Alis hitam Ali berkerut heran melihat senyum Natalie lebih muncul duluan daripada jawaban gadis itu. diam-diam dia menghela napas sambil menunduk. Jangan-jangan ajakan itu salah diucapkannya. Ali menggerakkan tangannya siap kembali memakai helmnya. Dia melotot pada Natalie dan berkata pendek. "Ya udah, ajakannya gak jadi deh..." kalimatnya terhenti saat dirasakannya rasa nyeri pada kulit kepalanya. Dia menatap Natalie dengan garang ketika mengetahui bahwa gadis itu menarik kuncir rambutnya.

Natalie menarik lepas tangannya dari segumpal rambut gemuk hitam yang dicengkramnya dengan tersipu malu. Dia merapikan anak rambut disamping telinganya. "Mau...mau kak.."

Ali mendengus membuang mukanya ke samping untuk menyembunyikan semburat merah yang mewarnai wajah dinginnya. Cepat dia menutupi itu semua dengan memakai helmnya dan berkata datar. "Cepat naik".

Natalie menatap punggung lebar yang ditutupi jaket kulit dan menoleh pada Pak Mamat yang ternyata telah berdiri bingung dibelakangnya. Ditangan pria tua itu telah tergantung kunci mobil. Natalie tersenyum lebar dan melambai Pak Mamat dan berkata riang. "Pak Mamat anterin Papa aja ya. Nata bareng Kak Ali".

Natalie beralih kearah Ali dan dia melongo melihat bahwa motor itu tanpa penumpang dalam keadaan mesinnya masih hidup. Dia menoleh kiri kanan dan tatapannya terpaku pada Ali yang berjalan cepat keluar dari pagar rumah tante Wanda. Dia masih merasa heran mengapa pria itu kembali kedalam rumah dan keheranan itu lenyap ketika dengan kaku Ali memakaikan helm half face pada kepalanya.

"Pakai itu". Dan tanpa menunggu jawaban Natalie, dia berjalan kearah motornya dan menaikinya. Dia menoleh kebelakang dan menggerakkan kepalanya member tanda agar Natalie segera naik keboncengan.

Natalie berusaha keras mengendalikan debur jantungnya yang dari tadi terus menghentak keras dadanya seakan nyaris membuncah lepas. Dia menyembunyikan senyum bahagianya dan mengelus sisi samping helm itu dan menaiki boncengan motor itu dengan duduk menyamping.

Suara mesin terdengar membesar saat Ali memasukkan perseneling membuat tanpa sadar kedua tangan Natalie bergerak kedepan mendekap pinggang Ali. Sontak dia menarik lepas tangannya sebelum mendapat protes dari Ali, namun hingga motor perlahan berjalan meninggalkan komplek sama sekali tidak ada protes dari pria dingin didepannya. Natalie menunduk dan memberanikan dirinya untuk memegang kedua ujung jaket itu dan menggigit bibirnya. Berdoa supaya Ali tidak memarahinya. Tapi hal itu tak kunjung tiba dan hatinya mulai menikmati jalanan padat Jakarta pagi itu. Dia merasakan angin lembut menerpa rambut tergerainya di punggung. Ternyata Jakarta yang begitu macet dapat begitu indah dinikmati jika hati sedang gembira.

Selama dalam perjalanan menuju sekolah Ali bukan tidak tahu bahwa diawal Natalie sempat memeluk pinggangnya walaupun setelah itu gadis itu melepaskannya. Kemudian ditengah perjalanan dia menunduk dan mendapati sepasang tangan putih tengah mencengkram erat ujung jaketnya. Melalui spion kanan, Ali melihat wajah kemerahan gadis remaja yang berada di belakangnya yang tampak menikmati suasana pagi itu. dibalik helmnya senyum Ali merekah dan dia juga memutuskan menikmati suasana pagi yang cerah itu. Rasanya cukup nyaman berbagi diawal pagi bersama Natalie. Itu adalah pikiran yang muncul dibenak Ali untuk pertama kalinya.

Bagi Natalie sampainya dirinya pada area sekolahnya sangat begitu cepat. Dia masih ingin bersama Ali lebih lama tapi pria itu dengan tenang menghentikan laju motornya tepat 500 meter dari gerbang sekolah. Ali mematikan mesin motornya dan menoleh kebelakang dimana Natalie masih belum turun dari boncengannya.

"Apa perlu digendong turun dari motor?" pertanyaan Ali yang bernada dingin sama sekali tidak membuat Natalie terganggu sebaliknya gadis itu malah menentang pandang mata Ali dibalik helmnya.

"Kenapa hanya sampai disini?" Natalie bukanlah tipe gadis yang penuntut dan manja namun entah mengapa sifat itu tiba-tiba muncul jika dia berhdapan dengan Ali. Membuatnya segera sadar dan membuang mukanya dengan malu.

LOVELY NATALIE ✅ (SUDAH CETAK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang