Hansol itu emang orangnya suka banget jahilin lo dengan gombalannya. Yang itu sendiri bisa bikin pipi lo kayak kepiting rebus. Tingkat kepedeannya juga tinggi banget. Tapi lo sayang sama dia. Lo khawatir sama keadaannya. Hansol itu tipe orang yang jarang sakit. Tapi kalo sekalinya sakit, ya begitulah. Sangat mengkhawatirkan.

Lo emang gak menampakkan kekhawatiran lo di chat itu. Lo sengaja. Karna kalo lo gak kayak gitu lo bisa diledekin terus sama dia.

(〜^∇^)〜

Jam pulang sekolah telah tiba. Lo segera merapikan barang-barang lo dan segera pergi menuju rumah Hansol. Lo tak memperdulikan teriakan ketua kelas lo karna sekarang lo lagi buru-buru. Lo gak memperdulikan bahwa lo nantinya harus denda karna gak menjalankan tugas piket.

Gak sampai 30 menit lo udah sampai di rumah Hansol. Lo mengetuk pintu rumah Hansol, lalu terbukalah pintu itu dan menampakkan seorang wanita paruh baya. Ia adalah Mama Hansol. Ia tersenyum ramah menyambut kedatangan lo.

You: "Halo tante" *lo tersenyum ramah*
Hansol's Mom: "Eh y/n. Tante kira siapa?"
You: "Hehe iya tante. Emm Hansolnya ada tante?"
Hansol's Mom: "Ada. Dia lagi dikamarnya. Dia sedang sakit. Demamnya tinggi sekali. Ayo masuk"
You: "Ah iya makasih tante" *senyum*

Lo masuk ke dalam rumah Hansol dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Terpampang sebuah foto keluarga yang besar di dindingnya. Terlihat juga Hansol yang sedang tersenyum manis. Entah mengapa lo jadi merindukannya.

Hansol's Mom: "Y/n kamu kekamar Hansol aja dulu ya? Tante lagi membuatkan Hansol bubur"
You: "Oh. Iya tante"

Lo langsung ke kamar Hansol yang ada di lantai dua. Lo sering main kerumah Hansol makanya lo tau dimana kamar dia. Lo sering menemani Hansol saat mama dan papanya lagi gak ada di rumah.

Sampai di depan pintu kamar Hansol. Lo menarik napas sejenak lalu menghembuskannya perlahan. Lo memutar knop pintu kamar dan berjalan masuk perlahan. Lo melihat keadaan Hansol. Entahlah, sangat mengkhawatirkan. Kain kompres masih bertengger di dahi cowok itu. Lo menarik kursi agar bisa duduk menghadap kearahnya. Menariknya perlahan agar tidak menimbulkan suara dan mengganggu istirahatnya.

Lo memandangi wajahnya. Wajahnya pucat sekali. Lo memegang pipi Hansol. Dan merasakan pipinya sangat panas. Benar-benar dia demam tinggi. Tanpa perintah lo, tiba-tiba air mata lo sukses mengalir di wajah lo. Lo menangis. Sedih sekali rasanya melihat keadaan Hansol yang lagi kayak gini. Lo gak pernah membayangkan kalo pacar lo ini bakal sakit kayak gini. Yang lo liat selama ini hanyalah Hansol ceria yang selalu memberikan gombalan yang menurut lo menggelikan. Lo menundukan kepala agar tidak menimbulkan suara tangisan yang keras.

Hansol: "Tuh kan"
You: *menegakkan kepala* "L--lo udah bangun?" *kaget* *buru-buru menghapus air mata yang masih mengalir*
Hansol: *Mencoba buat duduk dan nyenderin tubuhnya di punggung kasur* "Nangis kan? Ini yang gua gak mau"
You: "G--gua gak nangis kok. Udah lo tiduran aja. Lo harus banyak istirahat. Demam lo tinggi banget. Gua kayak megang air mendidih tau gak?"
Hansol: *terkekeh*

Bukannya menurut, Hansol malah duduk tegak menghadap ke lo. Dia sedang menatap lo. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah lo. Semakin lama jarak kalian semakin dekat. Lo menutup mata lo. Lo gak mikir macem-macem.

Dan tiba-tiba dahi Hansol sudah menempel di dahi lo. Lo terdiam. Merasakan dahi Hansol yang panas banget. Lo membuka mata. Hansol sedang memejamkan matanya. Hansol hanya menempelkan dahinya di dahi lo. Lo bisa merasakan deru nafas Hansol. Tangannya melingkar di leher lo. Lo bisa lebih jelas merasakan tubuh Hansol yang panas.

Hansol: "Dahi lo dingin. Kenapa gak gua pake aja ya dahi lo buat jadi Kompresan"

Lo hanya terdiam mendengarkan perkataan Hansol. Tak ada niatan untuk membantah ataupun protes. Walaupun dia lagi sakit lo nggak merasakan nafasnya yang bau obat-obatan. Lo mencium hembusan nafas berbau mint seperti biasanya. Cukup lama Hansol menempelkan dahinya di dahi lo. Tiba-tiba sebuah suara mengitrupsi kalian berdua.

« Imagine + Fakechat » SeventeenWhere stories live. Discover now