Prolog

3.9K 285 33
                                    

"Jangan lakukan itu kepada ku, aku mohon. Aku mohon jangan lakukan itu kepada ku." Isak suara gadis di hadapannya saat ini, ia mengigil ketakutan, meremas rok seragam sekolahnya dengan gemetar. Kacau. Kondisinya terlihat sangat kacau.

Laki-laki di hadapannya kini hanya menyeringai sinis sambil memegang gagang pisau kesayangannya, ia mengunci tubuh gadis di hadapannya ke tembok agar gadis itu tidak dapat kemana-mana. Dilihatnya gadis itu tanpa henti-hentinya dengan tatapan tenang tetapi menakutkan, seolah-olah ia menyimpan banyak rahasia di balik kehidupannya, lalu di elus nya rahang mulus gadis itu dengan bagian pisau yang tumpul. Gadis itu hanya terisak sambil memejamkan matanya. Laki-laki itu tertawa sumbang.

"Kau sebenarnya cantik. Bahkan sangat cantik." Laki-laki itu masih memandang wajah gadis yang ada di hadapannya dengan tenang dan intens, tangannya masih mengelus rahang dan pipi gadis itu dengan bagian tumpul pisau kesayangannya, lalu ia menghembuskan nafasnya kasar-kasar, mimiknya berubah, ia terlihat sangat marah, kilatan amarah terlihat jelas di mata gelapnya.

"TAPI KAU BODOH!" Teriaknya di susul oleh pukulan tangan kanan nya ke tembok dekat gadis itu, gadis di hadapannya hanya mengigit bibir bawahnya sambil terisak, ia mencengkram erat rok nya. Takut? Iya, ia sangat amat takut.

Laki-laki itu lalu tertawa puas melihat gadis di hadapannya terlihat sangat ketakutan yang di buat oleh ulah nya. "Kau bahkan masih terlihat sangat cantik saat sedang ketakutan seperti ini, sayang."

"A-aku tidak ta-kut." Jawab gadis itu terbata-bata, membuat laki-laki di depannya tersenyum miring.

"Oh, kau tidak ketakutan? Baiklah-baiklah, sebaiknya kita mulai dari bagian apa dulu ya? Menurut mu yang mana? Hm?" Tanyanya sambil mengangkat dagu gadis itu menggunakan ujung pisau nya, netranya menelusuri tubuh gadis itu dengan seksama. Ia mengeluarkan sarung tangan yang ia bawa, lalu memakainya di kedua tangannya.

Ia melucuti semua pakaian yang di kenakan oleh gadis itu, gadis itu semakin terisak dengan kencang karena perlakuan laki-laki di hadapannya ini.

"Tubuh mu menggiurkan juga ternyata, bodohnya aku yang tak pernah berpikiran untuk memakai mu." Nada penekanan terdengar jelas saat ia mengatakan kata memakai, ia menyeringai puas.

"Tapi lebih menggiurkan lagi jika aku melihat mu enyah dari hadapan ku sekarang juga dengan keadaan mengenaskan dan dengan keadaan mu telanjang seperti ini. Double point, aku mendapatkan 2 pemandangan indah sekaligus dalam satu waktu. Darah segar mu dan tubuh mu."

Seringainya lalu mengecup kasar bibir mungil gadis di hadapannya.

***

Krystal Jung---gadis bertubuh ramping nan mungil itu terlihat terburu-buru menuju ke kelasnya, aku hampir terlambat, batinnya sembari memperlebar langkahnya.

Tak lama ia sudah berada di depan pintu kelasnya, ia melihat kearah jam tangan berwarna putih yang setia melingkar di tangan kiri nya. Fiuhh, masih jam 7 lewat 15 menit. Syukurlah, batinnya lega.

Ia segera membuka pintu kelasnya, melangkah masuk lalu berjalan kearah tempat duduknya berada, tempat duduk nya bersebelahan dengan sahabatnya---Wendy. Ia lalu merebahkan pantatnya ke kursi, meletakkan kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata, tidak menyadari tatapan heran yang di lemparkan oleh Wendy, Sulli dan Seulgi---sahabat-sahabatnya.

Wendy menepuk bahu Krystal, tidak ada respon. Wendy yang gemas melihat Krystal langsung berseru, "Ya! Krystal Jung!"

Krystal yang terkejut lalu membenarkan posisinya, duduk di kursi nya sambil menatap Wendy dengan tatapan sebal.

"Ya! Kau mengganggu waktu tidur ku!"

Tanpa menggubris ucapan Krystal, Wendy hanya mendengus. "Krys! Kau kehilangan topik terhangat sekolah pagi ini!"

Krystal memutar bola matanya malas, "Lalu?"

Wendy, Sulli, dan Seulgi hanya menatap Krystal dengan tatapan sebalnya.

"Ya! Sini mendekat ke arah ku!" Perintah Sulli, yang lalu di turuti oleh Wendy, Seulgi dan juga---tidak dengan Krystal, ia hanya terus menguap tidak peduli sambil menatap ketiga sahabatnya.

Sulli yang gemas dengan kelakuan Krystal lalu mencubit pipi Krystal cukup keras, "Bangunlah sleeping beauty, aku ingin memberitahu mu sesuatu."

Krystal mengerucutkan bibirnya, menuruti perintah salah satu sahabat nya yang cerewet itu. Ya, ia akui sahabat-sahabatnya adalah tukang gossip. Berbeda dengannya, ia tidak terlalu terobsesi untuk mencampuri urusan orang lain. Masih sambil memasang wajah datarnya---tidak, tetapi wajah tidak pedulinya, ia menopang dagunya sambil menatap sahabat-sahabatnya.

"Ada apa?" Tanyanya acuh tak acuh.

Sulli menghela nafasnya perlahan lalu menghembuskannya, bersiap untuk berbicara.

"Kau tahu jika Irene sunbae meninggal?"

"Omo! Gadis kecentilan itu meninggal? Kekasih Jongin?!" Pekik Seulgi.

Krystal hanya menatap Sulli tidak percaya, "Benarkah?"

"Ya, jasadnya di temukan di dekat gudang sekolah tadi pagi." Jawab Sulli santai.

"Aku mendapatkan informasi bahwa ia meninggal dengan keadaan mengenaskan." Lanjutnya menggantung, sahabat-sahabatnya kini hanya menatapnya untuk menunggu kelanjutannya.

"Meninggal dengan keadaan tidak mengenakan sehelai kain pun, dan bekas tusukan ada di mana-mana. Bahkan di wajah cantiknya pun juga ada bekas goretan." Sambungnya sambil mengedikan bahunya, "Kejam sekali yang membunuhnya." Tambahnya lagi.

Krystal mengernyitkan dahinya miris membayangkan keadaan jasad sunbaenya itu, sungguh ia benar-benar membenci gadis itu tetapi ia tidak tega juga membayangkannya seperti itu.

"Lalu Jongin bagaimana keadaannya?" Tanya Krystal masih dengan posisi menopang dagunya sambil menatap Sulli penasaran.

"Nah itu dia yang ingin aku bicarakan dengan mu tadi!" Celetuk Wendy, ia masih menatap kearah Krystal.

"Tampaknya Jongin sangat terpukul, pada saat ia sampai di sekolahan begitu mendengar kekasihnya meninggal ia langsung bergegas pergi dengan wajah panik dan sedihnya."

***

Hallo! Maaf prolognya kepanjangan hehe. Menurut kalian gimana? Kalo jelek aku gajadi ngepost kelanjutan ff ini hehehe. Jangan lupa buat tinggalin vomment nya yaaa 😄😄

PSYCHOPATHOnde histórias criam vida. Descubra agora