Because I Love You Alvin!(Last Part)

231 4 0
                                    


Tempat ini, berbackground putih yang cerah. Tanpa seulaspun seni yang biasa kulihat di kelas seni. Kelas yang kutinggalkan beberapa bulan yang lalu. Kelas yang kurindukan dan tidak mungkin bisa lagi kujamah setelah ini. Dan tempat ini bukan main polosnya. Tak ada desain-desain grafity, tak ada corak-corak keindahan. Sungguh polos. Tapi menenangkan.

Dan di tempat ini, tempat yang sebelumnya pernah kupijaki. Berdiri kami berdua, Aku dan Alvin. Berdua dan hanya berdua. Tak ada gadis itu. Aku diam menatap Alvin, Alvin melakukan hal yang sama. Aku tersenyum, Alvin memandangku bingung. Ia tidak mengenalku dan tidak pernah mengenalku. Aku mendekatinya dan memeluknya erat. Dan ia tetap bergeming.

"Maafkan aku Alvin!" lirihku semakin menguatkan pelukanku.

Alvin hanya memasang wajah bingung. Tanpa bisa melepaskan pelukanku. Dan aku menarik nafas panjang sebelum bercerita.

"Maaf untuk 7 hari yang membuatmu tertarik paksa menuju lembah kematian. Maaf untuk 7 har yang membuat luka dan rasa sakit di sekitar tubuhmu. Maafkan aku!"

Alvin masih diam. Mengingat kejadian-kejadian sebelumnya.

Baiklah, pertanyaan apa saja yang pernah kutanyakan selama ini? Kenapa aku selalu diam tak berkutik saat Alvin berada dalam bahaya? Kenapa Alvin selalu terlihat berfikir keras saat memandangku? Apa alasan aku ingin Alvin tahu perasaanku secepatnya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Aku, gadis penderita leukimia yang meninggal satu minggu yang lalu. Gadis yang suka mencuri-curi pandang kepada most wanted SMA 1225, Alvin Jonathan. Gadis tak popular yang mencintai Alvin lebih dari aku mencintai pelajaran dan dunia seni yang selama ini aku geluti. Dan Alvin tidak tahu itu. Ia tidak tahu siapa aku, karena anak-anak IPA 1225 pada umumnya angkuh dan tidak mau bersosialisasi dengan anak-anak jurusan lain di SMA 1225. Mereka terlalu sibuk dengan pratikum-pratikum dan zat-zat ajaib mereka dan tidak ada waktu untuk mengenal lingkungan di sekitar mereka.

Dan aku? Tentu gadis paling bodoh yang mati penasaran hanya karena mencintai laki-laki itu. Menghabiskan waktu 7 hari untuk membuat Alvin tahu aku mencintainya dengan cara mencoba membunuh Alvin dengan kekuatan yang aku miliki untuk membuatnya bersamaku disini. Di kehidupan baru ini.

Lalu siapa aku? Aku hanya arwah gentayangan yang mati dalam keadaan menyimpan urusan dunia yang tidak penting. Ya! Karena aku mencintaimu, Alvin, aku menjadi arwah paling sadis yang mencoba membunuhmu, orang yang aku cintai.

Entah kenapa, selama 7 hari ini aku bisa mengendalikan orang yang ingin aku kendalikan. Kata-kataku menjadi bisikan hati kecil mereka. Perintahku seperti keinginan mereka. Itu alasan kenapa aku tidak berkutik melihat Alvin dalan bahaya, karena aku yang membuatnya. Mereka merasakan kehadiranku, tapi mereka tidak melihatku. Itu juga alasan kenapa Alvin selalu tampak berfikir keras saat melihatku. Aku bisa menyentuh merek dan mereka merasa sentuhanku bagai buaian angin saja. Dan mungkin hanya Alvin saja yang pernah merasakan sentuhan itu.

"Bukan 7 hari. 4 hari lebih tepatnya." kata Alvin melepaskan pelukanku. Mengamatiku. Bukan pengamatan seperti biasanya. Tampaknya ia sedang mengingat sesuatu yang penting. "Karena selama 4 hari itu aku merasa ada yang mengikutiku dan kamu, orang yang selama ini hadir dalam mimpi burukku. Hanya saja kamu lebih cantik."

Aku tersenyum dan memeluk Alvin lagi. "Maafkan aku! Aku membuatmu menderita di 7 hari ini."

"Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau menyuruh seseorang mendorongku dari lantai 3? Memaksa Aren membunuhku? Memerintahkan sopir mobil jeep itu mengganggu konsentrasiku? Dan terakhir, menyuruh Kak Angel mempercepat kecepatan mobilnya dan membuatku berada di tempat asing ini?"

"Karena aku mencintaimu, Alvin!" lirihku dan aku menangis. Menangis untuk satu hal yang sejak dulu ingin kupaparkan kepada Alvin. Dan perjuanganku ternyata tidak sia-sia. Perjuanganku membuat Alvin bersamaku dalam kehidupan abadi yang sesungguhnya. Aku mencintainya dan tidak ingin melepaskannya. Tapi, aku tahu ini egois. Bukan cara ini yang harus kulakukan untuk membuat ia dan aku bersatu. Bukan cara ini! Ada cara Tuhan yang lebih bijak untuk ini.

Queen Of Sad Ending Where stories live. Discover now