3. The Truth

121K 7.5K 35
                                    


PART INI UDAH DI REVISI, SELAMAT MEMBACA YA😊.

---------------

Milan masih setia menuntun Lintang berjalan di sepanjang jalan menuju arah taman, tadi adiknya itu meminta Milan untuk mengajaknya ke taman komplek. Dan disinilah mereka sekarang. Milan menggendong Lintang supaya adiknya itu bisa duduk di bangku ayunan yang telah disediakan taman komplek barunya ini. ia memang anak pindahan komplek ini. Dulu saat sebelum ia pindah kesini— ia menempati daerah komplek yang lebih elit dari komplek ini, tetapi entah mengapa orangtuanya memutuskan untuk pindah ke komplek ini dan membeli rumah yang lebih kecil dari rumah sebelumnya.

Lintang tertawa saat ayunan yang ia naiki mulai bergerak. Lintang adalah adik satu-satunya yang Milan miliki. Lintang tidak bisa melihat, dan itu sudah bawaannya sejak lahir. Entah apa penyebabnya tetapi Bima dan Dewy—orangtuanya sudah berusaha mencari donor mata yang sesuai dengan Lintang yang baru berusia 2 tahun lebih.

"Ka, kaka cape ga ngedolongin ayunan Lintang?" tanya Lintang dengan aksen cadelnya kepada Milan.

"Enggak ko, malah Kaka seneng." jawab Milan sambil tersenyum.

"Ka, kapan Lintang bisa ketaman baleng Mamah Papah?." Milan menghela nafasnya panjang-panjang.

"Lintang kan bisa ke taman sama Kaka, emang Lintang nggak seneng ya kalo ketaman sama kaka?" Milan masih tetap mendorong ayunan yang Lintang duduki. Lalu Lintang menggeleng cepat.

"Lintang seneng. Tapi Lintang belum pelnah sama Mamah atau Papah kesini." Milan tidak bisa menjawab perkataan Lintang. Adiknya itu benar, Lintang memang belum pernah pergi ketaman dengan Dewy dan Bima. Dewy terlalu sibuk dengan karir nya, apalagi Bima.

***

Dylan keluar dari rumahnya tanpa membawa motor ataupun mobil miliknya, ia hanya ingin menghirup udara segar supaya pikirannya bisa sedikit membaik. Tanpa arah dan tujuan tiba tiba Dylan berjalan menuju arah taman komplek nya yang berada di daerah Blok C sedangkan rumah Dylan berada di blok B, cukup jauh memang, tapi Dylan tidak peduli, ia hanya ingin pergi kesana, walaupun entah apa yang harus ia lakukan saat sudah berada disana.

Saat Dylan sudah sampai di taman komplek, tiba tiba matanya menangkap perempuan yang sangat ia kenal. Perempuan yang selama ini tak sadar selalu ia perhatikan, kini ada di hadapannya sedang mendorong ayunan yang di duduki oleh seorang gadis kecil yang cantik. Tanpa pikir panjang Dylan pun menghampiri kedua gadis itu.

"Mil." Sapa Dylan dengan senyumannya seperti biasa.

"Dylan?" Dylan bisa melihat mimik wajah Milan yang kaget saat melihatnya. "Lo—ngapain?"

"Kok lo bisa disini?" tanya Dylan mengidahkan pertanyaan Milan.

"Ya—soalnya, rumah gue deket sini."

"Sumpah?!" pekik Dylan kaget, Milan hanya mengangguk tanda meng iyakan. "Gue juga deket sini." ucap Dylan berniat untuk membuat Milan kaget seperti dirinya, tetapi ternyata dugaan Dylan salah berat. Setelah mendengar pernyataannya itu, Milan hanya mengangguk tanda tidak peduli dengan apa yang sedang Dylan bicarakan.

"Ohh."

Dylan semakin penasaran kepada perempuan dihadapannya ini, dalam sejarah hidup Dylan, ia belum pernah berhadapan dengan gadis yang bersikap cuek kepadanya. Dan sekarang, sejarah itu telah berubah menjadi ada satu gadis yang bersikap cuek padanya, catat! wanita itu adalah Milan Adelia Rahman.

"Kak? Ada sapa?"tanya Lintang sambil mencari tongkat yang sedang di pegang oleh Milan.

"Hai, nama kamu siapa?" Dylan berjongkok supaya bisa sejajar dengan Lintang yang masih berusia 2 tahun.

Milan [Completed] [Sudah Di Bukukan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang