ME 4 : Why Always You

7.4K 711 45
                                    

Pulang sekolah hari ini Jungkook masih dapat mencium bau harum Jimin menempel di bajunya, hal itu membuatnya merasa jika hidupnya kembali nyata dan jauh lebih berharga dari sebelumnya. Ia merasa jauh lebih bersemangat begitu pula dengan perasaannya yang menghangat seketika.

Ia meringis ngeri mendapati dirinya yang tiba-tiba memikirkan musuh nya itu. Segera ditepisnya pikiran mengerikan itu dari otaknya. Bayangan Jimin yang sempat ia tolong tadi menjadi poin penting bagi dirinya untuk bertanya terhadap diri sendiri. Sebenarnya apa yang ia rasakan terhadap Jimin? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang justru malah membuatnya merasa jauh lebih bodoh dan konyol.

Sepanjang perjalanan ia hanya menggerutu tak jelas. Merutuki tingkah yang menurutnya konyol tapi terasa nyaman jika itu berhubungan dengan Jimin.

Tepat di persimpangan antara jalan menuju rumahnya dan Yoongi tungkai jenjangnya menepi begitu saja. Antara terus melangkah lurus menuju rumahnya atau harus berbelok menuju rumah sepupunya. Sekarang ini tentang batin gilanya. Entah kenapa sekarang ia merasa sangsi pada batinnya yang rasanya sedang menyuruhnya untuk tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah sepupunya, Yoongi.

Padahal biasanya Jungkook selalu malas jika di suruh eommanya untuk berkunjung ke rumah Yoongi. Tapi entah kenapa sekarang Jungkook jadi bersemangat sekali berkunjung ke rumah sepupunya itu. Buktinya sekarang ini, tanpa di suruh pun dia sudah punya inisiatif, bahkan sekarang ia berniat untuk menginap lagi. Rumahnya dan Yoongi hanya berbeda blok saja. Hanya dengan berjalan kaki saja itu sudah cukup.
Jelas sudah jika akhirnya ia menerima permintaan batin kecilnya sehingga tungkainya melangkah dengan ringannya mengikuti keinginan si batin.

***

"Tumben kau ke sini?"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Yoongi saat mereka tengah menonton televisi di ruang tengah.

Interaksi antarsaudara ini memang selalu jauh dari kata menyenangkan. Keduanya sama-sama dingin seperti es. Yang lebih tua berbicara seperti orang baru bangun tidur dan yang lebih muda akan menyahut seperti orang yang tak pernah tidur.

Sejak dulu mereka memang tidak akrab. Baru sekarang ini mereka jadi bisa dibilang cukup dekat. Bahkan sejak Jungkook pindah ke Seoul pun mereka sama-sama saling acuh dan tak mau menyapa satu sama lain jika tidak ditegur orang tua masing-masing.

Benar-benar pasangan duo dingin.

"Memang tidak boleh sepupumu ini main ke sini?" ucap Jungkook datar.

"Bukan begitu, hanya saja, terasa aneh bagiku" jawab Yoongi standar masih fokus dengan televisi.

Jungkook mencomot kue kering yang di sediakan eomma Yoongi dan menggedikkan bahunya.

"Oh- aku lupa !" tiba-tiba Yoongi berdiri dan segera berlari ke dalam kamarnya.

Ada apa dengannya? Pikir jungkook.

Beberapa menit kemudian, Jungkook melihat Yoongi keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sangat rapi meskipun hanya memakai kaos putih dan Jean selutut di tambah snapback putih terbalik di kepalanya.

"Mau ke mana, hyung?" tanya Jungkook penasaran.

Yoongi tersenyum penuh arti.
"Bertemu malaikat"

Jungkook terdiam sejenak mencoba mencerna kata-kata yang dilontarkan Yoongi.
"Eoh? Malaikat pencabut nyawa?" Jungkook tergelak, sedangkan Yoongi menaikkan alisnya bingung akan tingkah Jungkook. Namun akhirnya ia sadar betapa harusnya ia marah sekarang akan tawa menggelegar si kelinci bongsor itu.

"Sial kau! Aku akan berkunjung ke rumah Hoseok." Yoongi membenarkan letak snapback nya yang dirasa kurang pas.

"Uhuk"

MORTAL ENEMYWhere stories live. Discover now