Tujuh

11.9K 954 26
                                    

Sinar matahari masuk dari sela-sela jendela kamar. Prilly yang masih tertidur langsung membuka matanya. Sedikit mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu dia bangit terduduk.

"Jam berapa ini?" Prilly memandang kearah sekitar, dan tidak menemukan jam dinding. Lalu dia memutuskan untuk mengambil handphonenya di tasnya yang ditaruh di kursi. Prilly pun bangkit dari tempat tidur, mengambil tasnya dikursi dan mencari handphonenya.

"Jam sepuluh!" Prilly langsung lari kearah kamar mandi. Sungguh, ini sangat memalukan. Seorang istri seperti dia bangun siang? Apa bisa dibilang istri?

Apa dia terlalu kelalahan? Padahal tadi malam tidak terjadi apa-apa.

Eh? Jangan berpikir yang aneh-aneh!

Selesai membersihkan badannya, Prilly turun dari kamarnya. Prilly pun turun dan berjalan kearah sekitar.

Semuanya sudah terlihat bersih kembali, bekas hiasan pesta kemarin sudah hilang. Sekarang, tempat ini menjadi lebih tidak terlalu banyak hiasan dan Prilly sangat menyukainya. Apalagi cuacanya yang berubah drastis dari malam yang dingin menjadi pagi menuju siang yang panas.

"Prilly!" Prilly kaget, dan langsung membalikkan badannya. "Gritte! Kau membuatku kaget!" Prilly mendengus sementar Gritte tertawa kecil. "Ya, maafkan aku mrs Rafael. Sepertinya kau sedang mencari suamimu itu ya?" Gritte bertanya. Prilly hanya menggeleng.

"Okay. Suamimu itu sudah pergi keluar duluan dari pulau manseè ini, Prilly. Karena di kantornya sudah ada meeting sangat-ngat-ngat penting." Gritte berkata, membuat Prilly paham.

Ditinggal? Ah, ternyata istri sesungguhnya memang pekerjaannya.

"Mau makan? Sepertinya tenagamu habis semalam ya?" Gritte berkata dengan nada jahil. Prilly mengerutkan dahinya. "Habis tenaga? Habis apanya?."

"Kau pun bangun kesiangan. Pasti tenagamu habisa karena, 'itu'" Ucap Gritte sambil menekukkan jari temgah dan telunjuk secara bersamaan, dan berulang-ulang.

Sementara Prilly masih bergelut dengan pikirannya, handphone yang ada di saku Prilly bergetar.

Ali

Prilly pun menoleh kearah Gritte disampingnya, yang juga melihat kearah layar ponselnya. "Tunggu sebentar ya, Gritte. I'll be back." Ucap Prilly sambil berjalan kearah luar.

"Halo, Ali?" Prilly berkata

"Prilly, sudah makan? Saya akan menjemputmu dan Gritte tiga jam lagi."

"Belum. Aku baru saja ingin makan. Dan kamu membuat nya menunda."

"Oke. See you."

Sambungan dimatikan. Prilly pun menatap ponselnya lalu segera mengalihkan kearah laut luas.

Indahnya.

Prilly pun berbalik kearah ruangan tempat Gritte menunggunya. "Gritte, ayo makan."

Gritte pun mengangguk lalu mengambil tempat disebelah Prilly. "Wah, ternyata tenagamu benar-benar habis ya, Prilly." Ucap Gritte kembali jahil. Prilly pun masih berfikir, dan tiba-tiba terbesit pikiran terjoroknya.

"Gritte!" Teriak Prilly dengan mata melototnya, Gritte pun tertawa dan berlari kecil. "Pikiranmu ya! Jorok!" Teriak Prilly, lagi. Itu itu juga membuat Gritte tertawa lagi.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang