To be or Not to be

15.3K 920 11
                                    

Waktu terus berjalan, tentu saja. Kehidupan terus berlanjut. Namun, jika hatimu tetap diam ditempat, apakah pikiranmu akan mampu untuk melawannya dan terus berjalan mengikuti waktu yang takkan mau menunggu ?

Suara langkah kaki yang cepat dan terkesan mantap terdengar di lorong rumah sakit utama Konohagakure. Dengan pakaian berwarna biru muda, seorang kunoichi menyusuri rumah sakit itu sambil memegang beberapa catatan pasien ditangannya. Rambutnya yang kini sudah cukup panjang diikat kebelakang. Mata viridiannya cerah, namun memancarkan aura serius ketika ia membaca lembar demi lembar laporan pasien.

"Haruno-san, kau tidak beristirahat? Kau sudah berada disini sejak pagi.", ujar salah satu tenaga medis sambil melihat jam yang telah menunjukkan jam tujuh malam.

"Ah, Mizumi. Tidak, aku harus menyelesaikan beberapa laporan terlebih dahulu. Lagipula sebentar lagi aku harus pergi ke kantor Hokage untuk menyelesaikan beberapa urusan dengab Rokudaime.", jawab gadis dengan surai rambut merah muda itu ramaha sambil melemparkan senyum kearah rekan kerjanya itu.

"Kau yakin Haruno-san ? Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kau juga perlu istirahat bukan? Rumah sakit utama ini dikunjungi banyak pasien setiap hari. Akan terjadi kekacauan jika salah satu tenaga ahli sepertimu tidak datang karena sakit. Kau tahu, setelah Tsunade-sama berhenti menjadi Hokage, ia tak terlalu sering mengunjungi tempat ini dan kau adalah satu satunya ninja medis yang mampu menggantikannya.", jelas Mizuki dengan nada khawatir.

Sakura hanya tertawa kecil sambil meletakkan beberapa laporan pasien itu di meja meja kerjanya.
"Baiklah kalau menurutmu begitu, bisakah kau bantu aku untuk mengkategorikan laporan ini? Aku akan bergegas menuju ke kantor Hokage dan menyelesaikan semua kepentinganku. Dan jangan khawatir, kau tahu kalau aku tak mungkin jatuh sakit semudah itu kan?", sahut Sakura sambil menepuk bahu rekannya.

"Aku akan menyelesaikan laporan itu secepat mungkin. Pulang dan istirahatlah Haruno-san.", ujar Mizuki sambil mengambil kertas kertas laporan itu dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit, meninggalkan Sakura yang kini tengah bersiap siap untuk menuju ke gedung Hokage, memenuhi panggilan Sang Rokudaime, seorang sensei yang telah dikenalnya sejak ia masih menjadi murid di akademi.



Keadaan cukup sepi. Hanya terlihat beberapa penjaga di sepanjang lorong gedung itu.

"Aku datang memenuhi panggilan Rokudaime.", jelas Sakura kepada pengawal di depan pintu kantor Hokage.

"Haruno-san, kau bahkan tidak perlu melapor untuk menemui Sang Rokudaime.", tukas salah satu pengawal sambil tersenyum ramah.

"Diluar gedung Hokage, kami munkin rekan satu tim. Tapi disini peraturan tetaplah peraturan bukan?", jawab Sakura dengan nada ramah sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu.

Segera setelah pintu dibelakangnya tertutup, Sakura hanya bisa menghela nafas melihat apa yang sedang dilakukan Hokage ke 6 itu.

"Ayolah Hokage-sama, kau tidak bisa terus menerus membaca novel itu kan ? Bahkan diruang kerja ?", tukasnya sambil menggelengkan kepala.

"Oi, Sakura.", sahut sang Rokudaime sambil meletakkan kembali buku yang sedari tadi dipegangnya.
"Duduklah, ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu.", lanjutnya lagi sambil memandang kunoichi yang amat dibanggakannya itu.

"Baiklah, Hokage-sama.", ucap Sakura setelah ia duduk di kursi yang ia tarik dari ujung ruangan. Kini ia duduk berhadapan dengan pria yang sangat dihormati dan dikaguminya itu.
"Ada apa memanggilku kemari ? Sebuah misi?", Sakura melepaskan ikatan rambutnya dan menatap pria dihadapannya itu dengan rasa penasaran.

"Hentikan itu, Sakura.", balas sang Hokage kepada gadis itu.

"Huh? Hentikan? Apa?", tanya Sakura bingung.

Unfinished TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang