⇦LIMA BELAS⇨

Depuis le début
                                        

"Bilang aja kali lo suka sama Karrel," kata Gani.

"Siapa juga yang suka sama dia?" tanya Kiara.

"Luka-luka-luka yang Mas Karrel rasakan, bertubi-tubi-tubi yang Dek Kia berikan. Cinta mas bertepuk sebelah tangan, tapi mas malah senyum keindahan," Rokky menyanyikan lagu C.I.N.T.A dengan lirik yang sedikit diubah olehnya.

Karrel yang geram pun melemparkan kaleng bekas susu yang masih dibingungkan susu apa, antara susu sapi, naga atau beruang.

"Ampun mas, jangan siksa aku mas," kata Rokky dramatis membuat seisi ruangan tertawa.

"Pantat kuda lo, bersihin studio gue!" perintah Karrel marah.

"Nah lho, Mas Karrel marah, gue kagak ikutan deh," kata Martin sambil mengangkat kedua tangannya.

"Eh, Ki, mending kita keluar," ajak Gani langsung mengamit tangan Kiara dan menarik gadis itu keluar.

"Kakak usil banget sih," kata Kiara, Gani hanya cengengesan.

"Abis Karrel tuh jarang bercanda sama kita, dia itu kalau sama kita kalem mulu," kata Gani.

"Kalem dari mana? Yang ada dia itu nyebelin banget," kata Kiara.

"Oh, ya? Berarti dia suka sama lo," kata Gani.

"Hah?! Nggak mungkin lah," kata Kiara.

"Yeh, ngeyel, liat aja nanti, pasti lo bakalan jadian sama Karrel," kata Gani.

"Amit-amit deh," kata Kiara.

Mereka terlalu asyik dengan obrolan mereka. Sampai tak sadar kalau sedari tadi ada seseorang yang memanggil mereka.

"Eh, kalian berdua tuli banget sih, dari tadi gue panggil nggak noleh-noleh," omel Karrel setelah bisa mensejajarkan langkahnya.

"Eh, kenapa lo manggil kita?" tanya Gani.

"Lo harus tanggung jawab," kata Karrel langsung menarik Gani.

"Eh, Kia gue duluan," kata Gani lalu hilang di belokan.

Kiara tak menghiraukan apa yang diucapkan Gani. Ia masih memperhatikan seorang perempuan tua sedang duduk di kursi. Perempuan itu adalah ibu Karrel yang sudah meninggal. Kiara pun berjalan menghampiri wanita paruh baya itu untuk menanyakan sesuatu.

"Tante," panggil Kiara saat sudah berada di dekat wanita itu. Mata wanita itu yang tadinya menatap sudut ruangan, kini menatap gadis itu.

"Ada apa?" tanya wanita itu dengan lembut tak lupa dengan senyum.

"Tante, Kiara boleh tanya?" tanya Kiara.

"Boleh."

"Tante tau gak hubungan Dimas sama Karrel?" tanya Kiara.

"Oh, Nak Dimas, sebelum tante meninggal, tepatnya saat Karrel masih SMP, Dimas dan Gani sering kemari menemui Karrel, mereka bersahabat sangat baik," kata wanita itu, wajahnya yang pucat menunjukan keceriaan.

Melihat hal itu Kiara mengurungkan niat untuk bertanya tentang masalah Dimas dan Karrel. Ia menyimpulkan bahwa ibu Karrel tidak mengetahui masalah itu dan Kiara tak mau wanita itu tahu.

"Oh, ya udah Kiara pergi dulu ya, tan," kata Kiara lalu berbalik.

Namun tangannya ditahan oleh wanita itu, "tante akan pergi," kata wanita itu dan menghilang entah kemana membuat Kiara tambah bingung.

Apa sih arti perkataan itu? tanya Kiara di dalam hati.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pipi gadis itu. Kiara pun tersadar dari lamunannya tadi. Ia menengok untuk mencari orang yang tadi menepuk pipinya itu.

"Eh, Kak Martin," kata Kiara saat melihat lelaki itu berdiri di sampingnya.

"Ngapain sih, Adek Kiara yang imut dan menggemaskan di sini?" tanya Martin bingung, karena melihat gadis itu sendiri di sini sedang terbengong.

"Nggak ngapa-ngapain, btw, kita jadi latihan?" tanya Kiara.

"Jadi, gue baru aja habis bersih-bersih," kata Martin. Mereka pun berjalan pelan menuju studio musik tersebut sambil berbincang-bincang, nampaknya Kiara sudah mulai akrab dengan semua teman-teman Karrel.

"Nih dia yang ditunggu sedari tadi akhirnya datang," kata Karrel saat melihat Kiara dan Martin membuka pintu.

"Kenapa lo nunggu gue? Kangen?" tanya Martin.

"Iya, kangen nyium mulut lo pakai tangan gue," kata Karrel.

"Nyiumnya kapan-kapan ya, sekarang lo kan masih jadi mumi," ejek Martin.

"Udah dong bercandanya, sekarang kita harus serius latihan," kata Kiara.

"Tunggu bentar Ki, gue sama Rokky istirahat lima menit aja, badan gue pada encok semua, gara-gara disuruh kerja rodi sama Mas Karrel," kata Gani sambil melakukan senam ringan.
"Iya nih, Karrel kalau ngehukum kelewat sadis kayak Bu Ratna. Kenapa sih nggak nyuruh pembokat lo aja?" tanya Rokky.

"Lo emang nggak malu apa nyuruh orang tua yang energinya lebih rendah dari kita?" tanya Karrel.

"Tumben lurus," kata Kiara.

"Maksud lo?" tanya Karrel.

"Biasanya kan miring," ejek Kiara mengundang gelak tawa seisi ruangan kecuali Karrel.

"Udah-udah, ayo latihan," kata Karrel dengan muka bete.

"Nggak usah dijelekin gitu mukanya, udah tau tu muka aslinya jelek," kata Rokky yang dihadiahi pukulan penuh kasih sayang di perutnya oleh Karrel.

▣▣▣▣▣
Yey update lagi, maunya sih kemarin update, tapi tiba-tiba aja hape penyakitnya kambuh jadi baru bisa update sekarang.
Btw jangan lupa vomment ya dan commentnya kayak chapter kemarin dong, banyak, coba aja semuanya comment pasti aku jadi seneng ^^

13-05-2016

Different Où les histoires vivent. Découvrez maintenant