4. Perkenalan

1.9K 209 33
                                    

Aku kembali mematut diri di depan cermin, meneliti penampilan ku dari atas hingga bawah sebelum akhirnya aku berangkat ke sekolah. Setelah itu aku pun berjalan menuruni tangga untuk sarapan bersama dengan keluarga ku setelah memastikan bahwa semuanya sudah beres.

"Ya Soojungie, kemarilah untuk sarapan bersama kami."

Aku tersenyum kearah kakak ku yang menyuruh ku untuk duduk di kursi kosong yang ada di sebelahnya. Dengan langkah lebar aku berjalan menuju kursi yang ia maksud, aku lalu merebahkan pantat ku di atas kursi.

Aku mengambil setangkup roti gandum tawar di atas meja makan dan mengolesi nya dengan selai coklat kesukaan ku.

"Soojung, untuk berangkat ke sekolah nanti kau di antar Oppa mu. Paman Ahn sedang berhalangan untuk mengantar mu ke sekolah."

Ayah memecahkan keheningan di antara kami yang sedang asyik melahap sarapan masing-masing. Aku hanya menganggukan kepala ku tanpa bersuara karena mulut ku yang masih penuh oleh roti.

"Jadi, bagaimana studi mu di Jerman ahdeul?"

Lagi-lagi ayah yang memecahkan keheningan di antara kami, kakak laki-laki ku terlihat susah payah menelan makanannya untuk segera menjawab pertanyaan ayah ku. Ayah melihatnya dan menyerahkan segelas air putih yang langsung di terima oleh kakak ku dan dengan segera ia meminumnya hingga habis.

Ia berdeham sebelum menjawab pertanyaan ayah.

"Semuanya berjalan dengan lancar ahbeoji."

"Bagus. Setelah sarjana kau ingin bekerja di Korea atau menetap di Jerman?"

Ia melirik kearah ku sebelum menjawab pertanyaan ayah, aku hanya mengedikan bahu ku dan terus melahap roti di genggaman ku.

"Aku ingin bekerja di Korea dan tinggal bersama kalian lagi. Sudah lama aku tidak berkumpul dengan keluarga ku seperti sekarang ini. Aku merindukan kalian."

Aku tertawa setelah kakak laki-laki ku menuturkan jawabannya.

"Oppa, jangan bohong. Sebelum nya juga kau bilang kepada ku kalau tinggal sendirian itu le--"

Ia membungkam mulut ku dengan tangan besarnya dan memelototi ku sebagai 'kode' untuk ku untuk tidak melanjutkan kalimat ku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata ku untuk menyuruhnya melepas bungkaman tangannya.

"Le---bih sepi dibanding tinggal bersama kami, kau pasti merindukan adik mu yang cantik ini kan? Iya kan? Iya kan?"

Ia mengangguk dan mengusap wajah ku 'sedikit' kasar dengan tangan besarnya seraya tersenyum kaku di hadapan ayah dan juga ibu yang sedang mengernyitkan dahi mereka heran.

"Soojung, ayo berangkat. Cepat habiskan roti mu."

Aku melirik sinis kearah kakak laki-laki ku yang sudah selesai menyantap sarapannya dan segera melahap gigitan terakhir roti ku.

"Soojung, jangan terburu-buru seperti itu. Ahdeul, ckck kau ini."

Ibu akhirnya membuka suara karena melihat ku memakan sarapan ku dengan terburu-buru. Ia menyerahkan segelas susu hangat untuk ku, aku menerima nya dan segera menegak segelas susu hangat di genggaman ku hingga habis. Setelah itu aku mengambil beberapa lembar tissue dan mengelap mulut ku dan beranjak dari kursi yang aku duduki tadi.

"Eomma appa, aku berangkat sekolah ya."

Aku mengecup pipi kedua orang tua ku dan membungkuk sedikit untuk memberi hormat kepada mereka.

PSYCHOPATHWhere stories live. Discover now