5

2.5K 346 11
                                    

A/N: Jika kalian nemu kata 'bruh' plis itu kebiasaan author :v

AWAS! Typos, OOC, drama overload, bahasa tidak baku.

<>-<>-<>-<>-<>

Yoongi terbangun merasakan keseluruhan tubuhnya seperti baru dihantam oleh berton-ton batu bata-semuanya terasa sakit. Mengingat kejadian semalam, Yoongi menghela nafas panjang. Pandangannya menyapu langit-langit kamar berwarna putih yang bukan merupakan miliknya.

Yoongi hendak menutup matanya lagi dan mencoba untuk kembali tertidur, namun ketukkan halus pada pintu kamar yang semalam digunakannya tidur itu-kamar yang menjadi bagian dari apartemen Kim Namjoon-menggagalkan usahanya.

Yoongi pun dengan tidak rela menuruni kasur nyaman itu, ia dengan malas berjalan menuju pintu dan membukanya.

Namjoon berdiri di sana dengan senyum khasnya, mempertontonkan sepasang lesung pipi yang selalu membuat Yoongi gemas-tapi si helai gelap tidak akan pernah menyuarakannya, not yet.

"Sarapan? Aku membuat pancake."

Itu menjawabnya, asal aroma harum yang tercium oleh hidung Yoongi sejak ia terbangun. Yoongi sempat mengira itu hanyalah aroma yang biasa muncul di kediaman para orang semacam Namjoon-para orang yang tinggal di tempat bak istana.

Walau apartemen Namjoon tak semewah istana Jackson ataupun mansion Tuan Kim, tapi tempat itu masih layak digolongkan sebagai kemewahan.

Yoongi menghentikan rentetan pemikirannya kala namanya tersebut dengan nada baritone si pria dewasa, ia kemudian mengangguk, kembali teringat dengan pertanyaan Namjoon.

Namjoon menunjukkan jalan di depannya menuju sebuah ruangan yang luas. Ruang itu tidak membatasi antara dapur, meja makan dan sofa beserta televisi raksasa berjarak kurang lebih 5 meter di depannya. Hal itu mengingatkan Yoongi dengan apartemennya dengan pengecualian luas, karena ia yakin ruangan itu hampir 3 kali lebih luas, atau memang itu ruangan di apartemennya saja yang terlalu sempit.

Yoongi mengamati meja berbentuk persegi panjang berwarna hitam elegan dengan ulas meja biru bermotif kotak, ia dapat melihat 6 kursi tersusun rapi mengelilingi meja itu, dua kursi di setiap sisi panjang dan satu di setiap sisi lebar.

"Duduklah di kursi yang kau suka."

Tidak perlu dua kali mendengar perintah itu, yang di bawah umur segera memilih tempat di sebelah kiri dari sisi panjang meja, ia duduk menghadap tirai yang sewarna dengan ulas meja. Tirai tersebut membentang luas pada salah satu sisi dinding di ruangan itu, Yoongi hendak menanyakan hal apa yang berada di baliknya seketika seisi ruangan menjadi gelap oleh padamnya lampu yang sedari tadi menerangi.

Ketika matanya berhasil menyesuaikan diri dengan kegelapan, ia menemukan Namjoon menjadi dalang dari padam satu-satunya media penerangan. Yang lebih tua berdiri di dekat sofa, memegangi benda seperti remote control. Yoongi kira Namjoon akan menghidupkan televisi raksasanya dengan benda itu dan ia menemukannya aneh karena sejujurnya, orang macam apa yang menghdupkan televisi setelah mematikan lampu di pagi hari? Terlebih, di mana letak jendela di apartemen semewah ini? Pemikirannya terhenti oleh pancaran menyilaukan dan refleks menjadikan kedua tangannya sebagai penghalang sinar yang ia percaya akan merusak sepasang manik cantiknya-dalam pendapat pribadinya.

Setelah setengah menit mencoba membiasakan matanya dari cahaya berlebih, yang dilihatnya justru membuat sepasang inderanya itu berbinar. Sebuah kaca luas adalah hal yang berada di balik tirai itu.

Yoongi berdiri menimbulkan suara dari kaki kursi yang bergesek dengan lantai marmer sewarna hazelnut itu, namun yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana ia bisa secepatnya mencari tahu bagaimana dunia luar terlihat dari bentang benda transparan di hadapannya.

Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang