BAB 3

2.6K 235 9
                                    

Natalie menaiki tangga putar yang menuju kamar-kamar yang berada di lantai atas rumah Wanda yang sangat menarik hati gadis remaja itu. Rumah besar itu terkesan feminim diantara kemaskulinannya. Wanda sengaja menata rumahnya sesuai hobi masing-masing tuan rumah yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki dan wanita itu sangat memperhatikan minat masing-masing kedua putra kesayangannya.

Natalie melihat sebuah ruang terbuka tepat langkahnya sampai dilantai atas. Ruang terbuka itu dihias dengan wallpaper merah hitam dengan beberapa poster band luar negeri terkenal. Sebuah permadani bulu bermotif gitar besar terbentang ditengah ruangan dengan beberapa alat band lengkap seperti dua buah gitar listrik dan gitar klasik serta seperangkat drum ukuran sedang. Dan ada sebuah lemari terbuka setengah dinding yang dipenuhi oleh sederetan cd dan dvd karena disana juga terdapat sebuah televisi layar datar yang tergantung di dinding diseberangnya.

Untuk sejenak Natalie menatap area itu dengan tertarik membuat Ali melirik dan menyentuh ujung gitar listrik berwarna merah itu. Dia menatap Natalie yang menatap kagum. "Ini daerah kekuasaan Marshal. Anak itu mencintai musik dan memainkan alat musik."

"Jadi Tante Wanda membuat ini semua untuk Marshal? Bagaimana dengan kak Ali?" Natalie memandang Ali tanpa mendengar penjelasan pria itu tentang hobi Marshal.

Sejenak Ali terdiam melihat antusiasme Natalie yang hanya ditujukan padanya. Dia kembali menekan perasaannya dan mencoba bersikap tenang. Dia melepas pegangan pada ujung gitar dan membalikkan tubuhnya.

Ali berjalan menuju sebuah lorong dimana terdapat dua buah pintu saling berhadapan. Dalam sekali pandang Natalie langsung tahu bahwa pintu kamar yang ditempeli poster Maroon Five adalah kamar Marshal. Dia melihat bahwa Ali membuka kamar yang berada diseberang dan perlahan pintu kamar berwarna putih itu terbuka.

"Aku tidak mempunyai area khusus seperti Marshal, tapi aku khusus meminta Mama untuk membuatkanku kamar yang sedikit lebih besar dari milik Marshal," Ali membuka pintu kamarnya dengan perlahan.

Aroma musk yang maskulin menerpa penciuman Natalie saat gadis itu melangkah masuk. Sebuah cahaya lembut dari sinar matahari sore memasuki kamar yang sangat luas yang bernuansa hitam putih itu. Kamar itu tidak memiliki banyak barang yang tidak penting namun Natalie dapat melihat bahwa dibagian sisi kanan kamar itu terdapat sebuah area luas yang dipenuhi oleh lukisan-lukisan dan photo-photo pemandangan yang tertempel didinding tersebut. Dilantainya terdapat sebuah meja lukis dan sebuah nakas kecil yang diatasnya diletakkan sebuah kamera dan alat melukis. Di bagian dekat balkon, Natalie melihat lantainya melengkung setengah lingkaran dengan didalamnya terdapat sebuah lemari sebesar dinding dengan berisikan deretan buku bersampul. Tanpa pikir panjang lagi Natalie berlari kearea cengkung itu dan menatap kagum pada deretan buku yang ada didalam lemari.

"Wah....banyak sekali! Terjemahan semuanya?" Natalie menatap Ali dengan sepasang matanya yang bersinar.

Deg! Ada sebuah dentuman halus menerpa sisi hati Ali membuat dia melangkah mendekat dan berdiri disamping Natalie. Dia berdehem ketika dilihatnya gadis remaja itu berusaha menggapai salah satu buku yang berada dibagian atas. Ali melihat bahwa Natalie berusaha meraih buku bersampul merah dan gadis itu tampak kesulitan mencapainya. Dengan tubuhnya yang tinggi, Ali meraih buku bersampul merah itu dan memberikannya pada Natalie.

Wajah Natalie merona saat pandang matanya bersirobok pada sepasang mata kelam milik Ali. Berpagutan sejenak seolah mendekap tubuh dan hatinya yang melonjak. Dengan erat Natalie mendekat buku bersampul merah itu didadanya. Sekilas Ali membaca judul buku tersebut dan dia bertanya pendek.

"Itu kamus sastra dan umum bahasa Perancis?"

Natalie menunduk dan mengangguk. "Mengapa kak Ali menyimpan kamus bahasa Perancis? Apakah kak Ali pernah meliput sesuatu disana sehingga membutuhkan kamus ini?"

LOVELY NATALIE ✅ (SUDAH CETAK) Where stories live. Discover now