Part5

329 6 0
                                    


***

"Lagian lo apa-apaan sih Yel? Larang-larang Shilla deket Cakka? Lo tahu sendirilah, Shilla sama Cakka nyobatnya kaya apa. Bukannya bantuin Alvin tuh yang dari kemaren-kemaren dibikin pusing sama pembina osis dbn kesiswaan. Lah, elo? Malah sibuk ngurusin urusan orang. Lagian lo temprament banget sih! Sabar dikit napa?! Gak usah main tonjok-tonjokan kaya gini." Cerecos Sivia sambil membersihkan luka-luka memar di wajah Iyel. Ia tidak habis fikir akan menemukan Iyel dalam keadaan babak belur di dalam kelas sambil nendang-nendang meja tidak jelas.

"Gue udah berusaha sabar Vi! Dari dulu gue coba pasang tampang biasa kalau lihat Cakka deket-deket Shilla. Tapi, kemarin puncak sabar gue udah membludak Vi! Belum lagi Alvim yang terus-terusan ngebebani gue dengan tugas-tugas osis. Gue pusing Vi! Ya, dapat kesempatan lampiasin amarah gue sama Cakka. Kenapa tidak? Orang dia yang duluan pukul gue!" jelas Iyel sambil sesekali meringis menahan sakit karena sentuhan-sentuhan Sivia yang tidak ada kata lemah lembut.

Mendengar penjelasan Iyel, dengan cepat Sivia mendorong kepala Iyel pelan. "Dasar bodoh!" teriak Sivia biasanya. "Jadiin temen pelampiasan lagi lo. Childish banget lo Ye!"

"Auw! " teriak Iyel. "Kenapa sih lo sewot banget? Nia ngobatin apa nyiksa gue??"

Sivia memandang Iyel kesal. Bagaimanapun juga Sivia paling tidak bisa lihat orang terluka kaya gini. Apalagi sahabatnya yang berada di posisi itu. "Sory! Sini!" katanya mengarahkan wajah Iyel untuk menghadapnya. "Awas ya lo! Besok gue gak mau tahu. Lo mesti minta maaf sama Cakka. Gue gak mau acara LDK berantakan gara-gara konflik lo, Cakka dan Shilla membuat kepungurusan tidak kompak.

"Gak!!!" tegas Iyel.

"Egois banget sih lo Yel?"

"Peduli!"

Sivia menekan kapas di titik luka Iyel dengan kasar karena kasar.

"Auw! Sakit woi!"

"Pe-du-li." teriak Sivia lagi dengan penuh penekanan.

Iyel mendengus kesal.

***

Shilla memandang Alvin prihatin. Keadaannya sungguh acak-acakan. Sudah jelas! LDK kali ini gagal total! Ia mendapat teguran hebat dari pembina osis dan kesiswaan. Kegiataan di-cap ilegal, gara-gara kepala sekolah tidak menerima surat izin dari Osis karena memang Shilla sebagai sekretaris tidak membuat itu. Dan di saat terjadi kecelakaan hebat yang menimpa anak kelas satu calon pengurus osis yang diakibatkan oleh ketidakkompakan para senior. Pihak yayasan sama sekali acuh karena tidak tahu osis buat kegiatan LDK.

"Aarrgghh! Pusing gue..." teriak Alvin mengacak-ngacak rambutnya, kesal.

Suasana ruang osis yang memang begitu sepi, membuat suara Alvin menggema keras. Hanya Shilla dan Alvin yang saat ini benar-benar terpojok di ruangan osis sambil memikirkan perkataan pembina osis soal pertanggungjawaban kasus kecelakaan itu.

"Gue minta maaf Vin!" lirih Shilla yang waktu itu duduk di hadapan Alvin masih tertunduk di meja ketosnya.

"Gue yang salah Shil.."

"Gue yang ngusulin gak buat proposal dan surat izin, Vin!"

"Gue yang menyetujuinya.."

Keadaan hening. Benar-benar hening.

"Vin, gue minta maaf.."

Alvin mengangkat kepalanya. Memandang Shilla tajam. "Sudahlah Shil! Maaf lo gak bisa ngerubah segalanya. Semuanya gagal! Dan gue gak suka denger lo minta maaf mulu.." kata Alvin sambil memukul meja keras. Membuat Shilla kaget dibuatnya.

Shilla terpaku sejenak. Air matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya. Ia tidak pernah dibentak oleh siapapun. Ia tidak pernah berada di posisi seperti saat ini. Shilla memalingkan wajahnya dan setelah itu ia keluar ruangan dan berlari meninggalkan Alvin dengan air mata yang sudah berjatuhan di pipinya.

Queen Of Sad Ending Where stories live. Discover now