6. Ali: good night sweetheart

19.4K 1.4K 23
                                    

Aly Fikry as Kenids.

Baim Wong as Liand.

▷▶◀◁

Prilly masih diam menunggu sosok yang memasan rangkaian bunga tadi. Pukul 11 malam, sudah sangat larut namun tanda-tanda seseorang yang akan mengambil masih awam. Prilly duduk dengan siku di tekuk dan dua tangan yang disatukan melurus. Bibirnya mengerucut memandangi jalan di depannya yang kini mulai menyepi.

Pikiran Prilly melayang lagi pada 6-7 tahun silam. Rasanya Prilly masih hidup di tahun malang itu.  Teringat lagi Prilly saat Ali menembaknya dengan konyol. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Ali memberikan nya sebuket besar bunga mawar putih. Mati-matian Prilly menahan aroma mawar yang menusuk hidungnya. Sebaliknya, ia langsung memeluk Ali-nya itu erat. Ali, si cowok secred admirer-nya Prilly.

Prilly tersenyum geli mengingatnya. Matanya terjepam ingin mengingat lebih dalam kenangannya bersama annoying itu. Prilly rindu Ali, akan kah Ali juga merindukan ku? Itu yang selalu tanda tanya dalam diri Prilly. Meskipun ia memiliki istri dan anak, apa ia masih sempat untuk mengingatku? Ah, masih  mengingat saja syukur apalagi merindukan.
.
.
  .
.
.

PLAK!!!

"aw..." pekik Prilly nyaring. Dengan tak sengaja, saat nyamuk di yang menghisap darah di pipi Prilly, Prilly menepuknya.

"Aduh, sakit ya?"

Prilly menangguk, nyawanya masih belum tersadar secara penuh sekarang. Di depannya kini yang Prilly tahu ada Ali, nyata ataupun mimpi Prilly tidak peduli. Ia ingin tidur kembali menikmari wajah Ali yang masih ia kenang.

"Aku angkat kedalam ya, biar gak digigit nyamuk lagi,"

Bodohnya Prilly mengangguk saja sambil menyandarkan kepalanya ke bahu si empu. Digedongnya Prilly menuju kamar di dalam rumah. Dengan talaten laki-laki itu menyelimuti badan mungil Prilly.

Ali memandang ke atas. Rupanya Prilly memakin kelambu untuk menjaga tidurnya, lagi, dengan talaten ia mengurai kelambu untuk bidadarinya itu tanpa berniat menganggu tidur manisnya. Detik selanjutnya, Ali mengecup dalam kening Prilly.

Demi apapun ia merindukan sosok mungil di depannya ini. Menurut Ali Prilly masih sama, selalu tidur layaknya orang mati, bahkan menyadari dirinya disana pun tidak. Dari bandara, Ali meminta Dino menjemput Kenids langsung sedang Ali tanpa ingin mengurangi rasa rindunya yang sudah membuncah, ia langsung ke toko langanannya itu.

Tak disangka, di depan terasnya ada seorang gadis tertelungkup di lututnya. Ali benci sikap teledor Prilly yang tidak mengenal tempat untuk tidur. Bahkan sudah sekitar 2 jam Prilly masih damai dengan tidurnya. Sebenarnya Ali senang karena bisa memandangi Prilly lebih lama, bahkan sejak 2 jam menunggu Ali sering mencium bagian wajah Prilly. Tapi ia marah, bagaimana jika Ali tidak kesana tadi? Prilly pasti masih tidur sampai akhirnya pagi menyingsing.  Untung kalau esoknha masih bisa melihat matahari pagi kalau tidak? Diculik gitu? Diperkosa? Terus dimutilasi? Ah. Ali begidik ngeri membayangkannya. Prilly bidadarinya hanya untuknya. Untuk Ali Gevalo.

