"Ayo kita makan, aku tahu tempat yang bagus."

"Dengan seragam?"

"Oh kalau begitu kita akan mengurusnya lebih dahulu."

Namjoon memarkirkan mobilnya tak lama kemudian, ia membuka pintu mobilnya, disusul Yoongi yang melakukan hal yang sama.

Namjoon memasuki sebuah toko—sebuah butik lebih tepatnya—dengan Yoongi mengekor di belakangnya.

Seorang wanita cantik segera menghampirinya. "Selamat datang tuan muda, sudah lama anda tidak mampir. Adakah yang bisa kami bantu?" tanyanya ramah.

Namjoon tersenyum, "Aku mencari pakaian untuk anak ini, berikan dia satu set yang kasual. Dan kumohon . . . bisakah kau berhenti berbicara formal padaku? Apa aku harus selalu mengingatkanmu?"

Wanita itu tersenyum pada Yoongi seperti ia baru menyadari keberadaannya. Ia menaruh pandangannya pada Namjoon, "As you wish Namjoonie," lalu kembali menatap Yoongi, "dan namamu?"

"Yoongi."

"Baik Yoongi, ikut denganku."

Yoongi menatap Namjoon tidak yakin, namun Namjoon hanya balas tersenyum. Yoongi pun segera mengejar wanita dengan rambut hitam berkucir kuda itu yang sudah 6 langkah jauh darinya.

"Sunny! Je—Tiffany!" panggil wanita itu. Yoongi hendak bertanya mengapa wanita itu tidak jadi memanggil Je—apapun itu lanjutannya, dan menggantinya dengan Tiffany siapalah itu, namun menyadari posisinya ia tak mau mengusik urusan orang lain yang baru sekali ditemuinya.

Beberapa detik kemudian dua wanita cantik lainnya—satu dengan rambut pirang pendek, dan satunya dengan rambut ikal hitam panjang sepinggul—datang.

"Namaku Yoona," ucap si ponytail, ia menunjuk rekannya, "dan si rambut pirang ini Sunny, sedang si rambut ikal itu Tiffany. Mereka akan membantumu mencari pakaian yang bagus dengan ukuran yang pas," jelas Yoona, ia membisikan sesuatu pada Sunny dan Tiffany sebelum pergi—yang Yoongi tebak adalah sesuatu mengenai Namjoon—Yoona tak lupa memperingatkan; "Hati-hati dengan mereka berdua, mereka sedikit gila."

Sunny dan Tiffany pun menarik Yoongi ke sebuah ruangan, mereka membiarkan pintunya terbuka dan mulai mengukur tubuh Yoongi dengan meteran.

"Jadi manis, siapa namamu?" tanya Sunny sambil tersenyum ramah.

"Yoongi," jawab Yoongi singkat.

"Nama yang bagus," puji Tiffany sambil melingkarkan meteran di pinggul Yoongi.

"Terimakasih."

"Jadi apakah pria tampan di luar itu kekasihmu? Tanya Sunny, Yoongi menggeleng.

"Umm . . . bukan, dia sepupuku," jawab Yoongi, ia tidak sepenuhnya berbohong karena ayah Namjoon adalah anak angkat kakeknya, secara otomatis Namjoon itu sepupunya juga kan?

Sunny dan Tiffany berhenti bergerak, "Oh benarkah? Aku tidak tahu Presdir Kim punya adik."

Yoongi menggaruk belakang lehernya grogi, "Yahh . . . sekarang kalian tahu?" ucap Yoongi tidak yakin.

Sunny dan Tiffany tertawa kecil, "Yaampun kau menggemaskan sekali," ucap Sunny mencubit gemas kedua pipi Yoongi sedang Tiffany kembali mengukur tubuh Yoongi dengan senyum kecil yang terus dipertahankannya. Yoongi pun sekarang mengerti maksud Yoona.

Sekitar 20 menit Yoongi dikelilingi oleh dua wanita berisik itu, ia pun akhirnya selesai dengan pakaiannya; kaus putih turtleneck menutupi hingga setengah pahanya dengan cardigan tiga per empat lengan tanpa kancing berwarna hitam yang 10 centi lebih panjang, bagian bawah tubuhnya tertutup oleh skinny jeans berwarna hitam. Untuk sepatunya, ketika ia menggunakan Nike berwarna kombinasi merah, hitam dan abu-abu sebelumnya, Tiffany menyuruh untuk menggantinya dengan Converse berwarna hitam.
Yoongi berjalan mendekati Namjoon dengan ragu. Si surai pirang sedang bicara dengan Yoona di sofa ruang tunggu.

Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang