Ia berlari dan terus berlari, hingga pada akhirnya ia merasakan tangan seseorang menempel di tangannya.

"Lo kenapa Shil?" tanya pemilik suara yang tak lain adalah Cakka.

Shilla memandang Cakka di balik bulir-bulir air matanya. Dan tanpa fikir panjang ia langsung memeluk tubuh orang yang kini berdiri di hadapannya. Yang ia fikirkan saat ini ketenangan. Tidak peduli siapa orang yang mampu menenangkannya.

"Alvin bentak gue Kka!" jelas Shilla terisak. "Gue.. Gue benci dia!"

Cakka tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi ia tahu masalah osis dan Alvin lah yang membuat Shilla menangis seperti ini. Perlahan tangan Cakka mengelus punggung Shilla pelan.

Dan itu berlangsung selam beberapa menit. Mereka tenggelam dalam pelukan itu dengan lapangan basket outdoor sekolah sebagai latar. Sebelum akhirnya..

"B*****K LO KKA! APA YANG LO LAKUKAN SAMA SHILLA!"

Cakka terpaksa melepaskan pelukan Shilla begitu seseorang mendorongnya kasar. Ia pandang dengan tajam orang itu, yang tak lain adalah Iyel. Tak lama setelah itu ia pandang orang-orang di sekelilingnya. Sudah berdiri, Agni dengan tampang marah dan mata berkaca-kaca. Sivia yang menggantikan posisinya untuk menenangkan Shilla. Dan Rio yang berdiri tegak di samping Agni.

"F*CK LO KKA! LO NGAPAIN SHILLA SAMPAI DIA NANGIS KAYA GITU?" Teriak Iyel kali ini sambil mukul wajah Cakka.

Agni yang melihat adegan itu hanya terisak dan berlaru meninggalkan lapangan. Ada rasa sakit yang teramat dalam di sanubarinya. Ia berfikir Cakka pantas mendapatkan itu dari Iyel. Tapi, ia tidak menerima itu.

Rio memandang Agni sekilas saat Agni melangkah menjauhinya. Kemudian melangkah maju. Mencoba memisahkan Iyel dan Cakka yang sudah bertindak anarkis. Ia sendiri tidak mengerti apa yang terjadi antara kakak kelasnya itu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.

"Kka! Sudahlah!" Rio menarik tangan Iyel yang rupanya lebih bernafsu memukul Cakka. Rio berhasil membuat Iyel diam meskipun ia berkali-kali memberontak dan membabibuta.

Cakka terengah-engah mengatur nafas. "KALAU BEGITU LO TANYAIN SAMA DIA!!" tunjuk Cakka pada Alvin yang tengah berjalan ke arah mereka bersama Ify di sampingnya. "Apa yang dia lakukan sama Shilla??!!"

Iyel mengalihkan pandangan menusuknya pada Alvin. Dan kembali memberontak mencoba melepaskan genggaman tangan Rio. Rio yang postur tubuhnya lebih kecil dari Iyel, segera melepaskannya sebelum Iyel balik menyerangnya. Sementara Cakka memilih meninggalkan lapangan dan mencari Agni karena baginya itu yang lebih penting.

Sivia yang tahu kondisi Iyel yang temprament-nya sudah naik ke stadium kacau, segera melepaskan pelukan Shilla dan memberikan kode pada Rio untuk menjaga Shilla yang suka ambruk tiba-tiba dalam keadaan shock seperti saat ini. Ia berlari ke arah Iyel yang sudah berhadapan dengan Alvin.

"Yel! Lo kenapa sih?" Sivia berdiri diantara Alvin dan Iyel.

Iyel memberi isyarat pada Sivia untuk menghindar. Tapi Sivia tetap tidak beranjak dari tempatnya. Menghindar sama dengan meniupkan terompet peperangan untuk Iyel dan Alvin.

"Gue tahu lo sayang Shilla Yel. Gue tahu lo over Love sama Shilla! Tapi, please, gak usah gini juga kali!" nasihat Sivia yang kebingungannya sudah menggunung menyikapi sikap aneh Iyel 2 hari ini.

"LO GAK TAHU APA-APA VI! DAN BIAR GUE KASIH PELAJARAN ORANG YANG GAK PERNAH HARGAIN ORANG LAIN DI HADAPAN GUE SAAT INI!!" dengan keras Iyel mendorong tubuh Sivia untuk menjauh.

Sivia yang berada dalam posisi kurang siap, terhuyung dan hampir jatuh. Beruntung Ify yang sejak tadi berdiri di samping Alvin, menahannya.

"Gue gak suka cara lo!" kata Alvin santai tapi menantang. "gue gak suka lo main kasar sama Sivia! Ok. Sama gue ataupun Cakka gue masih bisa terima. Tapi, kalau lo lakuin sama cewek jangan harap gue bisa diam aja!" Alvin yang sejak tadi diam menunggu reaksi Iyel, akhirnya marah juga melihat Iyel mendorong tubuh Sivia. "Gue tahu, bukan cuma Shilla yang jadi pemicu lo kaya gini. Lo marah sama gue kan Yel? Gue minta maaf soal itu. Dan gue..."

Belum sempat Alvin melanjutkan kalimatnya, tahu-tahu Iyel sudah memukul wajahnya yang langsung menghasilkan darah dari sudut-sudut bibirnya "Gue juga gak suka cara lo Vin! Gue benar-benar gak menyangka lo bisa berfikir seperti itu sama gue!" seru Iyel masih terus memukul wajah Alvin.

"Lo gak ngerasain posisi gue Ye! Lo gak tahu gue bagaimana susahnya!"

Iyel menghentikan aksinya. Ia memandang Alvin dengan tajam. "Dan apa yang sudah lo perbuat sama Shilla sampai dia nangis kaya gitu hah?"

"Ok! Yang itu gue salah. Tapi lo tahu...."

Lagi-lagi Alvin tidak berhasil menjelaskan maksudnya karena sebuah pukulan sudah melayang mengenai perutnya dengan kasar. Kondisi Alvin yang memang saat itu begitu labil atau memang ada sesuatu, membuatnya menjatuhkan lututnya dan memuntahkan darah yang cukup banyak karena pukulan itu jatuh tepat di ulu hatinya. Dan itu menimbulkan kepanikan dari orang-orang di sekitarnya. Tak terkecuali Iyel.

"Kak Shilla!" suara Rio terdengar nyaring. Ia berusaha menahan tubuhnya Shilla yang memang sudah tidak sadarkan diri.

"Bawa Shilla pulang Yo!" Ify melemparkan kunci mobilnya ke arah Rio dan segera menyambar tubuh Alvin yang masih berlutut di hadapan Iyel.

Iyel sendiri yang panik melihat Alvin seperti itu, diam membatu menatap Alvin. Sivia dengan cepat menarik tangan Iyel untuk menjauh dari Ify dan Alvin.

"Vin!" Ify mengangkat kepala Alvin yang tertunduk. Berbagai luka lebam sudah menghiasi wajah itu. Darah belepotan di sekitar bibirnya yang tampak membiru.

"Gu..gue.. Hh..baik Fy!" desah Alvin menahan sakit sambil mencoba berdiri. Namun jauh dari tegak sempurna, Alvin sudah hampir terjatuh lagi. Membuat Ify bersusah payah menahan tubuh itu.

"Biar gue yang bawa mobil lo!" katanya sambil memapah Alvin sampai parkiran sekolah.

Queen Of Sad Ending Where stories live. Discover now