Part 21

325K 12.6K 151
                                    

"AKU AKAN MEMBUNUHNYA, AWASI DIA!!" Teriak Alex pada lawan bicaranya di seberang telpon.

Stella yang mendengar teriakan Alex terlonjak kaget, sekarang ia benar-benar yakin lawan bicara Alex sekarang merasa sangat takut mendengar teriakan itu.

"LAKUKAN DENGAN CEPAT!!" Teriaknya sekali lagi dan Alex pun mematikan sambungan telponnya.

Mereka kini sudah berada di penthouse Alex atau tepatnya mereka berdua berada di kamar Alex. Ia berjalan kearah Stella yang melihat takut padanya. Stella mengira Alex akan marah padanya sebagai pelampiasan kemarahannya. Jika saja mereka masih berada di perusahaan maka bisa dipastikan Alex akan melampiaskan kemarahannya pada para karyawan.

Berbicara tentang perusahaan dan karyawan, tadi saat Stella dan Alex berniat pulang sekali lagi Stella melihat dengan jelas tatapan yang dari awal menghujaninya, padahal tadi ia sudah mengatakan pada Alex bahwa ia akan ke basemant saja untuk menunggunya, tapi namanya juga Alex tidak ingin di bantah.

Tapi perkiraan Stella salah, Alex berjalan kearahnya dan pria itu menghempaskan badannya ke sebelah Stella seraya memijat pangkal hidungnya dengan mata terpejam tanda pria itu terlalu banyak pikiran.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Stella berusaha menyembunyikan nada takutnya tapi berakhir gagal karena Alex dapat menangkap nada takut Stella dengan jelas.

"Ya." Jawab Alex singkat.

Stella melihat kerutan di dahi Alex tanda pria itu sedang berpikir dengan keras.

Tanpa sadar Stella sudah mengulurkan tangannya untuk mengusap dahi Alex berniat menghilangkan kerutan di wajah tampan suaminya.

"Jangan berpikir terlalu keras, siapapun yang melakukan semua ini pasti akan datang ke padamu." Ucap Stella seraya tersenyum berusaha menenangkan Alex.

Sesaat Stella sadar dengan perlakuannya tapi ia tetap melanjutkan pergerkan tangannya di dahi Alex.

Entah mengapa ia melakukan semua ini, hatinya tergerak untuk menenangkan Alex. Padahal ia sadar betul mungkin saja Alex tidak menyukai gerakannya.

Alex yang semula memejamkan matanya perlahan membuka matanya untuk melihat ekspresi istri cantiknya yang sedang tersenyum tulus.

Aneh sebelum ini tidak ada yang bisa menenangkannya setelah kejadian itu termasuk keluarga dan teman-temannya.

Tidak ada.

Karena hatinya terlalu sakit saat itu untuk bisa ditenangkan. Sejak saat itu Alex tidak pernah bisa ditenangkan dalam keadaan apapun dan dalam masalah sekecil apapun kecuali melampiaskan kemarahannya dengan cara-cara yang dilarang oleh orang-orang terdekatnya.

Tapi dengan Stella, orang yang baru ia kenal satu bulan, wanita-nya, yang menjadi istrinya karena sebuah kesepakatan, kini hanya dengan kata-kata dan sebuah pergerakan kecil bisa menenangkannya.

Aneh.

"Ya aku tahu." Jawab Alex alih-alih menutupi keterkejutanya dengan semua ini.

Stella menjawab perkataan Alex hanya dengan senyumannya.

Apa yang terjadi pada mereka saat ini tidak ada yang tahu kecuali mereka sendiri.

Alex menarik pinggang Stella agar Stella lebih dekat kepadanya.

Stella yang menerima perilakuan itu terkejut tapi ia tidak juga melawan melainkan pasrah untuk apa saja yang akan terjadi selanjutnya. Dan Stella malah menaruh kepalanya diatas dada bidang Alex. Alex memeluk Stella, membiarkan Stella dalam posisi seperti itu.

Mereka dalam posisi seperti itu dalam diam karena mereka sama-sama ingin memahami ini semua. Lama-kelamaan virus mengantuk mereka datang menjemput agar mereka mulai masuk dalam dunia mimpi.

My Husband, My CEO (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang