YOU'RE ALL THAT I NEED

6.4K 366 32
                                    

Udah banyak yang baca Spoilernya kan kemarin

Ini edisi lengkapnya


Happy Reading ya.


Enjoy


Flashback

"Sudah saatnya Ray."

"Aku rasa dia belum siap."

"Dia sudah mendaftarkan diri."

"Dia hanya tidak mengerti apa yang dia akan hadapi, dia menyangka akan masuk universitas seperti anak remaja lainnya."

"Aku sudah melihat kemampuannya, dia gadis yang sangat cerdas, dia hanya perlu di bimbing dan dilatih."

"Aku tidak ingin dia menjadi seperti kita, aku ingin dia hidup dengan normal."

"Tidak ada kata normal untuk keluarga kita Ray."

"Aku akan menyiapkan tesnya besok pagi."

"Tidak bisakah menunggu sampai aku dan Clara menikah?"

"Semuanya sudah ditetapkan Ray. Bersiaplah."

**

Melihat Eve terkulai lemas aku langsung bangkit dari acting-ku. Menggapai tubuhnya dan langsung bergegas menuju klinik.

"Kau suntikan apa Bob?" kataku sedikit panik kepada Bob.

"Hanya obat penenang dan sedikit obat tidur." Jawab Bob dengan santai.

"Apa kau yakin ini aman buat dia?" Tanyaku lagi sekarang sangat cemas.

"Kau sudah berapa lama jadi spy Ray? Kau pasti tau efek samping dari obat tidur dan obat penenang." Sialan sungguh saat ini aku ingin mendaratkan pukulan ke wajahbya Bob yang datar itu.

"She will be fine Ray." kata Bob berusaha menghiburku.

36 jam berlalu

"Aku tidak menyangka dia akan seperti ini. Aku.. Aku.." Aku tercekat diantara tangisanku, ini tangisanku yang pertama semenjak Juliet meninggalkanku dulu aku berjanji tidak akan mengeluarkan air mata lagi.

"Stt..stt.. sudah cukup Ray, ini bukan salahmu. Dulu kita juga mengalaminya tapi memang tidak sampai seperti ini. Aku percaya Eve akan baik-baik saja." Clara memelukku sembari mengusap-usap punggungku.

"Aku takut dia tidak akan bangun lagi. Aku takut dia akan meninggalkanku seperti dia. Aku.. Aku.. Aku tidak sanggup membayangkan hal itu. Aku takut kehilangan harta paling berharga dalam hidupku. Aku sangat menyayanginya melebihi apapun. Aku seorang ayah yang gagal. Seharusnya aku bisa menjaganya lebih baik dari ini." Aku tidak peduli berapa banyak bulir-bulir air mata yang keluar dari mataku. Aku hanya ingin melihatnya bangun kembali.

**

Seakan-akan terbangun dari mimpi buruk, aku terbangun dengan terengah-engah dan aku juga merasakan peluh yang mengalir deras di sekujur tubuhku. Aku merasa sedang berlari, entah apa yang sedang mengejarku. (Lari dari kenyataan lebih cape loh #curhat) Aku mencoba mengatur nafasku, menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan-akan aku tidak bernafas seharian. Jantungku berdetak sangat kencang seperti genderang perang yang sedang ditabuh. Detakannya mengalahkan detakan jam dinding yang ada dihadapanku. Kepalaku sedikit pusing karena dipaksa mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi kepadaku.

"Papa." Ingatan itu yang terlintas di benakku.

"Papa dimana?"

"Bagaimana keadaannya?"

Just MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang