Bismillah.

Semoga ini pilihan terbaikku.

Aku harus menerima resiko dan konsekuensinya.

Huft, aku harus meninggalkan semua cita-citaku.

Aku harus belajar mencintai Om Mahen.

Aku harus belajar.

HARUS

Aku takut tak bisa menjadi istri yang baik untuk Om Mahen.

Aku takut tak bisa memberikan apa-apa untuknya.

Bagaimana jika dia ingin memiliki anak? Aku masih ingin sekolah.

Haduh, memikirkannya membuatku pusing.

Tolong aku Tuhan.

Aku harus belajar menjadi wanita dewasa, jangan manja terus, sebentar lagi aku akan menjadi istri dari Mahen Alifindra dan sebentar lagi namaku sudah berubah menjadi Farra Illy Selim.

Hufftt.

Ini sudah jalannya takdir. Kita hanya bisa pasrah kepada takdir. Kita tidak boleh marah kepada takdir, karna ini sudah jalannya.

Tunggu

Sejak kapan aku pintar mendramatis?

Entahlah

Huft, aku bosen.

Semua orang pada sibuk di bawah, besok akad nikah akan dilaksanakan disini pada siang hari.

Sedangkan resepsinya akan diselenggarakan malam harinya di Hotel milik keluarga Selim yang sebentar lagi akan menjadi keluargaku.

Aku keluar dari kamarku dan menuju bawah.

Kulihat orang-orang sibuk kesana kemari seperti semut mengangkut makanan.

"Aduh Farra kamu kenapa keluar kamar?? Ayo masuk lagi, kamu abis perawatan, nanti kamu kusam lagi loh" aku hanya memutar bola mataku jengah, mommy mengomeliku hanya karna keluar kamar.

"Ya ampun mom, Farra cuma mau liat keadaan luar doang mom" jawabku.

Mommy mendengus.

"Sayang, kalo kamu keluar nanti kulit kamu kusam, gimana nanti kamu mau tampil menggoda didepan suamimu?" Ucap mommy yang membuat pipiku seketika panas.

"Mommy" aku berteriak.

"Ups, maaf sayang" mommy menutup mulutnya. "Yaudah, sekarang kamu kembali ke kamar" tambah mommy lagi.

Aku hanya menghela nafas.

Skip

*****
Mahen Alifindra POV

Malam hari

Besok adalah hari paling menegangkan dalam hidupku. Walaupun aku sudah tau rasanya mengucapkan ijab qabul, tapi tetap saja aku sangat tegang, karna gadis yang akan aku nikahi adalah gadis yang kucintai.

Dari tadi aku mondar-mandir bak setrika, aku sangat gugup.

"Om bisa duduk gak? Mihri pusing liatnya" gerutu Mihri yang duduk didepanku.

"Om gugup Mihri, besok Om bakalan ngucapin ijab qobul, Om tegang" ucapku kepada Mihri.

Kulihat Mihri berjalan keluar, entah apa yang dia lakukan, aku tak peduli.

Dia kembali membawa segelas air minum "Om minum dulu, biar gak gugup" Mihri menyerahkan segelas air minum.

Aku langsung menegaknya tak bersisa.

"Kalo Om gugup, telpon Farra gih, siapa tau bisa menghilangkan kegugupan Om" benar juga kata Mihri.

Aku segera mencari ponselku.

Ketemu.

Aku langsung mendial nomor Farra, beberapa saat kemudian diangkat.

"Halo" dia memulai pembicaraan.

"Halo sayang, lagi apa?" Tanyaku basa-basi.

"Tiduran" jawabnya singkat.

"Ohh, siapin tenaga buat besok ya" ucapku. Ucapan macam apa ini?

"Kalo gugup minum air" sarannya.

"Udah sayang, nih Om lagi sama Mihri" jawabku.

"Halo Farr" Mihri ikutan menyahut.

"Halo juga Mihri" balas Mihri.

Setelah bertelpon-telpon ria, aku dan Farra segera tidur, untuk persiapan besok.

Huft, rasanya sangat menegangkan.

-Mahfiruz Mihrunnisa-

Marry Your DaughterWhere stories live. Discover now