Love Monkey ~1

18K 589 7
                                    

Rrttt... rrrttt...

Hapeku yang sengaja ku setting silent seperti itu bergetar di saku celanaku. Aku senyum-senyum sendiri sembari mengawasi apa Pak Unsur mendengar. Tentu saja aku tak mau guru killer itu merampas hapeku dengan alasan mengganggu proses belajar mengajar. Ku buka pesan di hapeku.

'Emangny km tw rmahq?' begitulah bunyi SMS-nya.

Senyumku makin lebar.

'Tentu saja.' pekikku dalam hati.

SMS yang dikirim oleh gadis tomboy yang sudah dari kelas satu SMP jadi gadis impianku telah beratus-ratus memenuhi inbox-ku. Sudah seminggu aku dan dia aktif berkomunikasi lewat SMS. Tapi hingga saaat ini dia masih belum tahu dengan siapa dia ber-SMS. Yang dia tahu hanyalah aku adalah teman SMP-nya.

Besok adalah hari ulang tahunnya. Namanya Bayu. Jangan heran kenapa namanya seperti nama anak lelaki. Sebenarnya namanya Yulandari, tapi karena sikapnya yang menyerupai lelaki maka di kesehariannya dia lebih dikenal dengan nama Bayu.

Aku sudah janji padanya bahwa aku akan datang ke pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh orangtuanya. Dan ketika aku sedang khusyuk mengetik untuk membalas SMS-nya, tiba-tiba aku merasa ada orang yang berdiri dibelakangku.

'Mampus.' pikirku.

Ternyata benar, Pak Unsur sang suhu pelajaran kimia sedang tersenyum memperhatikanku dari belakang. Sebenarnya beliau bernama Undang Suryana, tapi karena beliau adalah SUHU pelajaran kimia yang salah satu babnya mengajarkan unsur-unsur kimia, bergelarlah Mister Unsur. Mungkin juga merupakan akronim dari namanya yang aduhai itu. 

Dengan gerakan secepat kilat tangannya menyambar hapeku dan langsung berjalan ke depan kelas. Suasana menjadi sunyi. Seluruh siswa diam dan sebagian menundukan kepala. Akupun hanya melongo ketika hapeku dirampas. Wah, bencana. 

Aku hanya bisa senyum getir membayangkan apa yang akan terjadi. Aku celingukan menengok kanan kiri, tapi teman-temanku memandang iba padaku. Mulai terbayang apa sanksi yang akan ku terima, hape ditahan, angka raport merah, dijemur, diskors, semakin parah lagi diarak keliling sekolah.

Arrgghh....makin sadis saja hukuman yang kubayangkan.

Aku mencoba berdiri hendak bernegosiasi dengan beliau. Tapi belum tegak kakiku, telunjuk beliau bergerak turun mengisyaratkan agar aku duduk kembali. Aku melihat beliau menaikkan kacamatanya yang melorot, lalu tersenyum sinis dan melirik ke arahku sebentar. Aku mulai panik dan perasaanku jadi gak enak. Beliau berjalan mondar-mandir di depan. Aku yakin dia sedang membaca semua pesan masuk dan keluarku.

'Kurang ajar.' pikirku.

Setahuku, etika dalam teknologi informasi dan komunikasi kita dilarang keras membaca pesan keluar masuk punya orang lain, dosanya setingkat dengan mengintip seorang nenek yang sedang mandi di sungai. Tapi aku yakin, beliau tak tahu soal peraturan baru yang entah ada atau tidak itu, dan kalaupun beliau tahu, pasti beliau akan masa bodoh. 

Kadang kala jenjang hierarkhi adalah hal yang paling ku benci. *(Kenapa kita harus tetap menghormati orang yang lebih tua, padahal orang itu suka berkata cabul. Atau kenapa guru wanita boleh berdandan menor sedangkan setiap minggu ada razia bedak untuk siswa putri. Atau kenapa guru boleh merokok ketika mengajar dikelas sedangkan siswa kena skors saat ketahuan merokok secara sembunyi-sembunyi di WC. Memang tidak adil. Oke, kembali ke benang merah.) 

Jantungku berdetak lebih dari sepuluh kali perdetik dan degupannya hampir mengalahkan bunyi bedug saat malam lebaran. Aku mencium ada rencana jahat. Tiba-tiba dengan suara lantang beliau membaca salah satu isi SMS-ku.

Love MonkeyWhere stories live. Discover now