5. Lukas

502 44 4
                                    

***

Aku terbangun dan langsung menyalakan smartphone ku. Pukul 05:45.

"Huff.." aku kembali tenggelam dalam selimutku. Aku meraba-raba selimutku dan baruku ingat bahwa aku memakai jaket Ethan semalaman.

Aku segera bangkit dan bersiap-siap. 45 menit harus pas untukku bersiap dan berangkat agar tak terlambat mengikuti -'bencana' atau orang-orang menyebutnya 'ujian'- pagi ini.

Maksudku ingin mengambil tas, mataku malah melihat sebuah sandwich yang berada di mejaku. Aku mengaitkan rambutku ke belakang telinga sambil kulirik samping dan area ruangan ini, tak ada siapapun kecuali Ethan yang menyiapkannya untukku. Aku mengambilnya dan mulai melahapnya.

Segera aku berlari ke ruang depan, barangkali ia sudah menungguku didepan untuk berangkat bersama.

"Ethan!?" aku mencarinya di ruang tengah ternyata tak ada. Aku menuju ke halaman depan juga ia sudah tak ada. Apa dia sudah berangkat?

Daripada berlama-lama lebih baik aku pergi sekarang menggunakan bus.

***

"Ethan!" panggilku saat kudapati sosoknya tengah berdiri di parkiran sepulang sekolah.

"Kau berangkat duluan? Uhh rajin sekali" cibirku, meski sudah kupastikan keberangkatannya yang lebih pagi dari biasanya bukan karena ada ujian hari ini. Ia tak serajin itu.

"Maaf Scar, tadi pagi aku terburu-buru" ucapnya.

"Ehm, tak apa.." balasku.

Seorang pria dengan sepeda motornya menghampiri kami. "Aku harus pergi sekarang, Scar. Bagaimana kau pulang?" tanya Ethan. "Tak masalah, aku bisa cari taksi. Memangnya kau takkan pulang sekarang?" tanyaku.

"Ya, aku akan pulang bersama.. dia" ucap Ethan. Ia menunjuk pria yang baru saja datang dengan sepeda motornya itu. Sebenarnya aku belum pernah melihatnya dari awal aku bertemu Ethan.

"Oh jadi kau tidak membawa motor?" tanyaku, hanya sedikit anggukan yang dilakukan Ethan.

"Ini.. Lukas" ucap Ethan. Rupanya ia berniat mengenalkannya temannya itu padaku.

"Dan ini Scarly.." ucap Ethan pada pria itu.

Kami berjabat tangan, tanpa berlama-lama Ethan pergi bersama pria itu. Ia bilang ia ada sedikit urusan dengan temannya itu.

***

Krekk.. Suara pintu depan dibuka. Aku sedikit terperanjat, aku takut yang datang itu adalah Dei lagi, entahlah aku tetap takut pada orang itu. Meski Ethan bilang orang itu takkan macam-macam, tetap saja aku trauma.

"Scarly, ini untukmu" tiba-tiba Ethan muncul di pintu kamarku yang sedang terbuka.

"Ah, kukira tadi itu siapa" aku segera bangkit dan menerima pemberiannya, rupanya ia membawakanku sebuah kotak kecil.

"Apa ini?" tanyalku.

"Kau boleh membukanya"

Dengan perlahan kubuka kotak tersebut ternyata berisi sebuah kalung berlambang heart, bagus sekali.

"Bagus sekali. Ini untukku?" tanyaku. Pertanyaan basa-basi sebenarnya.

Ia mengangguk dengan ekspresi "tentu saja" nya itu.

Ia terlihat menawarkan tangannya untuk memasangkannya di leherku, aku membalikan badanku dan memegangi rambutku dengan tangan, kemudian ia memasangkannya di leherku.

"Kau cantik sekali, itu sangat cocok di lehermu" ucapnya sambil menunjuk samar ke arah leherku. Aku hanya tersenyum sambil mengusap-usap dan memandangi kalung tersebut.

"Terimakasih banyak, Ethan"

"Baiklah, aku harus mandi dulu" ia menunjuk pintu kamarku dengan ibu jarinya kemudian berlalu ke kamarnya. Aku perlahan menutup pintu kamarku dan bersandar disana, memandangi kembali kalung tersebut.

Senyum mengembang di wajahku, tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku. Ah apa aku tidak waras?

***

g(r)ay 🍫 troye sحيث تعيش القصص. اكتشف الآن