Setelah mengucup dalam kening Prilly ia berjalan menuju pintu luar. Baru saja beberapa langkah, Ali kembali menatap gadisnya tenang, ia takut esok Prilly akan membencinya karena sudah meninggalkan Prilly 6 tahun lebih lamanya. Ali takut sosok yang ia ciumi tadi sudah berkeluarga. Ali takut, hanya itu.

Ali kembali mengecup dalam, setidaknya jika memang Prilly membenci dirinya Ali sudah bisa mencium kening gadis itu.

"Good night sweetheart, I Love You,"

Kalimat itu -jika memang iya- mungkin kalimat selamat malam termanis yang diucapkan Ali sepanjang masa. Ali beranjak keluar kamar.

"Ali...kangen,"

Jantung Ali terpompa cepat, dengan langkah seribu ia menghampiri ranjang Prilly, dari luar kelambu Ali melihat mata Prilly masih terpejam. Mimpi kah? Ah biarlah setidaknya dalam mimpi pun Prilly mengingatnya.

"Aku pulang ya," pamit Ali terakhir.

"Gak mau," Ali mengeryit. Mata Prilly masih terjaga, bahkan tidak terlihat seperti pura-pura tidur. Tapi kenapa Prilly menyaut?

"Gemesin. Aku pulang dulu ya, besok kita kawin ya. Mau gak? Harus mau dong." Canda Ali pada Prilly. Ia terkekh geli menatap mulut Prilly yang sedikit terbuka saat tidur. Rupanya Prilly nyenyak sekali kali ini.

"Mau,"

Lah? Ali makin gemas dengan malaikatnya ini. Apa benar kata orang? Kalau seseorang lagi ngigo itu terus di ajak bicara orangnya bakal menjawab? Bahkan katanya jujur. Ali ingin membuktikannya sekarang, mungkinkah Prilly mau jujur dalam mimpinya?

Ali menghidupkan ponselnya, merekam apa yang ingin ia tanyakan.

"Emang sayang sama Ali?"

"Sayang...."

Hei. Itu nada rengekan Prilly dulu.

"Udah punya suami ya? Yah Ali digantung kalo gitu,"

"Enggak. Aku mau kawin sama Ali," Ali terkikik geli mendengarnya. Ah bodoh sekali gadisnya ini. Tapi tak Apa, bodoh cantik kesayangan Ali pula itu tak jadi masalah. Ya 'kan?

Ali menghentikan rekamannya. Ali mengecup hidung mancung menantang Prilly. Ia ingin pamit pulang, Ali tidak lelah sebenarnya bahkan lelahnya menguap entah kemana tapi ia hanya tak tega meninggalkan Kenids terlalu lama. Lagian ini sudah menunjukan jam 3 subuh. Ali ingin membiarkan Prilly tidur dengan tersenyum damai.

"Aku pulang, assalamualaikum sweetheart,"

▷▶◀◁

"Daddy, ayo sholat subuh," pekik Kenids sambil menggoyang goyangkan tubuh Ali.

Kali ini Ali benar benar lelah, Ali bahkan baru tidur 1 jam dan sekarang? Ayolah.

"Daddy, ayo dong. Temenin Kenids wudhu, kita sholat bareng," Kenids semakin kuat membangunkan Ali.

"Dad capek banget boy, ayolah." Jawab Ali lesu. Mata Ali sudah berkantung bak panda sekarang, bahkan untuk membuka mata saja ia tak mampu lagi.

"Sholat wajib. Terserah daddy sekarang, Kenids sholat sama mam--"

"Iya oke. Ayo sholat. Sini gendong sama dad,"  Kenids tertawa lepas. Menang banyak, katcau.

A/N:  ini chaper apaan? Cuma ending ketemuan doang 😌

Maaf ye ketemuannya gk gereget.

Eh happy 52 month Alc. Btw, turut berduka cita sama Ayu ya (' semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah, amin....

Martapura, 23 Mei 2016
Pavita Avissa

Call Me MommyWhere stories live. Discover now