Part 8

8.1K 665 2
                                    

Jam yang berada di atas nakas meja menujukan pukul dua dini hari. Aku merasa sangat haus akibat menangis seharian dan meringkuk dalam pelukan Sean. Well, aku memang tipe orang yang suka memeluk orang yang membuatku nyaman dalam tidurku. Aku sudah berada di kamar Sean, lebih tepatnya berasa di dalam pelukannya. Kami tidak melakukan hal macam-macam. Aku dan Sean hanya menghabiskan waktu bercerita dan tertawa di atas ranjang. Dia tahu aku memegang prinsip no sex before married. Dia pria dewasa yang dapat ku percaya dan aku sudah membukakan hatiku untuknya.

Ku lepaskan pelan-pelan tangan Sean dari tubuhku karena aku tidak berniat membuatnya bangun, namun,"kau mau kemana baby?" sial dia terbangun.

"Sean, aku hanya ingin mengambil minum, singkirkan tangan besarmu itu," jawabku malas.

Dia membukakan matanya satu tangannya mengusap matanya seperti anak kecil yang terbangun dari tidurnya. Begitu menggemaskan.

"Kau di sini saja akan ku ambilkan."

Sean segera bangkit dari tidurnya dan mengambil minum di lantai bawah. Dapur. Menunggu beberapa lama, Sean kembali dengan segelas air putih di tangan kirinya. Dia memberikan gelas itu padaku dan aku langsung menghabiskannya. Matanya tidak pernah teralihkan dariku. Dia tersenyum dengan wajah menahan kantuk.

"Tidurlah lagi Sean, aku akan kembali ke kamarku."

Sebenarnya aku merasa tidak enak saat Sean membaringkan aku di kamarnya. Tapi, sudah kukatakan bukan? Dia adalah pria keras kepala. Aku hanya bisa mengalah dan mengalah.

"Tidak, aku tidak pernah tidur senyenyak ini, tidakkah kau merasa kasihan pada kekasihmu ini?"

Kekasih? Sejak kapan dia mengatakan hubungan kami ini adalah sepasang kekasih?

"Kekasih?"

"Dengan atau tidaknya keputusanmu, kau tetap kekasihku."

Terserahmu Tuan Smith.

"Ayolah, kita harus kembali tidur. Aku tidak mau milikku terbangun saat ini," dia kembali menggodaku.

"Sean!" dia terkekeh dan menyuruhku kembali berbaring di sampingnya, "aku hanya bercanda baby, ayolah, pria tua ini butuh pelukanmu," aku menggelengkan kepalaku mendengar ucapan gilanya dan kembali tidur dalam pelukan Sean.

[...]

Pagi hari yang sama seperti biasanya. Aku dan Sean menghabiskan sarapan hanya berdua sedangkan pelayan entah pergi kemana. Sungguh terasa aneh bagiku merasa sepi di pagi hari. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan omelan mamahku yang heboh di pagi hari? Mungkin saja.

"Sebenarnya aku tidak ingin membuatmu melakukan program diet ini, kau mau tidak jika berhenti melakukan program dietmu?"

Apa? Berhenti? Yang benar saja! Aku sudah sangat terbiasa dengan pola makanku yang seperti ini. Lagian jika aku berhenti, aku akan semakin susah menemukan niatku untuk menguruskan badanku ini.

"Tidak Sean," tolakku langsung.

"Pagi Mr and Mrs Smith."

Ken. Dia datang membawa sekotak bekal di tangannya. Wajahnya terlihat segar, rambutnya terlihat baru, dan lihatlah senyumnya begitu cerah. Apa yang terjadi padanya?

"Ken, kau bertingkah seolah-olah ini rumahmu ya? Masuk tanpa seizinku."

Sean menyelesaikan sarapannya lalu meminum hot chocolate hingga tandas tidak tersisa. Ku lihat di pinggiran bibirnya bekas hot chocolate tertinggal. Lalu, ku ambil tisu yang ada di meja makan dan membersihkan bekas itu. Sean tampak terkejut namun ia tersenyum padaku. Aku merasa tersadar akan tindakanku di luar dugaan ini. Bagaimana aku bisa bersikap manis dengannya?

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang