami. Di hari pertama, Iblis yang baru saja mendapatkan kemampuan pertamanya akan dikarantina selama seharian penuh. Hari-hari selanjutnya, mereka akan menjalani latihan intensif pengendalian kemampuan. Kemampuan mereka akan terus berkembang seiring bertambahnya umur dan puncaknya kemampuan hitam akan sempurna pada usia dua puluh satu tahun. Aku sendiri merasakannya. Diumur yang hampir mencapai dua puluh satu ini, aku merasa kemampuanku semakin hari semakin sempurna. Namun seiring perkembangan kemampuan hitamku, aku merasakan adanya kekuatan lain di dalam tubuhku. Aku tidak begitu mengerti, aku berusaha menyembunyikan kekuatan lain ini dari seluruh anggota keluargaku. Sejak pertama kali aku mendapatkan kemampuan hitam, aku merasa kemampuan hitamku memiliki energi yang sangat kuat. Aku bisa mengendalikan kemampuan hitamku dengan baik dan melancarkan serangan dengan akurat, aku bahkan bisa menggunakan kemampuanku sebaik remaja berusia lima belas tahun. Berlebihan untukku yang saat itu baru saja menginjak dua puluh lima tahun. Kemampuanku bahkan melebihi kemampuan hitam pertama ayah yang memiliki catatan rekor tertinggi sepanjang sejarah iblis. Aku tidak begitu kaget mengetahui kenyataan ini. Aku anak sulung dari Raja Iblis terkuat tentunya juga memiliki darah yang sama kuatnya. Arion yang baru saja berumur delapan belas tahun juga memiliki kemampuan hitam yang tidak kalah hebatnya, begitu juga Amora yang saat ini baru saja mendapatkan kemampuannya, aku yakin Amora juga memiliki kemampuan hitam yang hebat seperti diriku dan Arion. Tapi 'kekuatan lain' ini tidak sama dengan kemampuan hitam dan merah yang kumiliki. Kemampuan ini asing untuk tubuh iblisku tapi juga familiar. Aku tidak pernah merasakan adanya aliran kekuatan ini sebelumnya.

"Al! Hei Al! Apa yang kau pikirkan?"

Aku tersentak dari lamunan panjangku. Untung iblis tidak diberi kemampuan membaca pikiran, kalau tidak habis sudah, 'kekuatan lain' ini akan segera diketahui oleh ayah dan bunda.

"tidak ayah. Aku hanya khawatir dengan Amora."

"apa yang kamu khawatirkan. Amora akan sama hebatnya dengan kalian berdua."

Bunda menenangkanku yang memasang wajah pura-pura cemas. Aku tentu tahu, aku sama sekali tidak cemas dengan keadaan Amora. Sekarang yang kucemaskan justru diriku sendiri. Maafkan diriku yang sudah membohongi kalian semua.

"ya sudah. Tunggu apa lagi cepat habiskan darahnya. Kamu tidak akan membutuhkan darah ini lagi setelah umurmu beranjak dua puluh satu."

Mendengar itu, aku seakan teringat dengan makanan yang sedari tadi belum kusentuh sedikitpun. Aku menatap piring yang berisi daging milikku dengan tidak berselera, kuputuskan untuk langsung meminum darah yang dikemas dalam gelas emas. Aku menelan darah dalam satu tegukan. Setelah meminumnya aku merasakan perubahan yang nyata pada diriku, perlahan lengan atas tangan kiriku terasa panas dan terbakar. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, suhu tubuhku selalu dingin dan tidak pernah merasakan panas sekalipun terkena api. Tapi sekarang berbeda, aku merasa panas yang tidak tertahankan.

"ada apa dengan dirimu Al? Kamu kenapa?"

"kak? Kenapa? Kau sakit?"

"Al? Jawab bunda nak, kamu kenapa? Ada yang salah dengan darahnya?"

"pelayan! Cepat siapkan ruang pengobatan. Cek kembali gelas darah Al! Jika ada sedikit saja kesalahan pada darahnya, tidak akan kuampuni kalian!"

Ayah, bunda, Arion berseru panik melihat keadaanku. Aku berteriak kepanasan sambil memegang lengan atas tangan kiriku.

"Arghh... ini panas sekali! Astaga! Ayah, bunda cepat lakukan sesuatu! Sakit! Ini panas!"

"yah... bagaimana ini yah? Cepat lakukan...."

Suara bunda perlahan hilang tergantikan dengan dengungan pada telingaku, kemudian aku merasa gelap yang disusul dengan rasa pusing yang amat sangat. Tidak lama setelahnya, aku jatuh pingsan.

***

Aku mengerjapkan mataku menyesuaikan dengan cahaya dalam kamarku. Berapa lama aku pingsan? Ini pertama kalinya aku jatuh pingsan seperti ini. Bagaimanapun parahnya luka yang kuderita, aku tidak pernah sampai jatuh pingsan. Apa luka itu sebegitu parahnya? Seingatku aku tidak melakukan apapun yang bisa membuatku terluka. Apa ini salah satu proses penyempurnaan kemampuan hitamku? Ayah tidak pernah sekalipun mengatakan hal seperti ini akan terjadi pada diriku saat proses penyempurnaan kemampuan hitam. Benakku diliputi oleh pertanyaan yang tiada habisnya. Penasaran aku membuka lengan bajuku yang menutupi lengan atas tangan kiriku perlahan. Aku beranjak menuju cermin yang terletak di kamarku.

Aku terperanjat kaget. Tanda lahirku menghilang tergantikan dengan pola daun yang berwarna hijau. Rasa-rasanya aku mengenal tanda ini. Tanda yang dimiliki Maleficus Ligna. Polanya sama persis dengan lambang Ligna. Tidak salah lagi. Tapi kenapa pola seperti ini ada pada diriku. Apa aku salah satu dari mereka?

***

Alohaa... Ini tokoh keempatnya. Selamat menunggu yahh... masih ada dua atau tiga tokoh lagi. Aku lagi mikirin namanya... susah mau cari nama unik tapi cantik. Hehe... aku lagi kepingin ngebut. Takut ga bisa ngupdate lagi... mumpung sekarang lagi free... ga ada kerjaan. Kalo udah sibuk pasti bakalan sibuk terus. Ingat vote n commentnya lohh yahh... semangatin gueenya... biar makin semangat update.

Salam, Jocelyn

The Lost Maleficus (HIATUS)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz