2 - Flashback

397 95 8
                                    

2 tahun yang lalu...


Langkah kaki Kamila tiba-tiba terhenti sata seseorang  mendorongnya degan sangat kencang, membuatnya terjatuh dan kepalanya membentur trotoar.

Saat itu juga, suara hantaman keras menggema di telinganya. Kamila langsung menoleh ke asal suara. Betapa terkejutnya Kamila saat melihat seorang laki-laki yang terkapar lemas di tengah jalanan.

Kamila berlari menghampiri laki-laki itu. Dan saat itu juga, dunianya seolah berhenti. Semua harapan dan angannya hilang dalam sekejap.
Lidahnya mendadak kelu, tubuhnya seakan dibanting ratusan kali saat melihat laki-laki yang rela mengorbankan nyawa untuknya. Tangisnya pecah, tidak bisa ditahan lagi. Tolong katakan bahwa ini hanya mimpi! Karna Kamila tidak sanggup untuk menerima semua kenyataan pahit ini.

Beberapa orang berdatangan untuk menolongnya, salah seorang warga dengan tubuh gemetar menelpon rumah sakit untuk segera mendatangkan Ambulance.

“Aldi.....” ucap Kamila memanggil nama laki-laki itu. Ternyata bukan hanya Kamila yang sedih, langit pun ikut menangis dengan derasnya. Sungguh naas kondisi Aldi saat ini, Kamila benar-benar tidak sanggup melihatnya.

Kamila segera memangku kepala Aldi di pahanya. Sungguh saat ini Kamila seperti ditusuk oleh ribuan pisau di dadanya.

Sesak. Sakit. Tidak percaya.

Melihat orang yang Kamila cintai meregang nyawa di depan matannya.

Melihat orang yang Kamila sayang berlumuran darah karenanya.

Melihat orang yang selalu berjuang untuk mendapatkannya, sekarang ia tidak berdaya di hadapannya.

“Kamila Mikaila....” panggil Aldi dengan suara lirih dan senyum yang masih setia mengembang di wajahnya.

“Iya, Aldi...” jawab Kamila. Air matanya semakin deras jatuh membasahi pipinya.

“Maaf kalau selama ini aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu...” ucap Aldi terbata-bata. ia terbatuk membuat darah segar keluar dari mulutnya.

“Maaf kalau selama ini aku selalu bikin kamu kesal sama perbuatan aku...” Aldi mengusap air mata yang membasahi pipi Kamila dengan tangannya.

“Aku mau kasih ini untuk kamu...” Aldi mengeluarkan sebuah kalung dengan leontin berbentuk huruf A dan K, yang merupakan inisial dari nama mereka berdua. Aldi memberikannya kepada Kamila. Pengin Aldi memasangkannya, tapi apa daya. Raganya sudah tidak mampu lagi.

“Mungkin setelah ini aku bakal pergi untuk selamanya... Aku minta kamu janji satu hal...”

“A-apa?” jawab Kamila diiringi isak tangis yang terus menggema.

“Tolong Ikhlaskan aku, jangan terlalu lama bersedih. Karna aku gak suka lihat kamu sedih, soalnya kamu jelek kalo lagi sedih...” kata Aldi. Dalah keadaan seperti ini, ia masih saja sempat untuk meledeknya. Kamila dan Aldi tertawa sekilas. Mungkin ini terakhir kalinya mereka bisa tertawa bersama.

“Aku sayang kamu, Kamila....”
Tepat setelah itu, Aldi benar-benar pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tangisnya kembali berderai, seiring dengan tetesan hujan yang semakin deras membasahi bumi.

“ALDI.....” teriak Kamila histeris.

Kamila memeluk tubuh Aldi dengan sangat erat. Kamila belum siap untuk kehilangan orang yang ia sayangi, lagi. Karna Kamila baru merasakan bagaimana rasanya diperjuangkan oleh seorang laki-laki, yaitu Aldi.

Ambulance datang beberapa saat kemudian. Terlambat. Karna Aldi sudah pergi sebelum pihak medis datang.

Perihal mengikhlaskan itu tidak mudah.
Beberapa orang menilai bahwa melupakan lah yang sulit.

Sebenarnya itu salah.

Karna sebelum melupakan, kalian harus belajar bagaimana caranya mengikhlaskan.
Jika kita sudah Ikhlas, maka kita akan dapat melupakannya dengan mudah.

***

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang