4. Jepang-Indonesia

19.1K 1.3K 12
                                    

Mekka masuk dengan mata sembabnya. Ketika Ali tanya Mekka hanya diam lalu pergi ke ruang kerja khususnya -- lebih tepatnya, ruang kerja Dino --. Tak lama setelah itu, Dino dan Shila datang. Mata Shila memerah, terlihat seperti baru saja menangis hebat. Mata Ali teralih pada tangan Dino yang melingkar di pinggang Shila poseseif.

"Sekarang? Bisa?" Sungguh Ali tidak mau lagi terlalu lama dalam drama hidupnya ini. Melihat kedatangan Dino dan Shila bersamaan semakin membuatnya semakin

Dino menangguk diikuti Shila yang ikut menangguk. Dalam diam air mata Shila kembali jatuh melihat tangan Kenids yang melingkar sempurna di leher Ali. Samar terdengar oleh Kenids, tadi ia berkata kalau Shila adalah perempuan yang menemuinya di sekolah waktu itu.

Bagi Shila, ia membenarkan hal itu. Pekan lalu ia sempat ke sekolah Kenids untuk hanya sekedar melihat anaknya. Shila baru sadar, kalau laki-laki itu memang seorang yang penting dalam hidupnya. Kenids itu anak kandungnya dengan Dino.

Ali memilih ke balkon kantor ruang kerjanya. Duduk santai diikuti Dino dan Shila di belakangnya dan Kenids di gendongannya. Ruang santai untuo keadaan serius.

"Itu mama Kenids. Ayo sana peluk sama cium mamanya." Kata Ali memerintah Kenids. Si anak hanya diam lalu menggeleng seraya memandangi Shila lekat.

Sungguh dalam hati Shila kini sakit. Ia akui kalau dirinya brengsek. Dan Shila sadar, hal itu memang pantas ia dapatkan.

"Kenids gak mau, Kenids mau sama Daddy aja. Kenids gak malu sekarang kalau emang Kenids gak punya mommy. Kenids mau nya sama Daddy aja." Jawab Kenids sambil bersembunyi di leher Ali. Ali tersenyum tenang. Sekarang ia yakin kalau Kenids memang di takdirkan untuknya. Ya sebegitu yakinnya dirinya.

"Gak boleh gitu dong, sana salim sama mama." Bujuk Ali. Namun Kenids masih kekeh dengan pilihannya; menggeleng tidak suka.

"Enggak dad!"

"Ayo sayang..."

"Daddy please..."

"Ken--"

"Udahlah Li. Gak usah dipaksa, gue emang pantas kok diginiin." Putus Shila. Shila menarik panjang nafasnya, menahan emosi agar air matanya tidak jatuh.

"Gue yang hamilin Shila, Li. Gue bapak-nya Kenids," ujar Dino di sela debat Ali dan Kenids.

Baik Ali maupun Kenids sama-sama berbalik menatap tanya keduanya. Kaget? Tentu. Namun ada rasa yang lebih dominan dari kagetnya Ali. Takut. Ada semburat takut dalam diri Ali sekarang. Takut jika kelak Dino merampas kebahagiannya. Takut Dino mengambil hak asuh Kenids.

"Tapi gue masih belum mampu kayak lo." Sambungnya. Shila memandangi Dino tidak percaya, bertanya seolah semuanya ini maksudnya apa. Brengsek.

Disisi lain, Ali bisa sedikit bernafas lega. Ada rasa jika Kenids akan tetap bersama dirinya. Walau kenyataannya lega-nya Ali saat ini tidak 100%.

"Maaf..." lontar Dino lagi. Shila terisak kuat. Nyatanya semua yang ada disini menurut Shila brengsek. Dino yang brengsek tepatnya.

Shila hanya mampu diam. Perlahan ia tarik nafasnya.
"Gue percaya sama kalian. Gue percaya sama lo buat jaga anak gue." Kata Shila memandangi Ali,  "gue percaya sama lo, gue percaya kalau suatu saat kita bisa sama-sama siap." Lanjutnya pada Dino.

Dino memandang Shila ragu. Sedang Ali juga memandang Shila kagum. Disana, di bola mata Shila, Ali yakin Shila sosok yang dewasa dalam menghadapi ini.

"Gue titip anak gue," akhir Shila.

"Sampai pada saatnya kami kembali," lanjut Dino.

"Kita harus cerai Shil," sanggah Ali. Bagaimana pun Ali dan Shila itu suami-istri.

Call Me MommyWhere stories live. Discover now