Tiga

12.3K 983 3
                                    

Suara dentingan katel terdengar, menciptakan wangi yang menggoda,

Ya, saat ini, Prilly sedang memasak dengan bahan-bahan yang ada di dapur. Perjodohan itu membuat Prilly, sementara harus tinggal di rumah Mama Tasya dan meninggalkan rumahnya yang penuh kenangan dengan orang tuanya ketika masih ada.

"Astaga Prilly! Kamu ngapain nak!" Teriakan itu sukses mengagetkan Prilly, "Eh tante,"

"Aduh, kamu ngapain masak sih, kan ada Bi Tera, kamu tinggal suruh aja!" Mama Tasya menghampiri Prilly yang masih mengoseng-oseng nasi goreng buatannya, "Ah, gaenak tante!" Prilly masih tersenyum, "Udah, panggilnya mama aja, kan mau jadi mantu juga," Prilly hanya tersenyum, "Eh, Mama coba fried ricenya boleh?" Mama Tasya sudah siap dengan sendok kecil ditangannya, "Eh iya boleh tan-- ma, maaf ya kalau gaenak, masih pemula." Omongannya diiringi tawa kecil, lalu Mama Tasya menyendokan nasi gorengnya, dan memakannya, lalu ekspresinya berubah layaknya Chef Juna yang sedang menilai kontestan Masterchèf. Prilly tak sabar mendengar komentar dari Mama Tasya yang sudah menghabiskannya, "Nasi Gorengnya.....satu ya! Uenak Tenan!" Prilly lalu tertawa terbahak-bahak, begitupun juga Mama Tasya, "Siap Maè"

Ah, serasa kembali memiliki ibu

• • •

Prilly dan Mama Tasya, mereka berdua kini telah duduk memakan nasi goreng di sofa sambil menonton TV, "Haduh, besok-besok masakin Mama lagi ya! Kamu istri idaman banget! Beruntung Ali sama kamu." Prilly hanya tersenyum kecil, "Ah, Mama apaan sih. Prilly gatau apa-apa ko."

"Ah, jangan merendah! Oh ya...besok, kamu bakal fitting baju buat pernikahan kamu,"

deg.

"Fitting?" Tanya prilly, "Ya sayang, kamu bakal fitting baju kamu pas pemberkatan, resepsi keluarga, sama resepsi utama!" Mama Tasya sangat kegirangan, lalu mengambil iPad dari meja, "Nah, sekarang kamu bisa milih designnya, biar nanti kamu hanya tinggal ngukur."

Prilly yang masih kaget tidak mendengar apa yang dikatakan Mama Tasya, mulutnya masih menganga, "Hey,sayang?"

"Eh iya ma, maksud mama resepsinya ada dua gitu?" Mama Tasya mengangguk bersemangat, "Ya, yang satu di Vilice, satu lagi di Pulau Manseè " dahi Prilly mengeryit, "Pulau Manseè?"

"Ya, Manseè. Pulau yang dibeli Ali tahun lalu."

Ya Tuhan, sebegitu kayanya kah calon suamiku ini? Sampai-sampai memiliki pulau private yang tidak semua orang punya

• • •
Prilly masih menggeser-geser layar, dimana gaun gaun indah terjejer disana, banyak sekali yang indah, tapi, dia hanya menyukai 3 baju,"Ini aja deh ma kayanya, aku pilih tiga ini" Prilly memperlihatkan yang dia mau ke Mama Tasya

• • •Prilly masih menggeser-geser layar, dimana gaun gaun indah terjejer disana, banyak sekali yang indah, tapi, dia hanya menyukai 3 baju,"Ini aja deh ma kayanya, aku pilih tiga ini" Prilly memperlihatkan yang dia mau ke Mama Tasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke, yang itu ya?" Prilly manggut-manggut, "Iya,ma"

Mama Tasya lalu mengangguk mengerti, "Oke, Mama tinggal dulu ya, Mama mau keatas dulu." Lalu, Mama Tasya hilang dari pandangan Prilly.

Prilly yang bosan, akhirnya melihat-lihat kearah lukisan dan pajangan yang ada,

semuanya...tampak sangat indah, tampak begitu terjaga dan mahal

Hingga dia berjalan kearah sebuah figura besar, foto keluarga. Disitu masih terlihat jelas, Orang tua yang bukan lagi Mama Tasya dan suaminya, serta 3 anak-anaknya yang masih kecil. Mata Prilly berbinar, keluarga yang harmonis.

Hm, difoto ini tampak harmonis, tapi kenapa ali dengan mamanya selarang begitu bertolak belakang? Mamanya yang ramah dan Ali yang tak berperasaan.

Disudut bawah foto tersebut, terdapat sebuah tulisan,

Rafael's Family

Ohh, jadi nama keluarganya Rafael...

Saat asik malihat-lihat, datanglah seseorang dari pintu dengan berjalan lunglai, Prilly hanya memperhatikannya dengan Dahi Berkerut,

siapa dia?

"Mana uang! Mana!" Prilly sontak kaget dengan teriakan dari orang itu, lalu Prilly melangkah mundur perlahan, lalu orang itu menatap tajam Prilly, "Hai cantik." Lelaki itu berjalan mendekat dengan senyum liciknya, "Anda, mau apa?" Prilly yang sudah mentok di dinding tak tahu harus kemana, lalu lelaki itu menggenggam paksa kedua tangan mungil Prilly, lalu melihat kearah dada Prilly dengan gairah, Prilly menolak lalu ingin berteriak, tapi sekarang mulutnya sudah ditutup oleh tangan pria ini, lalu ketika pria itu ingin memulai aksinya, seseorang datang dari pintu,

"Ray! Berhenti!" Tepat saat itu, Ali datang, lalu memukul wajah itu, sang pemilik wajah itu langsung terjatuh "sialan!" Ray yang marah langsung bangkit dan berjalan kearah Ali, lalu ingin membalas, tapi Ali sudah mendahuluinya dengan tonjokan, lalu Ray kembali terjatuh.

Prilly tidak bisa apa-apa. Bukan tidak bisa, tapi dia tidak tahu, ketika prilly ingin melerai mereka, datanglah Mama Tasya dari atas berlari, "Astaga--" Mama Tasya yang terlalu panik, jatuh dari atas tangga dan berguling-guling hingga lantai bawah.

Lalu, semuanya terhenti, pertengkaran Ray dan Ali terhenti, Prilly berlari kearah Mama Tasya dan melihat kepalanya mengucurkan darah.

Ali ikut berlari kearah Mama Tasya, "Mama, gapapa?" Ali bertanya dengan kaku, sementara Mama Tasya lalu tersenyum dan mengelus tangan prilly yang menopang kepalanya, lalu dia juga mengelus tangan Ali. "Menikahlah, mak-a s-s-saya, akan,
baha-gia." Tepat setelah kata terakhir diucapkan, mata Mama Tasya kosong, tak bernyawa.

• • •

Pemakaman dilaksanakan begitu hikmat, semua orang memakai baju hitam, termasuk prilly yang berada di baris paling depan, bersama dengan Ali, Ray, Tyrone, dan suami Mama Tasya.

Prilly menitihkan air mata, rasanya, kemarin dia sangat bahagia, dengan Mama Tasya, Prilly seperti memiliki ibu kembali. Prilly menjadi ingat kembali, ekspresi bahagia Mama Tasya ketika Mama Tasya menunjukan gaun-gaun pengantin untuknya.

Suaminya Mama Tasya, Evan, masih terpukul, hingga kini, ia masih saja menangis hingga wajahnya memerah.

Ali dan saudara saudaranya hanya diam, mungkin rasa kesedihannya tak terhingga sehingga mengeluarkan air matapun tak mampu.

Ketika seluruh orang yang melayat sudah kembali pulang, tinggal sisa Keluarga Mama Tasya, termasuk Prilly. Lalu, mereka yang sudah berlarut-ralut dalam kesedihan, memutuskan pulang.

Prilly pun pulang dengan kendaraan Papa Evan, sedangkan Ali juga ikut didalamnya.

Mereka semua hening, hingga sampai dirumah. Lalu mereka masuk kerumah dalam diam.

Lalu ketika mereka duduk di sofa keluarga, Papa Evan berbicara, "Kenapa ini begitu menyesakkan..." Papa Evan masih memijat dahinya, "Prilly" Papa Evan berkata, lalu Prilly menoleh, "Iya, Pa"

Papa Evan menatap Prilly dan Ali bergantian, "Sepertinya pernikahan kalian harus dipercepat, demi membahagiakan Mama Tasya."

• • •
• • •

Kuingin hatimu, yang tulus ada disetiap detikku
Jadikan hidupku, berwarna, dalam cintamu, kasihku
Hati, yang tulus slalu,
Janji hati, hidup mati kita kan bersama

(Janji Hati - Budhila)

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang