Little star

430 45 0
                                    

Ia berdiri dari kejauhan dekat pintu masuk tanpa orang lain yang menyadari kehadirannya. Pandangannya lurus menatap dua pasangan yang seumuran dengan orang tuanya sedang menangis haru di depan gundukan tanah dan orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Air mata mulai jatuh pada pipinya ketika ingatan akan senyuman, keceriaan dan keinginan polos gadis kecil itu padanya. Rasanya baru kemarin ia menemaninya bermain dan mengabulkan permintannya. Namun kehadirannya kini hanya bisa ia rasakan dalam ingatanya.

Suasana sakral pemakaman telah usai, semua orang mulia pergi satu-satu setelah menaburkan kelopak bunga dia tas gundukan tanah tersebut. Seorang laki-laki yang berdiri di sebelah kedua pasangan itu menangkap keberadannya. Mata mereka saling bertemu, senyuman lembut tampak dari wajah laki-laki tersebut untuknya. Kepergian kedua pasangan suami istri tersebut, lelaki yang ada di sampingnya berjalan mendekati seorang gadis yang berdiri tak jauh dari pemakaman.

EKKY: Apa kamu masih mau mengabulkan permintaan terakhirnya?

[Alice mengangguk dan meraih uluran tangan Ekky untuk mendekat pada gundukan tanah kuburan Isnaini]

EKKY: Dia ingin, kita berdua menaburkan bintang kecil di atas kuburannya. [Ekky mengambil toples kaya yang berada di balik batu nisan, yang berisi penuh bintang kecil dari kertas warna warni.]

ALICE: [Meraih toples bening dan melihat isinya.] Dia membuat bintang kecil ini sendiri?

EKKY: [Mengganguk.] Dia bilang, setiap bintang kecil yang dibuatnya merupakan harapan dan kebahagiaan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Ia berdoa agar semua orang dapat bahagia.

ALICE: [Air mata berlinang] Cantik. Bi ... bintangnya cantik.

Dengan isak tangisnya, Alice menaburkan lipatan bintang kecil dari kertas warna warni buatan Isnaini di atas tanah kuburannya. Berbaur dengan kelopak bunga yang sudah menghabur di atasnya. Ekky menepuk pelan pundak Alice yang bergetar karena ia mencoba menahan tangisannya. Mereka menghiasi kuburan itu dengan bintang warna warni bahkan di atas batu nisannya. Dua gulungan surat tampak saat bintang kecil itu mulai habis. Ekky mengambil kedua gulungan itu dimana tertulis namanya dan Alice disana. Mereka berdua pun membaca surat tersebut. Surat terakhir Isnaini untuk mereka berdua.

Tangisan yang sedari tadi ditahan Alice pun mulai pecah, setelah ia membaca surat dari Isnaini untuknya. Isakannya terdengar begitu keras dengan air mata yang mulai mengalir dari pelupuk matanya. Ekky meraih tubuh Alice yang bergetar, mendekapnya erat pada dadanya dan mengusap air mata yang sempat jatuh di pipinya sendiri.

ɷ

204 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang