Love Monkey ~8

3.2K 209 11
                                    

Boby POV

Sepuluh menit lagi bel pulang bunyi. Aku mulai gelisah, Ragil sudah mengirim sms dan bilang kalo guru gak ada. So, dia udah nunggu di lapangan sekre. Di sekolahku, kalo misalnya jam pelajaran pertama kedua gak ada, terus gak ada tugas, jam pelajaran ketiga keempat ditarik. Jadi kita bisa pulang lebih awal.

'Bob, kita Jum'atanya di Polres aja ya?' begitulah SMS dari Ragil.

'Hah? emang mau bkin SIM?' balasku.

Dia sms lagi. 'Bukan, mau bikin KTP.' balasnya.

'Kok bkin KTP di polrs?'

'Dodol.'

'He3x. Iya, tunggu daku ya.'

Aku lalu memasukkan lagi hapeku kesaku celanaku. Bu Teti sudah berbusa-busa, sedang anak-anak alim, hanya beberapa sih, sudah gelisah takut gak kebagian tempat, di mesjid tentunya. Melihat anak-anak yang sudah gelisah, akhirnya Bu Teti mengakhiri penjelasan yang amat sangat panjang lebar sekali dan entah dia ngomong pake bahasa apa.

"Yaudah, berhubung teh, sekarang teh hari Juma'ah yah. Sok atuh, geura beberes. Sok KM, pingpin doa." Kata bu Teti sambil membereskan bukunya lalu mengambil cermin dari tas warna pinknya.

Lalu Joko, kawanku yang dengan berat hati menjadi KM karena semua berandal di kelas ini menunjukknya secara mutlak, berdiri dengan khidmat, dan menengadahkan tangannya.

"Baiklah kawan-kawanku semua yang budiman dan budiwati. Marilah sejenak kita berdoa, memohon kepada yang maha kuasa, maha melihat, maha pengasih dan maha penyayang, agar kita senantia.." katanya lebay.

"Kelamaan..." teriak Didit.

"Aamiin." timpalku.

Bu Teti hanya melirik sebentar lalu kembali melihat wajahnya yang sebenarnya sudah banyak keriputnya, tapi menornya minta ampun. Beliau melihat wajahnya dari berbagai angle. Beliau sudah kepala tiga tapi belum juga menikah, makanya tingkahnya genit sekali. 

Bibirnya di warnai merah darah, bajunya ketat, rok ketat, yang semuanya berwarna ungu tua. Pastinya beliau ini kurang paham arti warna. Dan saban hari beliau berganti kostum. Kalo baju pink, roknya pun pasti pink, tas pink, dan sepatu pink, high heels lagi. ckckck

"Baiklah, saya ulangi, marilah.." kata Joko yang disambut oleh sorakan semua siswa.

Tanpa berdoa, semua berhamburan keluar, Didit malah menjitaki kepalanya. Aku juga malah ikut-ikutan.

"Poles dikit ah, hahaha.." kataku lalu berlari menerobos keluar.

Joko mengaduh dan mengepalkan tinju ke arahku.    

**** 

Di parkiran, 11.45

"Bob, buru-buru amat, mau kemana sih?" tanya Didit sambil merapatkan motor supranya ke motorku.

"Kebeneran nih, lo ikut yah? Yayayaya?" kataku mencoba merayunya.

Dia bingung.

"Kemana?"

"Ke Telkom?"

"Telkom? Bayar tagihan telpon?"

"Onyon, bukan. Gua mau mamam mie ayam.."

"Demina? Hayu atuh. Tapi maneh nu nraktir kan?" (Beneran? Yaudah ayo. Tapi lo yang nraktir kan?)

"Siah. Heeh atulah. Tapi duitna ti maneh heula nya? Aku teh yah, kan lagi gak punya ncicis." kataku lagi. (Iya deh. Tapi duitnya pake duit kamu dulu ya? Aku kan lagi gak punya duit..)

Love MonkeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang