"Huft...ibu apa kabar? Aku yakin ibu baik karena lihat saja ibu sudah tidur selama lima tahun dan belum pernah membuka mata ibu selama itu. Coba bayangkan bagaimana keadaan ibu tidak baik jika ibu tidur terus seperti ini?" Tanya Stella lagi. Ia tahu bahwa sebanyak apa ia bertanya tidak akan ada jawaban dari ibunya kecuali suara alat penompang kehidupan.

"Hmm...ya sudah ibu. Stella berangkat kerja dulu ya, Stella sayang dan cinta ibu." Ujar Stella sembari mencium kening ibunya dalam dan lama.

Setitik air mata yang keluar tanpa di undang saat Stella berjalan keluar. Ia harus tetap kuat dan tidak boleh menangis dihadapan ibunya, karena kalau tidak ibunya akan sangat khawatir jika melihat setitik air mata saja jatuh dari mata nya dan Stella tidak ingin membuat ibunya khawatir sampai kapan pun. Meski ibunya terbaring lemah Stella tetap tidak ingin menangis dihadapan ibunya meski dalam keadaan mata tertutup.

"Pagi Stella. Kau mau berangkat bekerja ya?" Tanya seorang suster berumur 40 an yang merawat ibunya. Suster itu adalah suster Erna yang selalu mengabari Stella jika sesuatu terjadi pada ibunya. Ia juga sangat dekat dengan suster Erna, suster Erna adalah seorang janda beranak dua, ia juga sudah menganggap Stella sebagai anaknya sendiri.

"Iya sus, oh ya sus tolong rawat ibu ya dan kabari tentang apa saja yang terjadi pada ibu padaku." Ujar Stella. Karena empat bulan lalu ibunya mengalami keadaan kritis, tapi syukur Sarah bisa diselamatkan dengan perawatan intensif.

"Siap. Ya sudah sana berangkat nanti jika dr. Rafael datang kau semakin terlambat karena asik mengobrol dengan dia. Oh ya tapi kalian terlihat sangat cocok." Ya dr. Rafael adalah dokter yang juga merawat ibunya.

Umurnya masih terbilang sangat muda tapi ia tidak bisa diremehkan dan Stella juga sangat akrab dengan dr. Rafael bahkan saking akrabnya banyak yang mengira bahwa mereka sepasang kekasih dan banyak yang mengatakan mereka adalah pasangan yang romantis. Padahal mereka hanya sebatas teman.

"Ah...suster bisa saja, kami hanya teman. Ya sudah nanti saya bukannya terlambat karena dr. Rafael tapi terlambat karena suster." Ujar Stella dengan nada bergurau pada suster Erna.

"Ah..iya maafkan aku. Ya sudah hati-hati ya Stella." Ucap suster Erna.

"Ya terimakasih sus. Saya permisi." Pamit Stella dan dianggapi anggukan oleh suster Erna yang kemudian menghilang dibalik pintu kamar inap ibunya.

Stella selalu berharap bahwa saat dia meninggalkan kamar inap itu, ibunya terbangun dari tidur lamanya kemudian mendekapnya dalam sebuah pelukan hangat.

******

Stella berlari menuju kantornya, karena sebentar lagi ia akan terlambat jika tidak berlari.

Brak...

"Aduh... maaf tuan maaf... saya tidak sengaja." Ujar Stella seraya berusaha bangun karena tabrakan tadi, membuat Stella jatuh terduduk di lantai.

"Kau tidak apa-apa nona?"

Deg...

Suara itu... Stella langsung mendongak melihat seorang pria mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Ya ampun Stella mati saja lah kau... kau baru saja menabrak CEO tampan dan dingin.

"Nona?" Tanya Alex seraya menaikkan satu alisnya, karena ia tidak mendapat jawaban dari karyawan yang menabraknya ini.

"Ehm...saya tidak apa-apa maaf tuan, tadi saya terburu-buru." Ujar Stella seraya menerima uluran tangan Alex. Hangat... itulah hal pertama yang diterima Stella saat tangannya bersentuhan dengan Alex.

"Sekali lagi maafkan saya. Saya permisi." Ujar Stella lagi dan pergi meninggalkan Alex yang masih berdiri di sana.

Ada desiran aneh yang bergejolak di hatinya saat menyentuh tangan Stella. Sebenarnya Alex baru sadar saat melihat Stella. Bahwa Stella lah gadis yang ia tolong kemarin malam dan Stella lah satu-satunya wanita yang tidak peduli dengannya.

Ya... sekarang ia tahu harus berbuat apa agar gadis itu peduli padanya seperti janjinya saat mendengar gadis itu tidak peduli dengannya.

"Galih cari informasi tentang pegawai ku yang bernama Stella Caelan." ya Alex tahu nama pegaiwainya itu adalah Stella kalian penasaran dari mana Alex bisa tahu? Alex tahu karena di sapu tangan Stella terdapat jahitan nama Stella Caelan. Semua sapu tangan yang dimiliki Stella memang terdapat namanya. Nama di sapu tangannya adalah jahitan dari ibunya.

"....."

"Ya aku tunggu diruangan ku sekarang." Ucap Alex mematikan Iphone nya dan menuju lift khusus para petinggi untuk menuju ruangannya.

*****

"Stella Caelan dia ada di bagian marketing. Dia sudah bekerja di sini selama dua tahun dan proposal yang ia selesaikan selalu menarik minat para pekerja sama perusahaan. Dan empat bulan terakhir ia berhutang sebesar 100 juta pada perusahaan dan baru terbayar 40 juta. Hutangnya ia bayar dengan sebagian gajinya dan jika ia mendapat bonus ia tidak pernah mengambil bonus tersebut karena bonus tersebut ia gunakan untuk membayar hutangnya." Jelas panjang lebar Galih. Asisten Alex.

"Jadi dia gadis yang selalu membantuku memenangkan tender karena berkas-berkasnya itu?" Ujar Alex seraya meletakkan tanggannya di atas sandaran kursi kerja.

"Ya tuan, dia memang sedikit membantu anda." Ya Stella masih di bilang sedkit membantu, karena kebanyakan proposalnya masih diteliti dan diperbaiki lagi oleh Alex agar lebih baik.

"Ya sudah, kau boleh pergi." Ucap Alex mengusir Galih. Galih yang sudah tahu akan kelakuan bosnya itu segera pergi dari ruangan mematikan itu. Karena ruang kerja Alex penuh dengan keintimidasian apalagi dengan tatapan sang empunya ruangan.

Drtt...drtt...

Iphone Alex bergetar menunjukkan ID Caller mamanya.

"Ya Ma ada apa?" Tanya Alex langsung, saat menganggkat telpone mamanya.

"Alex bisa kau pulang sekarang? Ada hal penting yang ingin mama bicarakan kepadamu." Ujar Litina, mama Alex diseberang telpone.

"Aku masih banyak pekerjaan." Alex paling benci jika membahas hal penting saat ini dengan mamanya, karena ia tahu hal penting apa yang akan dibicarakan mamanya itu.

"Hanya sebentar. Tolong lah." Ucap Litina memohon pada anaknya. Karena jika ia tidak memohon bisa dipastikan anaknya ini akan tetap keras kepala sama seperti dirinya.

"Baiklah hanya sebentar." Jawab Alex.

"Okay. Mama tunggu ya." Sambungan telpon langsung di matikan begitu saja oleh Alex.

Kebiasaannya.

TO BE CONTINUED

Typo dimana-mana.

Vomment Please....

#masihamatir

My Husband, My CEO (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang