Yoongi menghela nafasnya untuk yang kesekian kali, rambutnya acak-acakkan karena ulah tangan frustasinya. Ia selalu menganggap Jimin sebagai orang terdekatnya, dia manis dan menggemaskan, ia bahkan tak tega menolak si rambut oranye saat ia mengajaknya berkencan-sekalipun Yoongi tak pernah mencintai Jimin dengan cara itu-bagaimana bisa ia tega memutuskannya?

Yoongi terbangun dari tidurnya oleh dering ponselnya, ia hampir memastikan bahwa kejadian kemarin hanyalah mimpi sebelum suara melengking ibunya menghilangkan senyum wajahnya.

["Yoongi, jika kau berencana menggagalkan perjodohan kali ini, aku tak segan-segan untuk menelantarkanmu, aku tidak memerlukan seorang anak tak berguna sepertimu."]

"Maaf eo-"

["Cepat bersiap! Jam 8 nanti akan ada mobil di depan apartemenmu. Jangan kecewakan eomma."]

"Iya eo-"

Tut tut tut.

Jadi ini bukan mimpi? batin Yoongi berlari kecil ke kamar mandi setelah menyempatkan untuk melirik jam dindingnya yang menunjukan pukul 07.15. Oh fúck.

Selesai memoles dirinya, Yoongi menghembus nafas lega ketika jam dindingnya ternyata masih menunjukkan pukul 07.55, ia lalu keluar dari apartemennya untuk menunggu mobil yang dimaksud oleh ibunya.

Tak lama kemudian, mobil SUV mewah berwarna hitam berhenti di depannya, seseorang dengan pakaian rapi keluar dari mobil itu.

"Min Yoongi-ssi?" tanyannya, Yoongi mengangguk, ia dapat melihat senyum mengembang di wajah pria di depannya itu.

"Saya Kim Seokjin salah satu pelayan dari residen Kim, saya datang untuk menjemput anda," ucapnya lembut sambil membungkukkan tubuhnya. Yoongi dengan grogi ikut membungkuk.

"Kalau begitu, silahkan naik, Tuan Kim sudah menunggu anda," kata Seokjin mempersilahkan Yoongi masuk ke dalam mobil.

Di sepanjang perjalanan Yoongi hampir tak bisa menutupi kegelisahannya, ia terus menerus bergerak di kursinya, menimbulkan bunyi dari kain levis jeansnya yang bergesek dengan kain lembut kursi mobil.

Ia berhenti sejenak untuk menerima telepon dari ibunya.

["Yoongi, kau sudah naik ke dalam mobil jemputan dari residen Kim?"]

"Sudah."

["Bagus. Lebih baik kau bersikap sopan pada Tuan Kim."]

"Iya eomma."

["Eomma akan menemuimu setelah kau selesai dengan urusanmu di kediaman Kim."]

"Eomma tidak ikut?"

["Tidak, Tuan Kim menginginkan pertemuan ini antara calon mempelai. Eomma akan menelepon lagi nanti."]

Tut tut tut.

Bohong.

"Ibu anda?" tanya Seokjin di sebelahnya, Yoongi mengangguk, ia kemudian kembali menggerakan tubuhnya tak terkontrol di tempat duduknya.

Grey Scarf: The Needle & The Yarn {NamGi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang