AIR*15

6.6K 830 99
                                    

Cinta diam-diam gejalanya hampir selalu sama. Berawal dari pandangan pertama, lalu merasakan getaran-getaran aneh yang menyejukkan. Ingin menyapa, tapi apa daya nyali tak sebesar rasa penasaran. Mungkin itu dulu yang Ali rasakan terhadap Prilly. Namun apa jadinya ketika tekat dan nyali menghampiri Ali. Semua akan ia lakukan demi mendapatkan cintanya. Hal senekat apa pun dia rela taruhkan untuk Prilly.

Setelah bongkar muat selesai hingga dini hari membuat Ali harus ekstra sabar menunggu Prilly.

"Sudah selesai?" tanya Ali saat melihat Prilly baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Sudah," jawab Prilly mengambil remot kontrol AC yang ada di atas meja. Dia mengatur suhu di dalam kamarnya. Kapal yang terbuat dari plat-plat besi dan daerah pelabuhan yang panas membuat Prilly merasa gerah setiap saat. Untung saja kapalnya sudah dilengkapi alat-alat yang membuat dia nyaman di dalamnya.

"Mau turun sekarang apa besok pagi?" tanya Ali yang setia duduk menunggu Prilly di sofa bed sejak tadi.

"Besok pagi aja ya? Kamu nginep di sini dulu. Aku habis ini harus bikin laporan dan sekalian mau ngontrol semua alat navigasi sebelum aku meninggalkan kapal," seru Prilly duduk di tepi ranjang sambil melepas sepatunya.

Prilly melepas wearpack begitu saja di depan Ali, karena dia memakai baju santai di dalamnya. Jadi tidak masalah Prilly membuka di depan Ali.

"Jangan begitu di depan orang lain, kalau di depan aku terserah kamu," tegur Ali saat Prilly melepas wearpack-nya.

Prilly menoleh melihat Ali yang fokus menatap televisi.

"Aku kan masih pakai baju di dalamnya. Nggak papa dong?" bantah Prilly menggantung wearpack-nya di samping lemari.

"Tapi, pikiran cowok itu beda-beda. Apa lagi kamu di sini cewek sendiri. Jangan aneh-aneh dan jangan sembarangan bertindak. Mereka semua cowok yang memiliki hasrat terpendam dan memiliki rindu dengan pasangannya." Ali mendekati Prilly dan merengkuh pinggangnya.

"Aku tahu, Li. Aku paham, makanya aku selalu di dalam kamar dan nggak keluar kalau nggak lagi jaga. Aku menghabiskan waktu di dalam kamar. Nggak pernah neko-neko." Prilly berusaha meyakinkan Ali.

"Nggak pernah neko-neko tapi suka mendaki gunung setiap kapal sandar lama." Ali berucap tak acuh membuat Prilly menatapnya tak.

"Kamu tahu dari mana kalau aku sering mendaki gunung?" tanya Prilly was-was karena takut kejadian di Makassar jangan-jangan Ali tahu juga.

"Dari Captain kamu. Tadi aku sempat ngobrol sama dia di anjungan. Aku tanya tentang kelakuan kamu selama ini bagaimana jauh dari aku." Ali menggiring Prilly ke panjangnya dan mendirikan pelan lalu Ali menindih badannya.

"Terus apa lagi yang dikatakan Captain Wiranto?" tanya Prilly takut jika Wiranto menceritakan tentang pertemuannya dengan Dedy di Makassar lalu.

"Nggak cerita apa-apa. Cuma ngomong gitu aja." Ali mengelus pipi Prilly lembut sambil mereka mengobrol.

"Oh ... itu salah satu hobby-ku dan penghilang penat aja. Lama di tengah laut pengen sekali-kali lama di darat menikmati alam." Sepertinya Ali tak fokus dengan penjelasan Prilly tadi.

Pandangan Ali justru tertuju ke bibir ranum Prilly. Detak jantung Prilly semakin kencang saat menyadari hal itu. Mata Ali semakin sayu dan wajahnya semakin mendekatinya.

"Li, kamu mau ngapain?" tanya Prilly takut.

Ali diam dan mengunci kedua tangan Prilly di atas kepala dengan tangan kanannya. Walau hanya menggunakan satu tangan, ternyata tenaga Ali lebih kuat sehingga Prilly tak bisa melepaskan tangannya dari Ali.

AIR (Ketika dua air yang berbeda arti disatukan atas nama cinta) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang