DUA

35.3K 1.6K 29
                                    

Setelah sampai di rumah, Dea langsung memarkirkan mobil berwarna yang dia berinama Jazzy di halaman rumah. Mobil itu hadiah yang berikan orang tuanya pada ulang tahunnya yang ke 17. "Hey sebulan lagi aku ulang tahun yang ke 18, kira-kira Papah mau kasih aku hadiah apa ya???" Ucap Dea sambil berfikir keras.

"Kamu udah pulang sayang, cepet  masuk malah bengong?" Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menepuk pundak Dea dan  membuyarkan lamunannya. "Ikh Mamah, malah ngagetin Dea sih." Ucap Dea masih dengan rasa terkejutnya. "Lagian, kenapa kamu berdiri sambil bengeong gitu di depan pintu? Nanti ada yang usil loh." Ucap wanita yang Dea panggil Mamah. "Mamah yang udah usilin Dea." Wanita paruhbaya itu hanya tersenyum melihat putri bungsunya itu. "Iya deh Mamah minta maaf. Ayo cepetan masuk, Papah sama Kak Gibran sudah menunggu kamu dari tadi."
"Mah, ada apa sih? Kok tiba-tiba suasananya kaya gini?" Tanya Dea sambil merangkul lengan Mamahnya dengan manja. "Nanti juga kamu tahu sayang." Jawab Mamahnya sambil mencubit halus dagu Dea.

"Sini duduk samping Kakak." Ajak seorang pria yang merupakan Kakak laki-laki Dea. Tanpa pikir panjang Dea langsung duduk di samping kakak tercintanya. "Ada apa Mah?Pah? Kak Gibran? Kok tumben serius gini? Akh Dea tahu, kita mau rapat paripurna pesta ulang tahun aku kan?" Ucap Dea dengan percaya diri. Tapi tidak ada yang merespon ucapan Dea, ekspresi Gibran seperti terlihat sedih.
"Pemilik cincin itu sudah kembali nak." Ucap pria paruh baya yang merupakan Ayah Dea. "Cincin yang mana maksud Papah?" Tanya Dea  heran karena dia merasa tidak menemukan cincin orang lain. "Cincin yang kamu pakai di kalung kamu." Ucap Mamahnya sambil menunjuk ke arah kalung yang Dea kenakan. "Jadi ini bukan punya Dea?" Tanya Dea terkejut. Bagaimana Dea tidak terkejut, dia sudah memakai kalung itu selama 12 tahun. Setelah 12 tahun orang tuanya berkata sekarang pemilik cincin ini sudah pulang? "Bukan Dea, punya kamu ada sama dia." Kini giliran Gibran yang berbicara dan semakin membuat Dea semakin bingung.
"Dia? Siapa? Udah deh langsung ke intinya, Dea bingung nih." Dea sudah penasaran dan bingung.

"Saat ulang tahun kamu yang ke 18 tahun, kamu akan bertunangan resmi dengannya." Ucap Papahnya seraya dengan senyuman khas di balik kumis nya. Tunangan? Beberapa detik Dea diam, mencerna ucapan Papahnya.
"APAAAAAAAAA???? TUNANGAN? TIDAAAAAAAAK." Dea langsung berteriak ketika otak.dia sudah mulai paham. "Bisa tidak, enggak sambil teriak De?" Ucap Gibran sambil menutup kedua telinganya, terlebih dianberada di samping Dea.
"Papah bohongkan? Becandakan?? Papah, Dea nurutin larangan papah supaya enggak pacaran karena takut Papah nikahin Dea. Tapi kenapa kok Papah malah nyuruh tunangan." Dea merasa heran dengan pemikiran Papahnya. Dea berharap ini adalah prank, dimana seseorang di bohongi dengan cara yang tidak biasa. "Tidak mau, apa-apaan ini?? Kalau begitu Dea enggak mau, Dea menolak!" Dea langsung melipat tangannya di dada dan bersandar di sofa.
"Sayang kamu sudah setuju loh?" Ucap mamahnya dengan santai.
"Kapan?? Mamah, Dea aja engga tau loh kalau Dea sudah di jodohin? Malah baru tahu sekarang."

"Itu buktinya kamu pakai kalung itu, kamu bilang setuju saat kamu usia 6 tahun." Wanita paruhbaya itu menjawab dengan santai,

"Mamah, Dea juga lupa kenapa bisa pakai kalung ini. Kalau begitu kalian memanfaatkan kepolosan anak kalian." Dea semakin menunjukan penolakannya, dia menggerak-gerakan kaki ke atas ke bawah  secara bergantian.

"Itu sudah jadi keputusan Papah dan sahabat Papah. Karena waktu itu teman Papah mau pindah dan menetap di Hongkong. Takut ada kejadian apa-apa antara kamu dan calon tunangan kamu jadi kami mengikat kalian saat masih kecil." Seketika Dea menganga heranketika mendemgarnya. Ada yah orang tua berpikiran seperti ini? Begitula yang ada dalam pikiran Dea.

"Engga mau, Dea MENOLAK!!" Seraya  langsung beranjak dari sofa dan pergi keluar rumah.
"Kamu menolak, siap-siap semua fasilitas yang Papah kasih akan Papah cabut. Sekalian jangan jadi anak Papah lagi." Seketika langkah kaki Dea terhenti dan menarik nafas panjang.

MR. BUNGLON IS MINE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang